Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Ketika seseorang memutuskan untuk tidak membalas pesan, aku belajar bahwa ia tidak hanya sibuk, tetapi juga sudah melewatkan kita sebagai prioritasnya. Seiring berjalannya waktu, aku percaya bahwa kepentingan seseorang akan berubah dengan sendirinya. Dahulu masih sempat mengabarimu, tapi sekarang kabar dari orang pun tidak kutahu.

Jika baginya kita adalah penting, semestinya bagaimanpun caranya ia akan selalu membangun senyum dengan kita. Entah secara langsung atau bahkan ketika sedang tak bertatap muka. Senyumnya selalu paling utama yang seharusnya bisa terjaga sampai dia kembali kepada kita. Itu harapan semua bukan?

Menyadari hal itu, semestinya kita mulai tersadar bahwa tidak semua yang dulu prioritas kini menduduki daftar obrolan paling atas. Tidak, tidak semua begitu. Tapi akan ada waktu di mana kita akan seperti itu, meninggalkan yang dahulu dianggap penting demi kepentingan mendesak yang lain.

Bagimu ini sebentar, tapi melaluinya aku harus berpegang teguh dengan rasa sabar. Kaubilang tak ada yang mampu melewati ini semua, tapi aku akan mencoba membuktikan bahwa aku mampu bertahan dengan segala kekuranganmu.

Di saat orang lain bahagia dengan teman bucinnya, aku hanya bisa menikmati cerita-cerita mereka. Yang entahlah, aku tak bisa merasakannya secara langsung. Aku hanya bisa menikmati secuil rindu yang kauanggap tak perlu ini.

Setelah ini, aku tak mau lagi mengharap belas kasihmu. Berusaha melupakan tanpa menengok lagi obrolan yang tak kaubalas. Biarkan kamu berkelana dengan tanggung jawab yang melanda, tanpa pedulikanku, tanpa membebani pikiranmu olehku.

Namun, aku tak tau apakah kamu akan kembali mengirimkan pesan? Jika iya, percayalah bahwa aku selalu terbuka denganmu, kapan saja dan di mana saja. Bantuanku takkan habis untukmu, meski tak semua bisa aku jalani tapi aku akan berusaha untukmu.

Baiklah, pergilah,
Sampai urusanmu selesai.
Banyak teman-teman yang membutuhkanmu untuk berada di sana. Aku tidak boleh egois, kamu punya kepentingan yang harus kamu capai, pun juga dengan aku. Banyak hati yang harus kaujaga, bukan hanya hatiku yang hanya satu.

Baiklah, semoga kita akan baik-baik saja.
Bertemu di lain waktu dengan kesempatan yang lebih baik. Aamiin, semoga.
Foto/Dessy Astuti.


Hari itu pertama kalinya aku ikut Aksi. Awalnya memang ragu untuk ikut karena takut. Selain itu, aku juga ada agenda sosialisasi di gedung rektorat di hari yang sama pada jam yang sama. Tapi pada akhirnya, aku dan beberapa teman sekelas izin kepada dosen terkait untuk ikut aksi ke depan gedung DPR.

Untuk alasan turun aksi, aku hanya ingin mencoba bermanfaat untuk negara dengan sekecil apapun. Ada hati-hati rakyat yang tak bisa bersuara, dan hanya kamilah mahasiswa yang bisa bantu untuk menyampaikannya pada petinggi-petinggi di sana.  Aku hanya ingin mencoba berguna untuk negara, walau aku tidak bisa bertindak banyak.

Saat itu, aku bersama temanku, Ayu dan Hanna, berencana untuk ikut aksi. Tanpa persiapan dan terkesan dadakan, kami hadir dengan bekal apa adanya. Hanya menggunakan masket, tidak bawa odol, tidak bawa handuk basah, bahkan tidak bawa air lebih. Kami pun hanya berbekal sarapan makanan tingan yang kudapat dari  sosialisasi di pagi hari.

Pukul 11.00 kami sudah kumpul di bus yang akan memberangkatkan kami menuju Gedung DPR. Laki-laki dan perempuan sudah siap dengan baju-baju hitam dan almamater kampus kami. Aku yang juga berdiri di dalam bus bersiap mengumpulkan tenaga untuk aksi. Namun apa daya, aku memang kadang mual kalau naik bus, jadi tidur deh sambil berdiri hehe.

Sesampainya di sana, kami diarahkan oleh koordinator dari kampus, Vier namanya. Dia mengarahkan kami untuk membuat border, mengingat teman di sampingnya, dan bersiap-siap untuk jalan menuju TVRI untuk sholat terlebih dahulu. Di barisan kami bertiga, tiba-tiba datang Desstut, teman beda kelas kami yang cukup akrab, lalu kami berangkat sholat bersama-sama.

Selesai sholat, kami bergegas kumpul di depan TVRI dan mempersiapkan diri untuk maju ke depan DPR. Dari 700-an mahasiswa PNJ yang ikut aksi saat itu, mungkin hanya kami yang tidak ada persiapan. Sementara Desstut datang mewakili pers kampus, yaitu GEMA, untuk meliput aksi yang terjadi di sana.

Setelah sampai di depan DPR, kami berteriak menyuarakan tuntutan rakyat. Berbagai permasalahan diungkap dari masing-masing kampus. Tak jarang kulihat poster-poster sindiran terpampang dari tangan-tangan mereka yang diangkat ke atas. Berbagai almet kampus pun kulihat sampa-sampai ada juga yang reuni ketemu temen lama hehe.

Detik demi detik terlewati, sudah pukul 4 sore DPR juga belum beri sinyal-sinyal keterbukaan. Barisan kami dari PNJ mulai mundur dan kembali ke arah TVRI karena kabarnya suasana mulai tidak kondusif. Barisan polisi sudah mulai membentengkan diri di depan gedung DPR. Khawatir terjadi chaos yang membahayakan, border laki-laki PNJ mengantarkan massa aksi perempuan untuk pergi ke tempat aman.

Rupanya suasana memang mulai chaos. Mahasiswi PNJ disuruh melepas atribut kampus dan segera kembali ke rumah masing-masing agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Mulai panik, beberapa orang berlarian dan menghindar dari gas air mata yang nyatanya sudah dilemparkan polisi. Saat itulah aku berpencar dari teman-teman. Aku bersama desstut, sementara Hanna bersama Ayu.

Bruk! Di tengah perjalananku berlari mengamankan diri, Desstut terjatuh tak sadarkan diri. Aku mulai panik, karena tak ada satu orang pun yang aku kenal di sana. Aku benar-benar hanya bersama Desstut. Lalu aku meminta tolong kepada orang sekitar untuk membawa Desstut ke ambulan.

Di ambulan, aku bertemu dengan anak PNJ lainnya yang ternyata sedang berlindung. Di sana kuminta bantuan untuk mengobati Desstur. Namun, aku tak menyangka Desstut semakin drop. Dia sesak nafas sampai akhirnya kejang-kejang gak karuan. Aku benar-benar menahan tangis dan cuma bisa bilang, "Istighfar Desstut, Istighfar..." kataku sambil memijit-mijit kakinya.

Melihat kondisi Desstut yang semakin parah, belum lagi ada gas air mata yang sampai terhidup ke ambulan, kami berencana untuk membawa Desstut ke RS terdekat. Anak PNJ lain pun tak bisa ikut karena banyak korban yang juga harus di bawa ke RS, ambulan menjadi penuh. Karena tak tega meninggalkan Desstut sendirian, aku berencana ikut bersama mobil ambulan.

Setelah aku berada di dalam mobil, aku duduk di samping Desttut yang masih saja kejang-kejang. Sedih masyaAllah aku berada di keadaan seperti itu. Belum lagi di tangan kiriku juga ada seorang perempuan bersandar tak sadarkan diri akibat gas air mata. Ada pula di kakiku yang juga sedang sesak napas. Belum lagi di tengah perjalanan ada yang memaksakan diri memasukkan korban baru dengan keadaan berdarah dan lengan yang patah. MasyaAllah.

Di ambulan itu, terlihat ada 6 orang korban yang juga aku bantu tangani luka-lukanya. Jujur, ini pertama kalinya aku menangani korban sebanyak itu dengan luka yang beraneka ragam. Padahal aku bukan anak PMR, bahkan belajar pun belum pernah. Dan qadarullah, itu pengalaman paling berkesan bisa menolong orang-orang yang kesulitan.

Tapi jujur, itu benar-benar menakutkan. Dalam waktu yang bersamaan, aku menyaksikan tangisan orang-orang yang tumpah di pipi-pipi mereka. Aku juga melihat kucuran darah dari kepala seorang korban, melihat orang sesak napas yang benar-benar mengerikan, sampai melihat orang patah tulang dan jerit sekeras-kerasnya.

Setelah sampai di RS terdekat, satu per satu korban dibawa ke IGD, termasuk Desstut. Aku menemani Desstut sampai ke ruangan. Lalu ia diinfus dan juga diberikan oksigen. Kata Desstut, saat itu aku benar-benar terlihat panik dan terlihat sedang menahan tangis. Hehehe, iya aku orangnya emang gengsian. Jadi, nangis itu cuma kadang-kadang, sisanya sering ditahan hehe.

Setelah berjam-jam di RS, akhirnya Desstut boleh pulang. Ayu dan Hanna yang berpisah dari kami pun datang menemui kami setelah aku beri kabar. Mereka juga kehilangan teman saat itu sehingga bingung harus ke mana. Akhirnya kami bertemu kembali di RS dan pulang bersama.

Saat itu, 24 September 2019, benar-benar hari yang sangat mengesankan, mengerikan, sekaligus menegangkan. Itu pertama kalinya aku ikut aksi dan mungkin terakhir kalinya pula. Hehehe. Setelah itu papa juga tidak mengizinkan aku kembali untuk turun ke jalan karena khawatir hal serupa terjadi pada putrinya.

Yang jelas, terima kasih ya Allah, Engkau telah memberikan aku pengalaman luar biasa. Semoga aksi mahasiswa ini tidak sia-sia, dan Indonesia kembali dengan keadaan baik-baik saja. Aamiin.
Kajian bersama Ustad Oemar Mita di The Sahira Hotel, Bogor.

Hari ini ada acara wisuda kampusku di Balairung UI. Artinya, setahun lagi adalah giliranku untuk berada di sana. Ya, aku yang akan menjadi salah satu wisudawan yang ikut meramaikan acara di tahun depan. Ternyata sebentar lagi, tersisa 360 hari menuju hari kelulusan itu tiba.

Sebelumnya aku mau ucapain selamat untuk semua yang sudah resmi menjadi Diploma dan Sarjana dari Politeknik Negeri Jakarta. Untuk kakak-kakak semua, semoga ilmunya berkah dan sukses selalu untuk kehidupan selanjutnya.

Sebenarnya, untuk kedua kalinya aku cukup kecewa karena tidak bisa hadir untuk memberikan ucapan selamat secara langsung kepada orang-orang terdekat. Karena, tahun kemarin sempat berhalangan hadir dan ternyata hari ini juga. Berbagai alasan membuatku tidak bisa hadir di sana, salah satunya adalah keadaan diriku sendiri yang kurasa sedang tidak baik-baik saja.

Kondisi diri hanya kita yang tau. Sakit, penat, lapar, dahaga, jiwa kita yang mampu menangkap perasaan itu. Termasuk jika kita merasa sedang ada yang 'kurang beres' dari rohani kita. Benar begitu?

Akhir-akhir ini, aku merasa ada yang sedang tidak beres pada diriku. Ketika marah sukanya berlarut-larut, ketika sedang adem ayem tiba-tiba suka merasa bersalah. Aneh, rasanya ada yang belum diperbaiki dari diriku ini. Itulah mengapa aku memutuskan untuk tidak datang wisuda, karena ingin mengembalikan diri dengan menghadiri suatu majelis ilmu di kawasan kota Bogor.

Pernah gak, kalian setiap hari ngaji, berusaha berbuat baik, sholat lima waktu, bahkan selalu menyempatkan waktu untuk dhuha dan tahajud? Tapi masih ada aja gitu perasaan aneh yang ada dalam diri, yang nyatanya sangat sulit diungkapkan. Pernah begitu? Nah, itulah yang lagi aku rasain saat ini.

Mungkin sebagian orang berpandangan bahwa aku sudah melewatkan momen-momen wisuda. Padahal dengan menghadiri wisuda, aku bisa punya sedikit gambaran bagaimana suasana nanti tahun depan ada di sana. Iya kan? Tapi tidak semudah itu kawan-kawan. Sebenernya aku juga gak enak gak hadir mulu, tapi apa daya, aku rasa kali ini aku harus egois, karena bener-bener lagi ngerasa gak baik dan diri ini butuh dicas.

Nah, tapi yang berbeda dari biasanya adalah aku harus pergi ke tempat kajian itu sendirian. Sesuatu hal yang jarang banget aku lakuin: pergi sendirian. Awalnya sih aku mau ke kajian emang bareng temen, tapi sayangnya tiba-tiba dia ada kuliah yang akhirnya gak bisa dateng.

Di satu sisi aku rasa kayaknya aku juga gak jadi aja deh. Tapi di sisi lain, aku terdorong untuk ikut kajian demi menghilangkan perasaan aneh ini. Aku berharap, dengan kajian yang aku ikutin ini setidaknya aku punya pencerahan yang lebih terang lagi, mendapatkan ketenangan, dan yaa.. anggap saja me time yang pas untuk orang-orang yang merasa 'tersesat' seperti aku.

Hikmah hari ini, ternyata keluar dari zona nyaman itu sulit banget. Aku yang gak biasa pergi sendirian akhirnya harus nyoba pergi sendirian. Berusaha buat buka omongan dengan teman baru dan Alhamdulillah, ternyata sendirian tidak semenyeramkan itu. Allah memang baik banget sama hambanya yang punya niat memperbaiki diri.

Di kajian aku melihat banyak kenikmatan dengan berkumpul bersama orang-orang sholih, yang senantiasa juga mencari ridho Allah dengan memahami ilmu agama. Dari mulai anak muda, para orang tua, serta lanjut usia pun hadir di sana. Suatu kebanggaan dan bersyukur sekali bisa hadir di antara mereka.

Semoga kita selalu ada dalam keadaan di mana kita selalu ingin melakukan kebaikan dan selalu haus akan ibadah kepada Allah SWT. Aamiin.

Selamat untuk kawan-kawan semua,
semoga kita termasuk orang berilmu dan beragama yang barokah dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Aamiin.

Pernah gak sih kalian punya teman dekat?
Saling terbuka, saling percaya, apapun dibagi kecuali tentang hati
Tak satupun hal terkecuali untuk diceritakan
Apapun dibicarakan tanpa rasa enggan

Setiap hari hampir bersama
Menangis hanya dari sebuah cerita
Memberi solusi, memberi pesan
Memberi arti untuk segala jalan kehidupan

Rasanya ada yang hilang
ketika dia tiba-tiba sibuk dengan kesibukan
ya, punya impian tersendiri di luar ekspektasi
Mau tidak mau, sebagai temannya kita harus mendukung
suka ataupun yang tidak disuka
semua harus bersinergi

tapi entah kadang-kadang aku rindu,
mengapa karena itu kita tidak bisa lagi seperti dulu?
sekarang, jarak menghalangi cerita kita
waktu menghalangi pertemuan kita,
bahkan, tegur sapa sekali saja sangat aku damba

Rindu,
rindu rasanya bisa seperti dulu
menghabiskan waktu bersama dan menciptakan bahagia bersama-sama
dulu, kamu yang selalu minta aku untuk cerita
sekarang, untuk cerita pun aku tidak tau harus datang kepada siapa
selain pada diri-Nya,
sang pemilik jiwa dan raga.

Rindu,
rindu rasanya seperti dulu
mengajakku pergi bersama dan menciptakan kenangan bersama-sama
dulu, kamu yang selalu minta bertemu
sekarang, pertemuan kita saja bisa dianggap jarang
sekalinya bertemu, mungkin hanya bisa mata yang menatap satu sama lain
sedang mulut? hanya bungkam ditahan waktu.

Rindu,
apakah kita bisa seperti dulu?
Punya waktu yang sama, untuk dihabiskan bersama-sama.
Rindu,
saya rindu kamu yang dulu.
Kamu yang selalu mengerahkan waktumu,
yang sebagian juga untukku.

Rindu,
apakah aku bisa bertemu dengan keadaan seperti dulu?

Semoga.

Lelah, ya. Itu yang aku rasakan ketika sudah beberapa kali memendam dan memaksakan.

Pertemanan adalah sebuah sangat dinanti banyak orang, apalagi jika bisa panjang umurnya. Tapi bagaimana jika sikap temanmu semakin lama semakin berbeda? Apa yang akan kaulakukan?

Awalnya, kukira sebuah perbedaan justru menjadi ajang untuk kita sama-sama belajar. Kamu, dia, dan aku mengerti satu sama lain. Menerima kebaikan serta keburukan yang orang lain abaikan. Menerima rendah, tinggi, dan sama tinggi sebuah takdir yang sering kali kita temukan. Tapi, mana? Mana rasa nyaman itu? Yang katanya akan tercipta jika semua itu terlaksana.

Kamu selalu saja tidak mengerti, bahwa perbedaan kita ini sangat jauh berbeda. Sering kali kamu egois pada pilihanmu, sehingga sering memutuskan perkara secara sepihak, meskipun aku dan dia tidak sepakat.

Sering kali kamu lakukan apa yang aku dan dia tidak lakukan, apa yang kamu suka tanpa aku dan dia suka, apa yang menurutku dan dia tidak baik tetapi menurutmu baik. Kamu selalu saja begitu, dibuat dengan kepala yang keras.

Aku pun sering merasa jengkel karena ulahmu yang tak karuan. Sering kali merusak moodku dengan caramu saat kuminta kau diam. Selalu begitu dan selalu berulang. Maaf, aku tidak suka.

Aku juga sering menemukanmu dengan wajah muram tiba-tiba. Tanpa alasan dan tanpa cerita. Imbasnya kepada aku dan dia seketika. Lantas maksudmu apa? Aku tidak suka diberi energi negatif yang tercermin dalam rautmu. Sangat mengganggu moodku.

Kamu sering kali menyuruh aku dan dia terbuka, sementara kamu? Cerita pun tidak. Bahkan sekalinya cerita, tak jarang satu atau banyak hal yang akhirnya tidak kamu terima. Lantas apa gunanya kami menanggapi?

Semua itu tampak wajar ketika tidak sengaja selalu berulang. Tapi maaf, untuk kali ini aku tidak bisa hanya diam. Aku benar-benar lelah dengan sikapmu yang tak kunjung sembuh. Lalu kamu hanya menanyakan, "Ini aku yang salah atau kalian yang salah?"

Menurutmu? Satu lawan dua menang siapa?

Maaf, harus kukatakan ini. Aku benar-benar lelah dan capai telah memendam terus. Berusaha sabar dan menerima, tapi nyatanya kamu malah keenakan. Aku merasa sangat tidak nyaman. Lantas kita harus seperti apa agar bisa kembali?

Apa perlu saling meninggalkan?

Apa mungkin ini sebuah takdir Tuhan?

Apa mungkin kita masih bisa saling menerima?

Berhentilah.

Jangan egois seperti itu.

Jangan buat dirimu semakin menjengkelkan.

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Tentang Dia yang Kubangga
    Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates