Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Beberapa hari lalu, tepatnya 5 Februari 2020 akhirnya aku menyelesaikan salah satu tugas dunia, yaitu magang alias pkl alias kegiatan untuk memenuhi tugas akhir selama kuliah. Yes, akhirnya aku bisa melewati itu semua dengan baik. Alhamdulillah.

Aku cuma mau cerita dan berbagi pengalaman di Republika. 

Jadi, sejujurnya aku seneng banget akhirnya cita-cita aku buat magang di tempat yang aku pengen akhirnya tercapai. Jujur, saat itu aku emang cuma niat masuk ke Republika dan gaada media cadangan lain yang bisa jadi referensi tempat magang. Tapi Alhamdulillah pertama kali coba lamar ke sana dan langsung diterima tanpa harus nyoba yang lain hehehe.

Selama di Republika Alhamdulillah ternyata lingkungannya cocok banget sama aku. Karyawanmya ramah, wartawan seniornya humble, bahkan di sana kita gak panggil bapak/ibu, tapi kita ganti dengan sebutan mas/mbak/akang dll yang lebih santai dan kekeluargaannya dapet banget. Padahal, notabene di sana kebanyakan orang-orang senior yang usianya bisa sama kayak orang tua aku hahaha. Tapi enaknya jadi berasa teman dan rekan kerja gitu sih. Asik.

Selain itu, kerjanya santai di rumah. Pas banget sama aku yang anaknya rumahan banget dan gak suka kerja di keramaian wkwk. Alhamdulillah sih beberapa kali juga dapet kesempatan buat liputan, ngerasain susah payahnya di lapangan, ngejar narasumber, wawancara, sambil panas-panasan atau segala macemnya. Terlebih bisa bertemu orang-orang hebat kayak politikus, artis, bahkan ulama-ulama besar yang harus diwawancara. 

Alhamdulillah berkat magang ini ternyata aku bisa menghasilkan 9 tulisan dalam sehari. Wkwkwkwk. Tapi rata-rata aku bikin 5 tulisan sih setiap harinya. Dari situ aku sadar, ternyata aku bisa seproduktif itu kalo niat dan punya target yang jelas. Bahkan mungkin bisa bikin lebih banyak tulisan daripada itu. YaAllah betapa magernya aku selama ini, yekan? Hahahaa.

Alhamdulillah banyak pelajaran sih yang di dapet selama magang. Banyak belajar sabar, ikhlas, mengesampingkan ego, fokus, berani, percaya diri, aaahhh pokonya banyak sekali.

Intinya sih lakuin segalanya dengan ikhlas. Oiya, kalo pilih sesuatu tuh harus bikin nyaman diri sendiri dulu, jangan bikin mindset kayak "yang penting dapet deh, yang penting magang deh" eetsss gak semudah itu guys. Menurut aku kenyamanan itu paling utama sih. Sebab kalo udah nyaman tuh dilakuinnya pasti enak, ikhlas, seru... Kalopun harus menghadapi titik jenuh pasti mikir lagi karena iniloh jalan yang kita pilih sendiri, masa kita tiba-tiba nyerah..gitu sih.

Pokoknya semoga kalian juga lancar terus yaaa segala kegiatannya, hajatnya, sukses terus pokoknya untuk kita semua. Ambil hikmahnya aja dari setiap kejadian. Sebab, Allah itu kasih kita ini semua karena pasti itulah yang terbaik buat kita. Enjoy! 

Jangan lupa selalu berbuat kebaikan. Hehehe.

Dear Anita Rahim,

Hari ini adalah tepat di mana kamu menginjak usia 21 tahun. Postingan ini aku dedikasikan untukmu. Tapi perlu diingat, ini bukan berarti kita merayakan ulang tahunmu, hanya saya aku ingin mengingatkanmu bahwa kamu harus lebih bersyukur atas umur yang Allah berikan selama ini.

Kamu patut menyadari bahwa usiamu sudah tidak muda lagi. Pribadi yang dewasa harus mulai dibentuk dan mulai mandiri lagi. Usia yang bertambah juga menunjukkan bahwa waktu hidupmu akan berkurang. Maka dari itu, pergunakanlah waktu yang kamu punya untuk terus beribadah kepada Allah dan selalu berbuat baik.



Nit, kau tahu? Ada banyak hal yang sudah kudapatkan semenjak berteman denganmu. Terutama tentang kepribadian diri yang aktif, percaya diri, kritis, dan juga ceria. Seiring berjalannya waktu, ternyata tak itu saja, ada banyak hal lain yang secara tidak langsung kau ajarkan itu pada teman-temanmu.

Semakin lama berteman, kamu dan aku kini tahu luar dan dalam. Entah itu tentang keluarga, percintaan, pertemanan, pelajaran kuliah, urusan organisasi, ataupun tentang kehidupan kita sehari-hari. Ya, dari sana kita mulai menyadari bahwa kita jauh berbeda dari sisi kepribadian.


Kamu ditakdirkan sebagai ekstrover yang sangat aktif, temanmu di mana-mana, senyummu bertebaran untuk siapapun, bahkan percaya dirimu terasah karena kamu sangat berani mengambil risiko. Sementara aku, seorang introver yang cukup aktif, tapi temanku tidak sebanyak dirimu. Aku sangat pesimis saat harus berdiri di depan umum, dan aku juga sangat malu jika harus mengungkapkan segala sesuatu kepada seseorang.

Ya, kita beda banget ya. Masih banyak hal yang beda dari kita dan rasanya tak mungkin jika harus aku ungkapkan di postingan ini. Pastinya kita menyadari akan hal itu dan semoga bisa jadi bahan muhasabah diri masing-masing.



Tapi, tahukah kamu bahwa sebenarnya aku sering menemukanmu insecure atas dirimu sendiri? Ya, beberapa kali kita pun "bermasalah" karena perbedaan kita. Aku egois dengan diriku, sementara kamu juga egois tentang dirimu. Kita sama-sama mengambil waktu untuk sendiri, dan mulai saat itu kita juga belajar untuk saling memahami.

Dewasa ini, aku mulai terbiasa dengan menerima orang lain. Ya, termasuk menerima diriku sendiri. Aku juga tersadar bahwa ternyata perbedaan itu gak penting loh, nit, dalam sebuah persahabatan. Maksudku, bukan kepentingan yang perlu diperdebatkan. Ternyata, setiap detik yang kita miliki bersama seharusnya dihabiskan untuk sama-sama belajar dan menerima, bukannya seperti sekarang ini, yang kamu memutuskan untuk mengambil 'jeda'.



Dengan postingan ini, aku rasa seharusnya kita sama-sama bisa lebih dewasa ya. Aku tetap menyayangimu meski tidak pernah aku ungkapkan sebelumnya. Plis, terima aku apa adanya. Aku yang cuek, gak suka diperhatiin, gengsi, egois, dan suka diem kalo lagi marah. Aku pun harus begitu, menerima segala kekuranganmu yang jadi ketakutanmu selama ini.

Di usia yang menginjak 21 tahun ini, kita--khususnya kamu yang sedang bertambah umur-- tidak lagi pantas bersikap seperti anak kecil. Kita harus bisa lebih percaya diri dengan diri kita. Kita tak perlu membuang hal-hal yang tidak perlu, tetapi kita hanya butuh memfilter itu semua, memilih mana yang baik untuk diterima dan mana yang baik untuk dihiraukan saja. Tapi ingat, bukan untuk dibuang.

Di usia kamu ini, aku berharap hubungan kita akan terus baik-baik saja, menjadi teman baik yang selalu mengingatkan di kala kita sedang futur. Selalu mengingatkan kebaikan, menegur di kala salah, menemani dikala sedih dan gundah, dan selalu berbagi kebahagiaan yang kita punya.


Teruntuk Anita,
terima kasih sudah menjadi teman baikku selama kuliah ini. Kuharap pertemanan ini bukan hanya sekadar kita bertemu di bangku perkuliahan, tetapi juga sampai ke dalam surga-Nya.
Dengan berakhirnya postingan ini, aku berharap semoga kamu selalu bahagia, panjang umurnya, sehat selalu, sukses selalu, dan jadilah kebanggaan untuk keluarga, agama, negara, saudara, dan sesama. Semoga hidupmu selalu diberkahi oleh Allah SWT.

Salam,
si Penebar Cahaya.

Hari ini, pertama kalinya aku main sama Ica dan Idum. Dua orang yang secara personal pernah punya 'kesan' pribadi sama aku. 
Sedikit cerita, kesan itu bukan kesan positif yang membuat kita sempat tidak baik-baik saja. Tapi, suatu hari aku memberanikan diri untuk meminta maaf dan mulai mencoba menerima keadaan.

Ica, si manusia cantik yang imut ini adalah teman mabimku saat jadi maba. Jadi, dulu aku sempat kenal dan tau baiknya ica. Tapi suatu hari, ada kabar burung yang kesannya negatif untuk aku yang membuat pandanganku ke ica mulai berubah. Kami sempat diem-dieman dan tidak saling bertegur sapa. Saat itu aku mulai berpikir "yaudahlah". 

Sementara idum, adik tingkat yang bucinnya kebangetan. Dia ini teman dekat semasa himpunan dan mulai dekat karena "seseorang". Dan, idum adalah seorang perempuan yang waktu itu deketin aku karena pengen nyari tau tentang gebetannya, yang tidak lain adalah temanku—bisa dibilang teman dekat. Tapi, setelah kami tidak satu himpunan, idum sempat menjauh. Pikirku, selama ini idum hanya memanfaatkan keberadaaanku untuk dekat dengan lelaki pujaan hatinya itu.

Tak hanya itu, mungkin ada satu dua atau tiga orang di luar sana yang tahu tentang cerita lain di balik mereka berdua. Ya, intinya ini masalah pribadi yang tidak bisa aku ceritakan di sini. Yang jelas, masalah itu yang menjadi salah satu penyebab aku insecure dengan diri aku sendiri. Terlebih sama ica. Hahaha, ya, ica pernah bikin aku insecure. Dan aku sempet unfollow dia karena merasa dia toxic buat aku.

Tapi suatu hari aku berpikir kembali. "Kalau aku gini terus, kapan aku berubah, kapan aku dewasa, kapan aku bisa tenang?" dsb. Aku mau hidup dengan hubungan yang baik, punya teman yang baik, peduli, bahagia, tanpa benci sama orang lain. Aku mau belajar percaya diri, gamau insecure lagi, gamau benci sama orang lagi, dan gamau ikut campur masalah pribadi orang lain.

Sejak saat itu, aku minta maaf sama ica, aku jelasin semua keresahan aku sama dia dan dia terima. Dia dengerin, dia juga mulai balik lagi. Sementara ke idum, aku ceritain kekesalan aku sama dia, dan minta dia buat berubah supaya lebih dewasa dalam memperlakukan teman-temannya. 



Alhamdulillah, alhasil beginilah kami. Allah mengikhlaskan hati-hati kami untuk saling menerima. Idum yang juga (pernah) punya urusan hati dengan ica kayanya sekarang sudah mulai menerima. Allah mengizinkan kami untuk berteman baik. Dan rasanya, ini titik balik untukku.. bahwa Allah izinkan aku untuk berubah jadi lebih baik. Bismillah.

Mungkin mulai saat ini, aku tidak lagi ada di barisan yang sama dengan ica dan idum. Aku sadar diri, aku dan mereka punya pribadi yang berbeda. Tak ada lebih, tak ada kurang. Kita punya istimewa masing-masing. Perkara siapa yang paling menang, kita semua adalah pemenang. Ini bukan lagi soal hati melainkan tentang percaya pada diri sendiri.

Terkadang pengalaman memang paling bisa mengajarkan banyak hal. Dan mulai saat ini, aku berjanji untuk berubah. Ya, tidak lagi berdiri di samping ica dan idum, tetapi berjalan di belakangnya untuk mendukungnya. Mungkin ini yang terbaik dari Allah. Semoga kita bisa berteman baik selalu. Aamiin.

Kamis kemarin, tepatnya tanggal 16 Januari 2020, aku bersama kedua temanku sengaja meluangkan waktu untuk kembali menengok sekolah yang telah membesarkan nama kami. SDIT dan SMPIT Ummul Quro Bogor, itulah nama sekolah kami.

Telah jauh-jauh hari aku mengajak mereka untuk menemaniku ke sekolah karena aku ingin mendonasikan buku-buku antologi yang pernah kuhasilkan. Hal ini aku lakukan sebagai bentuk syukurku kepada Allah yang telat mengizinkan aku untuk bisa berkarya sampai detik ini. Aku pun berniat untuk mengucapkan terima kasih atas ilmu yang telah guru-guru berikan kepada aku sehingga aku bisa melesat sejauh ini.

Di sana, aku menemui wali kelasku semasa SD dan juga SMP. MasyaAllah Alhamdulillah mereka masih mengajar di sana, dari yang single, menikah, punya anak, bahkan ada juga yang udah punya cucu. Time flies too fast ternyata ya. MasyaAllah.



Alhamdulillah, haru dan bahagia pun berasa dalam hatiku. Aku senang sekali bisa melihat guru-guru lagi, rindu rasanya lama tak berjumpa untuk beberapa tahun ini. Mungkin, ada beberapa orang yang bertanya "Kenapa sih ke sekolah lagi, kan gak ada apa apa juga?"

Begini teman-teman, aku ingin berbagi sedikit pengalaman. Jujur, niat utamaku untuk ke sekolah lagi adalah untuk memberikan buku antologiku dan meminta doa restu dari mereka agar bisa menerbitkan buku sendiri. Aku yakin, guru di sana adalah orang-orang baik dan sholih, maka tak salah jika aku meminta doa dari mereka yang mulia ini. Hitung-hitung sebagai balas budi dan pembuktian bahwa iniloh hasil ilmu yang kalian ajari kepadaku. Biar mereka senang, mereka bangga. 



Tapi, gimana buat kita yang gak punya prestasi atau gak ada kepentingan buat kembali ke sekolah?

Hey, guru-gurumu hanya butuh kabarmu. Meski baik ataupun tidak, mereka ingin tahu itu. Berprestasi atau tidak itu bukan prioritas utama mereka. Mereka hanya butuh melihat wajahmu yang dulu kecil, polos, imut dan bersahaja dan melihat kembali wajah yang telah rumit akibat banyak masalah kehidupan. Mereka bersedia menerima ceritamu bahkan memberikan telinganya dengan sepenuh hati. Lebih hebatnya lagi, mereka akan memberikan saran, pelajaran, masukan, dsb tanpa kamu minta. Persis seperti apa yang aku dapatkan ketika kemarin berkunjung ke UQ.

Mereka selalu menanyakan bagaimana kabar kita, bagaimana kuliahnya, bagaimana keluarga, bagaimana kisah percintaanmu, bahkan mereka juga menanyalan teman-temanku, ya, kalian! Terkhusus teman-teman yang dulu berjuang di satu sekolah yang sama. Mereka menanyakanmu.

Setelah kita semua lulus, tak disangka mereka tak melepaskan kita begitu saja. Kau tau, mereka merekam jejak kita selama masih di muka bumi. Mereka diam-diam mencari tahu tentangku, tentangnya, dan tentangmu. Teman-teman yang pergaulannya sudah tidak baik-baik saja pun mereka tahu, dan itu salah satu bentuk bahwa mereka peduli.



MasyaAllah, Alhamdulillah. Aku bener-bener seneng banget pas ngeliat reaksi mereka yang melihatku masih istiqomah dalam berpakaian. Ya, meskipun gak syari-syari banget, tapi mereka meyakiniku untuk terus menutup aurat. Mereka bilang, tetaplah jadi mutiara di mana pun kita berada. Lingkungan di luar sana benar-benar kejam dan kita harus kuat untuk tetap berada di jalan Allah. Ya, mereka menguatkanku.

Dan yang paling pentingnya, setiap bertemu mereka selalu ada saja doa yang tertutur dari mereka.

"MasyaAllah makin cantik aja"
"Awet muda ya kamu gini gini aja dari SD"
"Udah semester berapa sekarang?"
"Lancar yaaa kuliahnya"
"YaAllah jodoh mah udah deket neng, tinggal nunggu waktu ajaa"
"Semoga lulusnya dilancarkan yaaa"
"Semangat magangnya"
"Semoga karyanya bisa nambah terus"
"Jangan lupa dateng lagi ke sini kalo udah ada calonnya"
Dsb.

Hahaha, lucu. Tapi kuanggap itu semua sebagai doa dari orang-orang baik, dari orang tua untuk anaknya, dari guru untuk muridnya. 

Barakallahu fiikum. 


Jadi, teman-teman, jangan lupakan mereka ya, guru-guru kalian yang sebenarnya suka loh doain kalian diam diam. Bahkan nih siapa tau aja, kalian diingat sama mereka dan mereka celetuk "Si A apa kabar ya? Dulu dia asdfghjkl..." Dan akhirnya kangen tapi gak bisa apa apa. 

Jadi, samperin lah mereka ke sana. Tengok lagi orang yang sudah berjasa selama hidup kita. Jangan lupakan begitu saja, sebab kita yang hari ini takkan ada jika tidak karena mereka (pula). Iya kan?

Di suatu siang yang cerah, aku datang ke kampus untuk bimbingan bersama dosen. Karena dosen pembimbingku tak juga hadir, aku mencoba mencari dosen lain untuk bisa mengoreksi laporanku yang sudah selesai. Kemudian, aku bertemu dengan dosen PA-ku, pak Fauzy namanya.

Beliau adalah dosen psikologi di kampus. Karena aku ketua kelas, bisa dibilang aku cukup akrab dengannya dalam berbagai hal. Beberapa kali diajak mengikuti kegiatan dan juga bercengkrama untuk bicara soal kelas atau pelajaran. Apapun mulai dibahas dengannya.

Siang itu, aku coba membujuknya untuk membantu membimbingku dalam menulis laporan. Alhamdulillah, dia baik sekali dan mau mengoreksi. Aku yang saat itu ditemani oleh teman dekatku, Ayu, kemudian diajak untuk menemaninya makan siang.

"Kalian mau eskrim gak? Nanti saya ajak siang ini," ajaknya.

Sebagai pecinta eskrim, aku dan Ayu hanya tersenyum. Sebenarnya saat itu kami berdua ingin fokus menulis laporan dan ingin menyelesaikannya. Tapi, kami juga tak berani untuk menolak ajakan beliau itu. Alhasil, kami mengiyakan ajakannya.

Kemudian, kami pergi menuju salah satu mal di Depok. Beliau menyuruhku untuk memesankan taksi online dan kami segera menuju ke sana. Lalu, sesampainya di sana, beliau mengajak kami berdua ke tempat jual eskrim.

"Kalian pilih satu satu eskrimnya, nanti habis itu kita makan siang," katanya.

Aku dan Ayu tercengang. Eskrim yang dilihat dalam etalase harganya begitu mahal. Ya, mungkin aku dan Ayu memang terbiasa makan eskrim yang murah aja. Kau tahu, satu eskrim yang segelas kecil dihargai Rp50.000-an. Sementara, jiwa missqueen-ku meronta-ronta wkwkwk.

"Yaampun pak, mahal banget," kataku.
"Iya, pak, mending satu berdua aja deh pak," lanjut Ayu.

Kemudian, beliau menjawab, "Ambil aja satu-satu, memang harganya segitu, tapi rasanya enak banget, beda sama eskrim biasa."

Kami yang merasa bersalah itu mengiyakan perkataannya. Akhirnya kami beli dua eskrim dan lanjut untuk makan siang. Beliau mengajak kami ke tempat makan Jawa yang sejujurnya aku kurang suka hahaha. Tapi, ya namanya juga diajak ya gimana nolaknya kan. Mungkin dia lagi mau makan itu wkwk.

Nah, poin pentingnya adalah saat kita bertiga makan.

Sesampainya di tempat makan, kami memesan makanan masing-masing dan menunggu makanan hingga datang. Di waktu menunggu lah, tiba-tiba dosenku mengajari kami banyak hal.

Sebagai dosen psikologi, dia sangat ahli membaca mimik wajah, karakter seseorang, perasaan seseorang, dsb. Dan kali itu, aku menjadi bahan koreksiannya. Dia mengatakan banyak hal dari diriku saat itu.

Dia mengatakan senang ketika melihat wajah Ayu. Katanya, Ayu itu selalu santai menghadapi kehidupannya. Tidak seperti aku, yang terlalu tinggi interpersonalnya. Ya, katanya aku terlalu banyak merenung hingga pusing dengan pikiranku sendiri.

Secara garis besar, apa yang dikatakannya 90% benar. Yang menurutnya A, ya begitu pula yang aku rasa. Yang menurutnya B, ya itu juga yang aku rasa. Tidak meleset sedikitpun. Bahkan, dari kisah percintaan atau gaya hidupku saja dia paham. Dari situlah aku belajar.

Ada satu poin yang menjadi sorotanku siang itu.

"Kamu posesif," katanya.

"Memangnya posesif bisa dilihat dari muka, pak?" tanyaku.

"Engga. Tapi beberapa hal yang kamu tunjukkan lewat muka, bisa mengarahkan kamu ke sifat posesif itu," jelasnya.

"..." aku diam.

"Kenapa sih kamu sampe posesif kayak gitu?" tanya dia.

"Saya gak tau pak, mungkin karena saya ngerasa takut kehilangan aja," jelasku.

Ya, bisa dibilang aku ini cukup posesif. Apalagi kalau udah sayang dan nyaman sama seseorang. Tapi, aku gak tau, hal apa yang bisa bikin aku keliatan posesif. Aku kira, mungkin sifat itu cuma bisa dirasain sama orang yang pernah menerima dampak/perlakuan dari aku. Cuma, ke pak Fauzy gak pernah lah wkwkw Tapi gatau kenapa dia tahu juga hal itu.

"Saya tau kenapa kamu takut kehilangan sesuatu," tambahnya.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Kamu terlalu merasa dirimu rendah dan kurang," jawabnya singkat.

Aku tersenyum. Mungkinkah aku seperti itu?

Lalu, aku berpikir sebentar. Ya, ternyata aku memang seperti itu. Aku terlalu merasa kurang, aku selalu melihat kelebihan orang lain dan lupa sama kelebihan sendiri. Aku juga selalu melihat kekurangan diri, tapi lupa kekurangan orang lain.

Padahal, setiap diri seseorang pasti ada keduanya, dan aku lupa akan hal itu, secara gak sadar hal itu berjalan tidak normal. Pikiranku terlalu fokus pada kekurangan.

"Jadi, apakah saya kurang bersyukur pak?" tanyaku lagi.

"Saya gak tau, itu urusan kamu sama Allah," jawabnya.

Baiklah, dari situ saya benar-benar tertampar. Dari semua perkatannya, aku menoleh kembali ke sifat-sifat dan sesuatu yang aku kerjakan di masa lalu. Mungkin ada yang terlewat atau bahkan tidak aku sadari telah melakukan kesalahan.

Hari sudah mulai sore, kami bergegas sholat ashar dan kemudian hendak pulang. Di penghujung pertemuan, beliau berkata, "Kamu cantik, pinter, tapi sayang kurang bahagia."

Ya, mungkin aku kurang bersyukur dan terllau over thinking.

"Jangan terlalu lama begini, kamu masih muda," lanjutnya.

Terima kasih, pak. Saya selalu dapet pelajaran baru dari Bapak setiap kita bertemu. Semoga ini bisa menjadi resolusi baruku: bersyukur dan menerima kelebihan kekurangan diri maupun orang lain. Saya lakukan ini untuk bahagia pak, semoga berhasil wkwkw.

Kata bapak, bahagia itu gak melulu soal cinta. Posesif pun bukan jadi masalah utama dalam diri, tapi ya itu, sikap atau sifat yang kita punya bisa menghasilkan sifat-sifat yang lain. Semoga aku bisa jadi lebih baik lagi ya, semoga kamu yang baca juga hehe.

Makasih sudah mendengar ceritaku, semoga ada hikmahnya ya. aamiin.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Tentang Dia yang Kubangga
    Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates