Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Pagi ini Idulfitri terasa sangat berbeda. Setelah sebulan melewati Ramadan yang #dirumahaja, saatnya Idulfitri juga harus dilakukan sedemikian rupa. Suasana yang tak biasa kini menghiasai hari Raya dengan haru dan bahagia. Takbir bahagia dan haru kini terasa di relung-relung hati kami.

Sangat disayangkan di akhir Ramadan ini aku belum bisa merasakan shalat Id lagi. Meskipun begitu, aku turut menyaksikan mereka-mereka yang shalat di depan rumah dengan segala protokol yang ada; shalat dengan sajadah masing-masing, shalat dengan berjarak, menggunakan masker, bahkan tidak diperbolehkan untuk salam-salaman seperti biasanya. 

Melihat kondisi ini dari balkon rumah lantai dua, rasanya sedih ketika menyaksikan tangan-tangan mereka tidak bersentuhan setelah shalat Id. Yang biasanya saling berpelukan, pun shalat saja tidak berdekatan. Atas izin Allah semua ini pasti akan cepat berlalu. Semoga kita semua selalu diberkahi oleh Allah SWT, aamiin.

Teruntuk pembaca,
Taqabbalallahu Minna wa Minkum.
Selamat hari Raya Idulfitri 1441 H, ya. 
Mohon maaf apabila selama ini aku banyak salah, terlebih dalam setiap tulisan-tulisanku yang mungkin pernah salah atau menyakiti di antara kalian. 

Semoga dengan berakhirnya bulan Suci, kita tetap istiqomah dalam menjalankan segala perintah dan ibadah-Nya, dihilangkan dosa dosa dan saling memaafkan. Semoga juga hal-hal baik akan selalu membersamai kita dengan ridho Allah SWT.

Tetap semangat, ya.
Jaga kesehatan selalu dan jangan makan berlebihan di hari Lebaran ini. 

Salam Rindu dariku,
Untuk semua alam seperti dahulu.

Hari ini aku berkesempatan untuk menjadi pemateri di Latihan Rutin Dalam Jaringan (LRDJ) Stop Kida, yaitu komunitas pramuka dari sekolahku, MAN 2 Kota Bogor.

Awalnya tawaran ini dimulai dari percakapan biasa. Aku kira ini cuma basa-basi dan bercanda aja. Tapi ternyata beneran! MasyaAllah, Allah baik bangen udah kasih aku kesempatan buat berbagi ilmu dengan jangkauan yang lebih luas lagi.

Sebenarnya sebagai introver aku sangat tidak percaya diri untuk "tampil" dan jadi pusat perhatian. Tapi, seketika aku berpikir lagi. "Kalau saja aku begini terus, lalu kapan aku akan berkembang?" Dari pemikiran itulah aku memberanikan diri untuk keluar dari batas nyaman.

Rasanya campur aduk, antara senang, khawatir, deg-degan dan yang pasti gugup! Ini kali pertamaku untuk bisa jadi pembicara walaupun dari jarak jauh/virtual. Tapi sejauh aku menjalaninya, rasanya nikmat juga bisa berbagi pada sesama.

Perlu diingat kawan, berbagi itu tidak hanya soal materi dan uang, tapi ilmu juga bisa dibagi. Lebih baik kita punya sedikit ilmu tapi bermanfaat, daripada punya banyak ilmu tapi dipendam sendirian. Jadi, jangan sampai kita pinter sendirian, ya!

Aku percaya, esensi dari berbagi adalah kita akan mendapatkan kebaikan yang setimpal apabila kita ikhlas menjalankannya. Lagi-lagi, jangan pernah memandang berbagi adalah hal yang sulit. Ternyata semudah itu. Allah punya banyak ruang untuk kita berbagi.

Jadi, jangan pernah ragu dan takut kehilangan dengan berbagi. Sebab, berbagi akan membuat kita semakin kaya denga apa yang kita bagi tersebut. So, yuk kita berbagi untuk sesama. Jangan bosan-bosan ya untuk mengembangkan diri.
Pinterest.com


Di masa pandemi ini, entah kenapa aku merasa jauh dari dunia luar, lebih dari sekadar social distancing atau physical distancing. Orang-orang "dipaksa" untuk menjauh demi menyelamatkan diri dan orang lain sehingga kita disarankan untuk di rumah saja.

Tapi, seharusnya "jarak" ini berlaku jika fisik bertemu dengan fisik. Baiklah, kita harus saling menerima apabila bertemu tidak bisa lagi saling bersalaman. Kita tidak bisa lagi berbagi minum dalam satu gelas atau botol yang sama. Atau kegiatan lain yang semula "biasa" kini harus tidak dilakukan.

Namun, mengapa sebagian dari kita menerapkan "jarak" yang berkali lipat. Maksudku, kenapa jarak kita juga tercipta saat tidak bertemu. Ya, mungkin kita sedang sibuk masing-masing dengan "kesibukan" di tengah jarak ini.

Tapi jujur, keadaan ini membuatku semakin tersiksa. Saat aku tidak bisa menemui "mereka", teman-teman atau sahabatku, aku juga tidak melihat kabar-kabar baik dari mereka. Bahkan, aku sempat menantikan kabar-kabar buruk atau kesedihan yang biasanya mereka ceritakan kepadaku.

Entahlah mengapa dan bagaimana, rasanya semua itu hilang ditelan jarak bersama waktu yang kian menghapus cerita dan kedekatan kita. Sayangnya, mungkin hanya aku yang menyadari dan mereka hanya cuek dan lupa tanpa mengabari.

Kesedihan ini memuncak dua kali lipat. Ketika rindu desas-desusnya mereka, terkadang aku memulai percakapan lebih dulu di grup milik kita. Ah, sayangnya kehadiranku tidak begitu diindahkan. Bahkan sebagian dari mereka tidak membacanya. Sesedih itukah?

Bukankah seharusnya di tengah pandemi ini kita saling membutuhkan? Mengisi hari satu sama lain di saat kita semua kehabisan cerita saat di rumah aja. Ya, seharusnya kita semakin dekat karena hanya komunikasi intens yang dapat kita andalkan saat ini.

Lagi-lagi ini hanya sebuah keluh kesahku. Mungkin kehadiranku tidak begitu penting bagi sebagian orang. Mungkin lagi masih banyak orang penting lain di mata mereka yang lebih menyenangkan. Tidak sepatutnya aku mengganggu, atau bahkan mengemis iba.

Tapi dari keadaan ini aku belajar, tidak semua orang yang kita anggap teman adalah teman sejati kita. Adapun orang-orang yang kita anggap teman/sahabat tapi belum tentu kita merasakan hal baik darinya.

Kita bukanlah siapa-siapa. Hanya makhluk sosial yang membutuhkan sesamanya. Tapi perlu diingat, berharap pada orang lain hanya akan membuat sakit. Jadi, biasakanlah untuk "menyendiri" karena mati pun akan sendiri tanpa teman-temanmu.

Hai, begitulah.
Intinya aku rindu kalian semua, teman-teman yang kuanggap teman.
Semoga keadaan kalian selalu baik-baik saja dan diberikan kelancaran dalam segala hal.

May Allah always bless you. 


Mungkin kita gak pernah sadar, seberapa pentingkah kita bisa baca Alquran dengan benar? Seberapa seringkah kita membacanya?
Dan seberapa pentingkah baca Alquran untuk kehidupan kita?

Ada yang bilang, Allah SWT gak akan menyalahkan orang-orang yang bacanya masih terbata-bata; atau mungkin kesalahaan dalam bacaan tajwid, gharib, tartil dll juga termasuk. 

Benar, saya pun percaya sekali bahwa Allah SWT Mahapemaaf dan Mahapengampun. Dia tahu mana yang masih belajar, mana yang niat mengaji, mana yang perlu diampuni kesalahannya.

Tapi, bukankah alangkah lebih baiknya jika bacaan itu terus kita perbaiki? Terus belajar misalnya, sehingga bacaan kita turut membaik seiring berjalannya waktu. 

Tentu pengaruhnya akan luar biasa, bukan? Ini bukan hanya tentang bacaan kita yang jadi lebih baik, tapi sholat kita akan lebih istimewa dengan bacaan yang baik. Bukannya Allah akan hisab kita lebih dulu karena sholatnya? Bagaimana jika bacaan sholat kita belum baik karena baca Alquran pun masih terbata-bata?

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Kadang suka sedih sama diri sendiri yang baca Alquran aja masih suka salah. Apalagi ngeliat orang lain yang di usia 20-an seharusnya sudah pandai mengaji untuk persiapan menjemput masa depannya.

Apalagi banyak fenomena sekarang yang lebih peduli dengan "keahlian lain" daripada memperbaiki hal kecil seperti mengaji. Padahal hal sekecil itu bisa berdampak sangat besar, tapi seringkali kita lupakan. Entah secara sengaja atau tidak, tetap saja itu sangat disayangkan.

Orang-orang dengan bangganya belajar berbagai macam jenis musik. Orang dengan bangganya menguasai ratusan bahasa. Orang dengan bangganya sibuk jadi aktivis. Orang dengan bangganya bisa banyak keterampilan duniawi. Tapi, mengapa kita masih bangga dengan bacaan Alquran yang "apa adanya" saja?

Tentu mengaji yang baik akan berpengaruh untuk kita dunia ataupun akhirat, kawan-kawan.

Bagaimana jika anak-anak kita nanti bertanya,
"Ma, Pa, bagaimana hukum Nun Sukun bertemu Ba'?"
"Ibu, Ayah, tanda mim kecil di atas artinya apa?"
"Abi, Umi, saktah itu hukum apa ya?"

Kemudian, kita tidak bisa menjawab. Kasihan mereka, bukankah kita adalah sekolah pertama bagi anak-anak kita? Pernahkah kita berpikir sejauh ini?

Mungkin sebagian kita masih menyepelekan hal ini. Tapi sejatinya bacaan yang baik adalah dambaan setiap orang. Agar ibadah lebih sempurna, amal lebih diterima, doa bisa terkabul, dan mungkin jadi penyelamat kita di akhirat kelak.

Yuk, kita peduli dengan bacaan kita. Kalau kita belum bisa baca Alquran, yuk samasama kita belajar. Kalau masih terbata-bata ayo kita belajar lagi ya. Kalau masih belum bener juga, terus aja belajar. Toh, setiap satu huruf yang kita baca saat belajar insyaAllah akan terus jadi kebaikan kok. 

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. Bukhari).

Semangat terus ya, kita belajar sama sama. Semoga kita selalu dilancarkan dalam berbuat baik. Jangan menyerah yaa!

Setiap melihat statistik pengunjung di blog, saya selalu melihat perkembangan yang cukup membuat saya bahagia. Sebab, ternyata masih banyak beberapa dari kalian yang mau berkunjung dan membaca hasil tulisanku yang kebanyakan tidak penting dalam blog ini.

Ada satu postingan yang selalu hadir setiap hari di beranda bloggerku, yaitu postingan Sajak : Belajar Mengikhlaskan. Saya tidak menyangka postingan ini akan dikunjungi setiap hari. Padahal, postingan itu hanya sebuah sajak yang mungkin saja tidak penting bagi sebagian orang.

Melihat kembali isinya, saya teringat tentang kisah dua tahun lalu saat saya membuat postingan tersebut. Setiap sajak yang saya buat biasanya memang tidak melulu soal diri sendiri. Terkadang saya terinspirasi dari kisah orang lain dan ingin saya utarakan melalui sajak-sajak manis.

Tapi, tulisan dari hati memang akan sampai pada hati-hati pembacanya. Kebetulan, postingan itu adalah tentang saya yang saat itu menuliskannya untuk menaruh sebagian emosi agar lebih menenangkan diri.

Ya, saat itu saya harus mengikhlaskan seseorang karena berbagai alasan yang menuntut saya berhenti berjuang. Dalam kehidupan memang banyak yang perlu kita ikhlaskan, karena tidak semua rencana berjalan sesuai dengan keinginan, 'kan?

Saya menyadari segala sesuatu yang dilakukan dengan hati memang tidak akan sia-sia. Seberat apapun perjuangannya, sekecil apapun tindakannya, semua yang dari hati akan selalu menyenangkan pada akhirnya.

Alhamdulillah, postingan sajak itu kini mencapai ribuan pembaca. Semoga tulisan-tulisan lainnya bisa selalu menginspirasi kalian, ya.

Mohon maaf atas ketidaknyamanan Blog ini apabila terlalu pribadi. Sebab pada awalnya memang saya dedikasikan tulisan ini hanya untuk diri saya sendiri, tidak berharap ada orang lain yang menyukainya atau bahkan menjadi pembaca setianya.

Tapi melihat antusias pembaca, saya bersyukur karena bisa berbagi. Memang gaya tulisanku di blog ini tidak seperti tulisan formal di luar sana, tidak seperti blog orang lain yang jauh lebih bermanfaat. Tapi saya hanya berusaha berbagi tentang apa yang saya miliki.

Jadi, tolong dimaklumi, ya. Terima kasih telah berkunjung.
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ▼  2024 (15)
    • ▼  December (1)
      • Life Update Setelah Menghilang
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates