Sebenarnya, diri kita sendiri yang tau sejauh mana batas kemampuan dan kesanggupan kita.
Tapi nyatanya, terkadang kita memaksakan diri dan bertindak seolah mampu.
Kita tau kekurangan kita,
Kita tau kelebihan kita,
Kita tau apa yang baik dan buruk untuk kita sendiri.
.
Suatu ketika, ada seorang anak introvert yang larut dalam kebimbangannya.
Hatinya gundah, resah, dan berseduh karena terlalu memaksakan diri untuk tenggelam dalam kesibukan. Introvert itu berjalan menyusuri jejak kaki yang sudah terpampang,
Ia menginjak jejak yang sama agar tak salah jalan. Namun tampaknya ukuran jejak itu berbeda dengan kakinya.
.
Introvert itu merasa tak berdaya, setiap pijakan yang dihentaknya tak sesuai dengan dirinya.
Sementara itu, tak ada jalan lain selain membuat pijakan yang baru, dan tentu pada jalan yang lain pula, yang sesuai dengan dirinya, yang dapat memuaskan hatinya, dan bisa tercapai pula tujuannya.
.
Mungkin jalan kita sama, tujuan kita sama, dan harapan kita sama. Tetapi ini bukan jalan yang si introvert cari, lalu introvert itu berusaha mengasingkan diri mencari jalannya sendiri.
Tak jarang mereka yang suka menulis saling bertanya, "buku apa yang kamu suka?", Kemudian jawabannya beragam. Itulah pertanyaan yang sangat sering kuderngar dari mereka ketika mengetahui aku suka menulis.
Sewajarnya, orang yang suka menulis pasti dia sangat gemar membaca. Jangankan membaca novel sebanyak-banyaknya, menghabiskan novel satu hari saja mungkin mereka bisa. Dari situlah mungkin mereka mendapatkan banyak informasi, inspirasi, dan evaluasi dari setiap buku yang mereka baca. Dari membaca, mereka bisa membuat tulisan yang jauh lebih baik, mengetahui kaidah menulis yang baik, mengembangkan ide juga dengan sangat baik.
Tapi entah mengapa, aku paling tidak suka dengan pertanyaan tadi. Ya, "buku apa yang paling kamu suka?" Mungkin setiap yang bertanya akan mendapatkan jawaban yang berbeda dari mulutku. Haha, ya, sejujurnya aku kurang suka membaca. Kenapa?
Aku juga tidak tau alasannya. Genre buku pun aku tidak tau, jadi wajar saja jika ada yang bertanya "genre apa yang kamu suka?" Kemudian aku hanya akan tersenyum dan diam. Hehe. Begitu pula dengan "siapa penulis yang kamu suka?", Kamu akan tau sendiri jawabannya.
Aku tidak mengerti, mengapa cita-citaku menjadi seorang penulis, sedangkan membaca saja aku tidak hobi. Setiap membaca buku, pasti tidak tamat, kecuali buku-buku yang sifatnya ringan dan halamannya pun tak banyak. Ah, payah sekali. Penulis macam apa ini haha.
Lalu, dari mana aku mendapatkan ide dan inspirasi untuk menulis? Sedangkan biasanya oranglain bisa mendapat ide dari membaca. Jujur, aku lebih suka mengisahkan apa yang aku lihat, apa yang aku dengar, apa yang aku raba, apa yang aku cium, dan apa yang aku rasakan. Aku lebih suka bercerita dan mendengarkan cerita, terlebih cerita itu dari diriku sendiri. Aku tidak suka gaya bahasa yang terlalu tinggi, karena aku mau tulisanku dibaca oleh semua kalangan. Aku juga tidak suka gaya bahasa yang formal, sebab diantara mereka pasti ada yang tidak menyukainya. Aku lebih suka berbagi dengan caraku sendiri, dengan bahasaku sendiri, dengan apa yang ada dari oranglain dan diriku sendiri.
Tapi aku masih peduli tentang tata bahasa, irama, ide gila, dan rasa. Yang penting setiap cerita yang kutulis bisa menyenangkan bagi oranglain. Jadi, jangan menantangku dengan "kapan bikin cerpen?", "coba bikin esai", "coba bikin novel aja caa". Haha, gak semudah itu. Sebab fiksi bukan ranahku. Tapi nanti mungkin dicoba. Hehe.
Jadi, bagaimana cara agar bisa suka membaca? Ajari aku.
Hai, kenalan yuk!
Pengunjung
Isi Blogku~
SINIAR TEMAN CAHAYA
Followers
Postingan Populer
-
Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
-
Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
-
Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
-
Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
-
Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...