Berseri #Episode 5


"Nak, ini makanannya sudah siap. Ayo kita makan malam dulu," kata Uma memanggil Nufail.
"Iya, Uma.." jawab Nufail.

Tak lupa Nufail membuat makanan pula untuk Hiro, kucing kesayangannya. Lalu Nufail dan Uma makan malam. Setelah selesai, Uma segera merapikan meja makan dan Nufail membantunya dengan mencuci piring.

"Uma, ayo kita cerita!" Kata Nufail selepas cuci piring.
"Iyaa, semangat sekali kamu Nufail," kata Uma.
Sambil duduk di sofa, Uma dan Nufail mulai cerita.
"Gimana, Nak? Bagaimana hari ini, lancar?" tanya Uma.
"Alhamdulillah, hari ini lancar Uma. Aku dipercaya untuk jaga toko bunga. Aku diajak magang di sana dan dibayar juga uma. Seru banget kan?" kata Nufail.
"Wah, masya Allah. Seru sekali kerja di antara bunga-bunga. Uma ikut senang dengarnya," kata Uma.
"Iya, nanti sesekali akan Nufail bawakan bunga untuk Uma. Uma kan suka sekali dengan bunga.." kata Nufail.
"Ah, kamu ini. Sudah dewasa masih saja merayu Uma," kata Uma.
"Maksud uma? Aku harus merayu siapa?" tanya Nufail.
"Memangnya belum ada seseorang yang sudah menarik hatimu?" kata Uma mulai serius.
"Nah, ini Uma. Aku bingung..." kata Nufail.
"Ada apa?" tanya Uma.
"Jadi, tadi itu......." kata Nufail.

Tok-tok, suara pintu diketuk.

"Assalamualaikum.." terdengar suara seseorang di depan pintu.
"Waalaykumussalam," jawab Uma dan Nufail.
"Siapa malam-malam begini bertamu?" tanya Uma.
"Entahlah, Uma. Sebentar, akan kubuka."

Kemudian, Nufail membuka pintu dan ternyata seorang perempuan cantik datang ke rumah Uma.

"Assalamualaikum, maaf mengganggu malam-malam," kata perempuan itu.
"Waalaykumussalam, iya tidak apa-apa. Maaf, ada apa ya?" tanya Nufail.
"Bisakah saya bertemu dengan Uma Aisyah?" tanya perempuan itu.
"Tentu, silakan masuk," kata Nufail mempersilakan.

Perempuan itu duduk di ruang tamu. Lalu Nufail memanggil Uma yang tadi duduk di sofa ruang tengah. Kemudian, datanglah Uma ke ruang tamu menemui perempuan itu. Sementara Nufail duduk di samping Uma.

"Uma Aisyah, masyaAllah semakin cantik saja," kata perempuan itu.
"MasyaAllah, Misha. Tumben kamu datang malam-malam begini," kata Uma sambil memeluk Misha.
"Iya, Uma. Maaf ya ganggu malam-malam. Hari ini aku sebar undangan pernikahanku. Kebetulan lewat rumah uma aku jadi teringat. Nanti datang ya ke pernikahanku?" kata Misha yang memberi undangan sambil memasang wajah sedihnya.
"Jadi kamu menerima pinangannya?" tanya Uma dengan nada kaget.
"Iya, Uma. Jika tidak, maka keluargaku akan dihantui renternir setiap saat," kata Misha sambil meneteskan air matanya.
"Jadi, kamu menjual dirimu hanya untuk duniawi saja?" kata Nufail yang ikut berbicara.
"Seperti itulah hidupku, memang hanya dibeli untuk membeli," kata Misha.
"Maksudmu?" tanya Nufail.
"Jadi begini, ibunya Misha adalah sahabat Uma. Semenjak menikah, ibunya selalu cerita kepada Uma karena suaminya yang jahat. Hingga bertahun-tahun, ibunya tidak memiliki anak maka dari itu ibunya mengadopsi Misha saat masih 10 tahun," kata Uma.
"Hidupku tidak pernah nyaman, sebab aku selalu diperbudak ayah untuk bekerja. Tapi kuanggap itu hanyalah sebuah balas budiku kepada mereka yang mau mengadopsiku," lanjut Misha.
"Dan sekarang, ayahnya terlilit banyak hutang karena bisnisnya. Lalu seorang bos besar--yang tidak lain adalah partner bisnisnya-- ingin melunasi hutang ayahnya, namun dengan syarat ia harus menikahkan anak bos itu dengan Misha," lanjut Uma bercerita.
"Jadi, kamu menerimanya?" kata Nufail.
"Mau tidak mau, mungkin nasibku memang seperti ini," kata Misha.

Melihatnya lelah bercerita, Nufail mengambilkan teh untuk ibu dan Misha.

"Bersabarlah, Allah akan balas segala perjuanganmu," kata Nufail sambil menaruh teh di atas meja.
"Iya, aku yakin itu," kata Misha.
"Sudah kalau begitu, sudah malam, tidak baik seorang perempuan keluar malam..." kata Uma.
"Iya uma, maaf ya sudah ganggu malam-malam begini," kata Misha.


انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيل اللَّهِ

Artinya: “Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat, dan berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah.” (QS. At-Taubah [9]: 41)

Kemudian, Misha pamit kepada Uma dan Nufail. Setelah itu, Uma dan Nufail sepakat untuk melanjutkan ceritanya esok hari. Waktunya jiwa dan raga beristirahat. Uma dan Nufail bergegas wudhu dan pergi tidur.

---

Keesokan harinya, Nufail berangkat lebih pagi. Sebab, ia harus mampir ke toko bunga untuk memastikan karyawan yang datang. Nufail pamit kepada ibu kemudian ia pergi.

Sesampainya di toko, ia melihat sebuah sepeda antik parkir di depan toko. Padahal, toko itu belum dibuka, tak mungkin ada pembeli datang sepagi itu. Saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.00. Lalu Nufail membuka pintu dan masuk ke toko.

Setelah ia masuk ke toko, ia mencari siapa pemilik sepeda itu. Dilihatnya di setiap sudut ruangan, hanya ada beberapa karyawan yang sedang merapikan bunga-bunga di sana. Tetapi, saat tiba di sudut ruang baca, ada seorang perempuan berjilbab merah muda sedang membaca buku. Kemudian Nufail menegurnya.

"Maaf, sedang apa Anda di sini? Bukankah toko ini belum buka?" kata Nufail yang berdiri di belakangnya.

Kemudian, perempuan itu menoleh ke belakang.

"Aku hanya ingin......... Nufail?" kata perempuan itu terhenti karena kaget.
"Zaina? Bagaimana kauada di sini?" kata Nufail yang juga kaget.
"Hm.. Aku memang suka ke sini sebelum berangkat kampus," kata Zaina sambil menundukkan wajahnya.
"Kamu sering ke sini?" tanya Nufail.
"Iya, hampir setiap pagi," kata Zaina.
"Wah, benarkah? Kalau begitu kita akan sering bertemu," kata Nufail.

Lalu Zaina tersenyum, begitupun dengan Nufail. Kemudian, Nufail pergi untuk kembali melihat toko dan Zaina melanjutkan bacaannya.

Beberapa menit berlalu, seketika hujan turun dengan perlahan. Tetesan demi tetesan berbunyi di atas atap toko bunga. Bercak embun mulai menghiasi kaca-kaca toko itu. Lalu, terlihat Zaina berjalan ke arah luar, kemudian ia berdiri di depan pintu. Tiba-tiba saja Nufail datang..

"Hujan ya?" kata Nufail sambil menegur.
"Kamu bisa lihat sendiri," kata Zaina.
"Kalau begitu, jangan pergi," kata Nufail sambil melihat ke arah jalanan yang basah.
"Tapi sebentar lagi jam kuliah," kata Zaina.
"Jangan paksakan dirimu untuk sakit, karena tindakan karena paksaan saja sudah bikin sakit," kata Nufail yang tiba-tiba bijak.
"Kamu bisa saja, Nufail," kata Zaina sambil tersenyum.
"Masuk ke dalam, udara saat hujan sangatlah dingin," kata Nufail yang mengajaknya masuk ke dalam.

Kemudian Nufail membuatkan secangkir teh hangat kepada Zaina. Zaina yang saat itu ingin kuliah menjadi terhambat karena hujan tak kunjung reda. Begitupun dengan Nufail. Kemudian, Zaina duduk di sudut ruang baca sambil menikmati teh buatan Nufail. Sedangkan Nufail membuka laptopnya dan duduk di ruangan berbeda.

Sudah satu jam berlalu, hujan mereda. Nufail hendak memberi tahu Zaina untuk bergegas berangkat kuliah. Namun, saat ia masuk ke ruangan baca, Zaina tampak tertidur dengan menopang kepalanya diatas meja. Kemudian...

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

3 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.