Aksi 24 September 2019

Foto/Dessy Astuti.


Hari itu pertama kalinya aku ikut Aksi. Awalnya memang ragu untuk ikut karena takut. Selain itu, aku juga ada agenda sosialisasi di gedung rektorat di hari yang sama pada jam yang sama. Tapi pada akhirnya, aku dan beberapa teman sekelas izin kepada dosen terkait untuk ikut aksi ke depan gedung DPR.

Untuk alasan turun aksi, aku hanya ingin mencoba bermanfaat untuk negara dengan sekecil apapun. Ada hati-hati rakyat yang tak bisa bersuara, dan hanya kamilah mahasiswa yang bisa bantu untuk menyampaikannya pada petinggi-petinggi di sana.  Aku hanya ingin mencoba berguna untuk negara, walau aku tidak bisa bertindak banyak.

Saat itu, aku bersama temanku, Ayu dan Hanna, berencana untuk ikut aksi. Tanpa persiapan dan terkesan dadakan, kami hadir dengan bekal apa adanya. Hanya menggunakan masket, tidak bawa odol, tidak bawa handuk basah, bahkan tidak bawa air lebih. Kami pun hanya berbekal sarapan makanan tingan yang kudapat dari  sosialisasi di pagi hari.

Pukul 11.00 kami sudah kumpul di bus yang akan memberangkatkan kami menuju Gedung DPR. Laki-laki dan perempuan sudah siap dengan baju-baju hitam dan almamater kampus kami. Aku yang juga berdiri di dalam bus bersiap mengumpulkan tenaga untuk aksi. Namun apa daya, aku memang kadang mual kalau naik bus, jadi tidur deh sambil berdiri hehe.

Sesampainya di sana, kami diarahkan oleh koordinator dari kampus, Vier namanya. Dia mengarahkan kami untuk membuat border, mengingat teman di sampingnya, dan bersiap-siap untuk jalan menuju TVRI untuk sholat terlebih dahulu. Di barisan kami bertiga, tiba-tiba datang Desstut, teman beda kelas kami yang cukup akrab, lalu kami berangkat sholat bersama-sama.

Selesai sholat, kami bergegas kumpul di depan TVRI dan mempersiapkan diri untuk maju ke depan DPR. Dari 700-an mahasiswa PNJ yang ikut aksi saat itu, mungkin hanya kami yang tidak ada persiapan. Sementara Desstut datang mewakili pers kampus, yaitu GEMA, untuk meliput aksi yang terjadi di sana.

Setelah sampai di depan DPR, kami berteriak menyuarakan tuntutan rakyat. Berbagai permasalahan diungkap dari masing-masing kampus. Tak jarang kulihat poster-poster sindiran terpampang dari tangan-tangan mereka yang diangkat ke atas. Berbagai almet kampus pun kulihat sampa-sampai ada juga yang reuni ketemu temen lama hehe.

Detik demi detik terlewati, sudah pukul 4 sore DPR juga belum beri sinyal-sinyal keterbukaan. Barisan kami dari PNJ mulai mundur dan kembali ke arah TVRI karena kabarnya suasana mulai tidak kondusif. Barisan polisi sudah mulai membentengkan diri di depan gedung DPR. Khawatir terjadi chaos yang membahayakan, border laki-laki PNJ mengantarkan massa aksi perempuan untuk pergi ke tempat aman.

Rupanya suasana memang mulai chaos. Mahasiswi PNJ disuruh melepas atribut kampus dan segera kembali ke rumah masing-masing agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Mulai panik, beberapa orang berlarian dan menghindar dari gas air mata yang nyatanya sudah dilemparkan polisi. Saat itulah aku berpencar dari teman-teman. Aku bersama desstut, sementara Hanna bersama Ayu.

Bruk! Di tengah perjalananku berlari mengamankan diri, Desstut terjatuh tak sadarkan diri. Aku mulai panik, karena tak ada satu orang pun yang aku kenal di sana. Aku benar-benar hanya bersama Desstut. Lalu aku meminta tolong kepada orang sekitar untuk membawa Desstut ke ambulan.

Di ambulan, aku bertemu dengan anak PNJ lainnya yang ternyata sedang berlindung. Di sana kuminta bantuan untuk mengobati Desstur. Namun, aku tak menyangka Desstut semakin drop. Dia sesak nafas sampai akhirnya kejang-kejang gak karuan. Aku benar-benar menahan tangis dan cuma bisa bilang, "Istighfar Desstut, Istighfar..." kataku sambil memijit-mijit kakinya.

Melihat kondisi Desstut yang semakin parah, belum lagi ada gas air mata yang sampai terhidup ke ambulan, kami berencana untuk membawa Desstut ke RS terdekat. Anak PNJ lain pun tak bisa ikut karena banyak korban yang juga harus di bawa ke RS, ambulan menjadi penuh. Karena tak tega meninggalkan Desstut sendirian, aku berencana ikut bersama mobil ambulan.

Setelah aku berada di dalam mobil, aku duduk di samping Desttut yang masih saja kejang-kejang. Sedih masyaAllah aku berada di keadaan seperti itu. Belum lagi di tangan kiriku juga ada seorang perempuan bersandar tak sadarkan diri akibat gas air mata. Ada pula di kakiku yang juga sedang sesak napas. Belum lagi di tengah perjalanan ada yang memaksakan diri memasukkan korban baru dengan keadaan berdarah dan lengan yang patah. MasyaAllah.

Di ambulan itu, terlihat ada 6 orang korban yang juga aku bantu tangani luka-lukanya. Jujur, ini pertama kalinya aku menangani korban sebanyak itu dengan luka yang beraneka ragam. Padahal aku bukan anak PMR, bahkan belajar pun belum pernah. Dan qadarullah, itu pengalaman paling berkesan bisa menolong orang-orang yang kesulitan.

Tapi jujur, itu benar-benar menakutkan. Dalam waktu yang bersamaan, aku menyaksikan tangisan orang-orang yang tumpah di pipi-pipi mereka. Aku juga melihat kucuran darah dari kepala seorang korban, melihat orang sesak napas yang benar-benar mengerikan, sampai melihat orang patah tulang dan jerit sekeras-kerasnya.

Setelah sampai di RS terdekat, satu per satu korban dibawa ke IGD, termasuk Desstut. Aku menemani Desstut sampai ke ruangan. Lalu ia diinfus dan juga diberikan oksigen. Kata Desstut, saat itu aku benar-benar terlihat panik dan terlihat sedang menahan tangis. Hehehe, iya aku orangnya emang gengsian. Jadi, nangis itu cuma kadang-kadang, sisanya sering ditahan hehe.

Setelah berjam-jam di RS, akhirnya Desstut boleh pulang. Ayu dan Hanna yang berpisah dari kami pun datang menemui kami setelah aku beri kabar. Mereka juga kehilangan teman saat itu sehingga bingung harus ke mana. Akhirnya kami bertemu kembali di RS dan pulang bersama.

Saat itu, 24 September 2019, benar-benar hari yang sangat mengesankan, mengerikan, sekaligus menegangkan. Itu pertama kalinya aku ikut aksi dan mungkin terakhir kalinya pula. Hehehe. Setelah itu papa juga tidak mengizinkan aku kembali untuk turun ke jalan karena khawatir hal serupa terjadi pada putrinya.

Yang jelas, terima kasih ya Allah, Engkau telah memberikan aku pengalaman luar biasa. Semoga aksi mahasiswa ini tidak sia-sia, dan Indonesia kembali dengan keadaan baik-baik saja. Aamiin.

2 Komentar

  1. Panjang Umur Perjuangan

    ReplyDelete
  2. numpang promote ya min :)
    ayo segera bergabung dengan kami di F@N5P0K3R
    mumpung lagi promo besar looo...
    dapatkan bonus free chip, bonus rollingan, dan bonus refferalnya
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabungan dengan kami ya :* ;)

    ReplyDelete

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.