Hari itu aku mulai membuka pembicaraan. Aku meminta waktumu sedikit saja untuk menanyakan sesuatu dan berniat membantumu dalam suatu hal. Katamu, suatu saat nanti akan diberi kabar perihal waktu, tapi sampai kini tak kunjung tersampaikan.
Untuk itu, biarkan aku utarakan di sini meski kemungkinan terbesar kamu tidak akan membacanya. Biarlah kutulis ini untuk diriku sendiri, biar aku tidak lupa.
Sebenarnya hal yang kuingin bicarakan adalah menyangkut dirimu sendiri. Tapi sayang, 15 menit waktumu pun tak mudah kudapatkan. Ingin sekadar kuberbincang melalui telepon, atau hanya berbalas chat yang intens. Sebentar pun belum terwujudkan.
Baiklah, mungkin aku yang terlalu memaksakan kehendak. Sebenarnya bukan begitu, hanya saja waktuku tak banyak. Sebelum kumagang, kurasa masih ada waku untuk bersantai dan membantu teman-teman sekitar, termasuk kamu.
Sebab, fyi, mulai beberapa hari lagi aku akan mulai menghilang. Waktuku sudah direbut dengan aktivitas lain dan kemungkinan akan sedikit memiliki waktu luang. Tak ada lagi waktu yang kusisihkan untuk bertemu, bukan hanya dengan keluarga mungkin dengan teman-teman juga, termasuk dirimu. Aku minta maaf.
Maka dari itu, sebenarnya aku ingin meminta waktumu sedikit saja untuk bicara. Kali ini saja, izinkan aku, sebelum aku izin untuk menghilang. Apa kamu sama sekali tidak punya waktu sedikit pun?
Jika begitu, baiklah. Maafkan aku yang terlalu mengurusimu. Aku hanya peduli dan khawatir. Tapi bila kaurasa ini tak perlu, baiklah, kita akhiri saja.
Mungkin memang saatnya jarak dan waktu yang tak bisa bertemu. Kita urusi saja urusan masing-masing tanpa saling tahu. Biarkan Tuhan yang menyatukan kembali jika memang ditakdirkan lagi.
Baiklah, kupamit undur diri.
Yang perlu kauingat, aku tak pernah berhenti mendoakanmu untuk selalu dalam kebaikan. Semoga untukku juga.
0 Komentar
Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.