Kehidupan itu tidak semudah yang dibayangkan. Bukan hanya tentang hura-hura, bersenang-senang, meraih cita-cita, ataupun mencari jodoh yang sejalan. Banyak yang harus kita benahi dari dalam atau luar diri kita untuk siap menghadapinya.
Keluarga, merupakan salah satu sumber penting untuk belajar. Lahir dari sebuah keluarga yang sederhana dan berkecukupan mungkin adalah takdir masing-masing orang. Keduanya bisa jadi suatu hal yang menyenangkan atau justru menyedihkan. Bisa juga positif atau negatif. Maka dari itu kita harus benahi diri kita sendiri untuk mulai memikirkan hal-hal baik dari setiap yang kita miliki dan ajalani.
Aku terlahir sebagai keluarga yang tidak kaya, tapi alhamdulillah Allah mencukupkan rezeki kepada kami sehingga masih bahagia sampai detik ini. Melihat teman-teman yang lebih berada dan sejahtera memang kadang kala menjadi kesedihan tersendiri, tapi keluarga yang sederhana ini membuatku lebih bersyukur dan belajar untuk ikhlas.
Pun dengan mereka--anggota-anggota keluarga--mulai dari keluarga kecil sampai keluarga besar, semua memberikan aku pelajaran.
Keluarga papa benar-benar sederhana. Mereka hidup di Bandung dengan rumah-rumah kecil di gang-gang kecil. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang memang hidup berdampingan padahal sudah berkeluarga masing-masing.
Namun, dari mereka aku belajar bahwa kesederhanaan itu menyatukan semuanya. Kebersamaan begitu tercipta. Hal sekecil apapun bagi mereka mampu membahagiakan, tak perlu yang berlebihan. Dari mereka juga aku terinspirasi untuk bisa 'lebih' daripada mereka, untuk bisa membantu mereka, dan juga bisa membantu orang lain.
Berbeda dengan keluarga mama yang kebanyakan dari mereka sudah punya rumah sendiri. Hidupnya berkecukupan bahkan ada yang berlebihan. Namun, semua itu juga memberikanku pelajaran bahwa tidak selamanya kekayaan mengharmoniskan hubungan. Ya, ada saja plus minusnya dari dua keluarga ini.
Bahkan soal cinta, aku belajar banyak dari mereka semua.
Jadi, ceritanya hari ini mama dan uwa (kakaknya mama) pergi ke pantai bersama teman-temannya. Kebetulan, memang mereka dulu satu sekolah sehingga sering menghabiskan waktu bersama. Sementara, ada satu uwa perempuanku yang kini hidup sendirian. Ia ditinggal mati oleh suaminya. Sedangkan ketiga anaknya kini sudah punya rumah masing-masing.
Di malam minggu ini, beliau ngechat aku di whatsapp.
"Sa, mama sama uwa ke pantai ya? Kamu bukannya ke sini nemenin uwa, nginep aja," ajaknya tanpa basa basi.
"Loh, emang uwa masih sendirian?" tanyaku memastikan. Kukira ada anaknya yang sudah pulang untuk menemaninya.
"Iya atuh, selamanya sampai mati soalnya anak-anak udah punya rumah sendiri," jawabnya.
Aku dibuat kaget. Perkatannya singkat namun mampu menampar aku. Benar-benar membuatku iba. Uwa ini memang orang yang setia. Dia pernah bilang kalau dia tidak akan menikah lagi selepas suaminya pergi lebih dulu. Dan terbukti sampai sekarang, dia sendirian.
Yang tidak menyangka lagi, dia terlihat kesepian setelah ketiga anaknya pergi--menikah dan tinggal bersama pasangannya masing-masing. Padahal, rumahnya lebih besar dari rumah yang kutinggali sekarang. Kebayang betapa sepinya rumah itu saat ini.
Sayangnya aku tidak bisa menemaninya malam ini. Tapi, aku sudah mengatakannya bahwa suatu hari nanti aku akan menemaninya tidur. Aku benar-benar iba dan aku berpikir tentang masa tua.
Bagaimana jika mama dan papa nanti demikian?
Apakah aku sanggup membayangkannya kesepian seperti itu?
Apakah aku harus menemani mereka sampai akhir hayatnya?
Apakah aku bisa setia pada pasanganku nanti seperti apa yang dilakukan uwa kepada suaminya?
Ah, begitu rumit membayangkan kehidupan masa tua. Tapi aku sangat bersyukur bisa belajar banyak hal dari mereka--orang-orang yang sudah lebih berpengalaman. Aku sangat menyayangi mereka meski keluargaku termasuk kerluarga gengsi yang gak pernah ucapin perasaan apapun.
Semoga Allah memberkahi kehidupan kita, memperpanjang usia kita, melindungi kita dari marah bahaya dan terus menjaga kita untuk berada di jalan Allah. Aaamiin.. semoga yang baca juga demikian ya. Jaga keluargamu sebaik mungkin, belajarlah mengambil hikmah dari sekecil apapun kejadian. Semua yang ada di bumi berhak mendapatkan kebaikan.
Jadi, mari kita lakukan itu. Salam semangat!
3 Komentar
Kak tolong izinkan saya memakai karya kakak,,saya berharap kakak izinkan..salam sayang dari saya intan kak
ReplyDeleteKak tolong izinkan saya memakai karya kakak,,saya berharap kakak izinkan..salam sayang dari saya intan kak
ReplyDeleteMaksudnya gimana ya, Intan?
DeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.