Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak


Menjalani hidup di usia dewasa adalah memikirkan beribu cara untuk diterima oleh semua pihak. Sebab, tidak ada yang jauh lebih penting daripada kebersamaan dengan orang tersayang. Jadi, ketika hal itu belum didapatkan, orang-orang dewasa akan berusaha menuju ke sana. 

Nyatanya, hal itu tidak semudah dilakukannya. Katanya, kesederhanaan saja mampu untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kenyataannya tidak begitu. Yang terlalu sederhana justru kalah dengan hal-hal yang lebih luar biasa. Namun, seperti yang kita tahu, biasa dan tidak biasa adalah hal yang tidak ada tolok ukurnya. Semua orang pasti punya pandangan berbeda. 

Terkadang, orang dewasa melakukan sesuatu hanya untuk menyeimbangkan harapannya, agar di suatu hari nanti ia mendapatkan hal yang setidaknya setimpal dengan apa yang dia lakukan sebelumnya. Misalnya, seseorang membelikan seporsi nasi goreng untuk seseorang yang kelaparan, dengan harapan jika suatu saat nanti ia kelaparan, setidaknya ada seseorang yang juga memberikan seporsi nasi goreng untuknya makan. Sesimpel itu. 

Namun, nyatanya gak semua hal seperti apa yang dibayangkan. Mungkin saja balasan dari sebuah kebaikan itu tidak akan sama, bahkan seringnya begitu—atau bahkan kita tidak menemukan balasannya saat itu juga. Bisa saja saat kita kelaparan, ada seseorang yang juga memberi makan, tetapi bukan nasi goreng, ia memberikannya nasi hanya dengan ikan asin. Jauh di luar ekspektasi bukan?

Bahkan, bisa jadi tak ada seorang pun yang peduli kita sudah makan atau belum? Karena tidak sedikit orang yang mengurusi dirinya sendiri dan tidak peduli sama kehidupan orang lain. Ya, kehidupan ternyata sekejam itu. Ekspektasi nyatanya hanyalah sebuah musuh terselubung yang sering mengikuti seseorang, terlebih orang dewasa. 

Saat kita membutuhkan waktu seseorang, orang lain belum tentu menghabiskan waktunya untuk kita. Jangankan dihabiskan, diluangkan saja belum tentu. Masing-masing pasti punya prioritas, dan kita belum tentu di antaranya. Lalu, apakah kita bisa meminta lebih? Apakah kita punya hak itu?

Sejatinya, kita punya waktu masing-masing. Itu artinya, kita berhak membagi waktu kita pada apapun prioritasnya. Tapi, lagi-lagi kita harus ingat, tidak semua orang itu sama seperti apa yang ada di pikiran kita. Jadi, berharap pada manusia hanya akan membuka sebuah luka baru. 

Sama halnya ketika kita mencintai seseorang, yang nyatanya punya segala hal lebih daripada kita; keluarga yang kaya, keturunan yang baik, pendidikan yang tinggi, bergaya lebih modis, dan segala yang jauh berbeda dengan kita yang sederhana, apa adanya, pun pendidikan di keluarga tidak setinggi keluarganya. Mungkin di satu sisi kita akan berharap ada sebuah konsep penerimaan yang terjadi, tetapi kita kadang lupa bahwa ada kemungkinan lain, yaitu ketidakcocokkan dan penolakan.

Lagi-lagi, ini sebuah konsep penerimaan yang bukan kita sebagai kendalinya. Kita tidak bisa meminta lebih pada orang lain agar bisa menerima kita. 
Kita tidak bisa memaksa mereka untuk memberi waktunya.
Kita tidak bisa memaksa mereka untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Kita tidak bisa memaksa mereka untuk menjadi apa yang kita pikirkan.

Tidak bisa. Manusia tidak kuasa atas manusia yang lain.

Kuasa kita hanya pada diri kita sendiri. Kita punya ego masing-masing yang tidak bisa disamaratakan. 

Untuk itu, kalau lagi benar-benar merasa sendiri, lakukankan hal baik di dalam kesendirian itu. Banyak-banyak bersyukur karena itu artinya kesendirian menjadi bagian dari proses kedewasaan. Biarlah orang bertebaran pergi satu per satu. Tapi, kamu punya dirimu sendiri yang bisa memahamimu.

Tahanlah ego diri, pahamilah ego orang lain. Jangan bersedih hanya karena belum mendapatkan peneriman itu. Ini sebuah hal wajar yang harus kita hadapi.

Percayalah, akan ada waktunya ada orang yang mau menerima kesederhanaan kamu, mau meluangkan waktunya untukmu, mau memberikan perhatiannya untukmu, menghabiskan waktu denganmu, dan menerima apa adanya kamu—meskipun mungkin banyak keberagaman antara kamu dan orang itu. 

Kamu hanya belum menemukannya, bukan tidak memilikinya.

Sebuah karya nyata dalam menuangkan emosi, isi hati, dan juga pikiran adalah dengan menulis. Entah dalam bentuk tulisan seperti apa, yang jelas menulis bisa menjadi jalan keluar dalam kekalutan yang terjadi dalam diri. 

Sebagai pencinta menulis, aku menjadi salah satunya yang menjadikan tulisan sebagai media self healing. Mungkin banyak yang menyukai sajak dan puisi atau sekadar memo untuk menuangkannya. Aku pun sesekali menulisnya. Fiksi adalah jalan untuk menuangkan imajinasi yang muncul seketika.

Gak ada batasan dalam berfiksi. Kita bebas mengarang cerita sesuka hati dan sesuai keinginan hati. Kita bisa menciptakan tokoh yang kita suka, gerak pohon yang kita atur, dan suasana yang kita bangun. Fiksi begitu menyenangkan bila didalami. Lebih dari sekadar untaian huruf dan kata-kata yang beraturan. 

Menulis fiksi membuatku bisa berinteraksi pada tokoh yang kubuat sendiri. Rasanya sangat menyenangkan ketika menghadirkan tokoh impian pada sebuah tulisan. Meski hanya bayang-bayang, rasanya seperti kenyataan. Berinteraksi pada sang fiksi memang kadang memabukkan. 

Aku seringkali menciptakan tokoh-tokoh relatable yang mungkin saja ada di alam bawah sadarku. Seakan-akan tokoh itulah yang aku butuhkan di saat ide bermunculan. Ya, fiksi adalah cerminan hati dan pikiran. Maka jangan salahkan jika banyak kesamaan pada realistisnya. 

Sudah lama sekali rasanya tidak berfiksi dengan beralur panjang, a.k.a jarang lagi nulis cerita dan novel. Sekarang lagi bertarung dengan serangkaian tulisan nonfiksi yang semakin hari terus kupelajari. Rumitnya minta ampun. Tapi, nonfiksi adalah ruang belajar sekaligus berekspresi. Bukan hanya sebuah bayangan ilusi, tetapi ilmu yang bermunculan pun kerap membuntuti.

Kadangkala, hal itu dirindukanku. Rindu pada sosok-sosok yang menemaniku menulis, menghiasai pikiranku, dan merasa tokoh itu nyata dan sedang melihatku menulis untuknya. Apa kalian pernah segila itu mencintai tokoh khayalanmu?

Entahlah, nyatanya hampir semua yang menulis bisa terhanyut pada fiksi buatannya. 

Belum pernah coba?

Cobain, deh. Menyenangkan sekali. Aku yakin suatu saat bakal ketagihan punya teman fiksi. 

Tenang, ini bukan bentul kegilaan. Hanya saja sebuah rasa menyenangkan dan sebuah apresiasi kepada si penulis tulisan (diriki sendiri)

Selamat berkhayal. 
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ►  2024 (15)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ▼  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ▼  March (2)
      • Meminta Lebih, Bisakah?
      • Interaksi Sang Fiksi
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Tentang Dia yang Kubangga
    Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati untuk pertama kali. Namun, sayangnya belakangan ini, aku menyadari bahwa ternyata...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates