Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Satu kalimat yang belakangan ini sering terdengar di telingaku. Ya emang sih, belakangan ini sering banget dokumentasiin perjalanan aku, mulai dari beberapa pekan lalu ke Semarang, lalu ke Solo, terus mampir ke Yogyakarta sebentar. 

Jalan-jalan? No. Ini semua dilakukan atas dasar pekerjaan. Pasti tau kan rasanya disuruh pergi ke suatu tempat dengan alasan bekerja? Ya enak sih, cuma pergi bawa beban dan tanggung jawab adalah satu hal besar yang tentu harus dipikirkan. 

Aku cukup terenyuh juga ketika orang-orang berkomentar "enak ih jalan-jalan mulu." Mungkin kelihatannya iya, enak, kerjaannya ke mana-mana jadi bisa sekalian jalan-jalan. Aku juga bersyukur akan hal itu dan memang dari dulu punya harapan bisa coba pekerjaan semacam ini.

Tapi, mereka gak tahu aja di balik jalan-jalan itu, ada sebuah "perjalanan". Ya, proses yang panjang, perdebatan batin dan pikiran, semuanya sempat terjadi dalam waktu yang bersamaan. Entah saat sebelum berangkat, saat berangkat, atau ketika kegiatan sedang berlangsung.

Sebagai introver yang payah, lagi-lagi aku merasa ini bukan pekerjaan yang cocok untukku. Sebab, aku sangat amat kelelahan ketika harus pergi dan jalan-jalan jauh, apalagi untuk bekerja sekaligus. Butuh banyak effort sih sebenarnya bagiku. Aku benar-benar sering merasa kelelahan dan butuh recharge diri.

Memang begitu ya, pencapaian orang lain memang terlihat enak-enaknya saja. Tapi untuk terlihat seperti itu, tentu ada banyak hal yang sudah dilewati sebelumnya, ada banyak usaha yang dikerahkan untuk tetap bertahan, dan juga ada banyak doa yang selalu dipanjatkan, apalagi untuk meminta sebuah pertolongan.

Ya Allah, terima kasih.

Aku begitu bahagia bisa diberikan kesempatan seluar biasa ini. Bahkan, aku tidak menyangka hal-hal yang aku keluhkan setiap hari bisa terlewati juga--meskipun semuanya belum selasai 100 persen. Tapi aku yakin, semuanya bisa berlalu karena aku punya Allah yang Mahabesar.

Bismillah.

Percayalah kawan, kesempatan terbaik gak akan pernah melewatkan kita. Hal-hal yang kita inginkan mungkin tidak bisa terwujud saat itu juga, tetapi kalau itu ditakdirkan untuk kita, maka kita akan mendapatkannya suatu hari nanti. 

Semangat, ya!


Berawal dari cerita yang bisa kalian baca di sini, aku menjadi terperangkap pada pekerjaan di luar kebiasaan. Awalnya, aku memang benar-benar tau untuk bisa terjun ke dunia videografi. Pasalnya, aku juga memang punya kemampuan yang payah soal itu. Tapi, saat diberikan kesempatan itu, aku akan sangat menyayangkan ketika aku tidak mengambilnya. Akhirnya, saat itu aku bergabung pada bisang Tata Kecantikan Rambut untuk membuat Bahan Ajar Audio Visual (BAAV).

Setelah itu, aku mendapat banyak sekali pelajaran. Ya, aku benar-benar belajar. Saat itu, aku merasa belum menjadi anggota yang baik karena tak bisa seaktif teman lainnya. Bahkan, memegang kamera pun sangat jarang, kemampuan editing pun tak seberapa, pun dengan kemampuan komunikasi dengan orang baru juga adalah keterbatasanku yang mungkin tidak bisa dilakukan secara instan.


Dari kekurangan itulah aku belajar pada project kedua BAAV ini, di mana saat ini aku diamanahkan menjadi ketua. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali mengepalai grup tugas di kelas atau bahkan jadi ketua kelasnya. Tapi, kurasa berbeda ya jika harus menjadi ketua di antara orang-orang yang baru dikenal dalam waktu singkat.

Di project video ini, aku sebenarnya ingin sekali memperbaiki kekurangan saat menjalankan project yang pertama. Aku ingin sekali meningkatkan performa dan kerja kerasku untuk bisa jauh lebih baik. Namun, entah kenapa ada baik buruknya ketika aku menemukan anggota-anggota tim yang ternyata jauh luar biasa daripada aku, jauh berkemampuan dan jauh berpengalaman daripada ketuanya sendiri.

Pasalnya, anggota tim justru terlihat lebih aktif dan lebih giat dalam mengejar scene per scenenya. Yang dua tak lepas daripada kamera, yang satu lagi tak lepas memegang naskah. Padahal, awalnya aku sudah membagi tugas agar semua adil memegang tanggung jawab. Sementara aku lebih banyak diam, memantau, bahkan tidak kerja apa-apa selain bertugas menjadi back-up.

Entah ini terdengar menyenangkan atau justru buruk, tapi sejujurnya aku justru merasa gagal dan insecure. Sebab, ternyata aku masih belum bisa maksimal dalam memimpin tim di lapangan. Hal-hal yang tadinya ingin aku perbaiki saat project kedua ternyata belum bisa tercapai. Bahkan, rasanya "menjadi sia-sia" lagi seperti dahulu kala.

Aku benar-benar merasa tidak berguna. Tapi di satu sisi, sangat bersyukur bisa mendapatkan tim yang hebat-hebat. Bahkan, mungkin tanpa adanya aku mereka akan tetap bisa berjalan. Namun, dari dua project yang sudah kulewati ini aku belajar bahwa ternyata kembali kerja di lapangan bukan sesuatu yang terlihat menyenangkan bagiku.


Dari sini aku tersadar bahwa sepertinya aku memang bukan terlahir sebagai "anak lapangan". Aku bukan seseorang yang bisa beradaptasi cepat pada lingkungan baru, aku selalu merasa lelah ketika menghadapi situasi kerja dengan suasana keramaian, aku juga bukan orang yang mudah meng-improvisasi sesuatu dalam waktu cepat.

Berseberangan dengan itu, aku adalah orang yang harus berlama-lama untuk bisa akrab dengan orang lain, aku juga bisa lebih maksimal bekerja dalam keadaan sepi atau bahkan sendirian, aku juga tipe orang pemikir yang kalau memutuskan sesuatu harus dengan pertimbangan dan matang. Sementara, project video ini adalah kondisi yang berseberangan dengan kepribadianku.

Ya, memang belajar di luar kemampuan dan bekerja di lapangan memang tidak mudah. Mungkin itu yang bikin aku merasa tidak cocok menjadi jurnalis, meskipun aku lulusan jurnalistik. Sejatinya, memang diri kita sendiri itu paham dan sadar atas diri kita sendiri. Iya gak sih? Kalian sering gak ngerasa kayak gitu?

Ketika segala sesuatunya gak enjoy, itu sebenarnya menjadi alarm untuk diri kita sendiri dan tanda bahwa sebenarnya ada yang tidak beres di dalam diri kita. Sama halnya ketika kita tiba-tiba kebelet, itu artinya perut kita kepenuhan, jadi harus dikeluarkan. Sama juga seperti emosi yang tertahan terlalu lama, akhirnya keluar sebagai tangisan tanpa kita minta. Hal itu menjadi tanda bahwa kita sudah tidak kuat menahannya.

Ya, sama seperti satu malam di hari syuting kemarin. Tanpa sengaja, aku melupakan satu meeting penting untuk persiapan syuting video ketiga (sama juga bikin BAAV). Amanah baru lagi, mengetuai satu bidang untuk video selanjutnya yang tidak bisa ditolak. Saat itu, aku benar-benar bergegas join meeting di tengah-tengah syuting yang sedang berjalan malam hari.

Sampai di satu titik, aku sudah tak bisa lagi menahan. Ya, di situ aku menangis sendirian. Teman-teman lainnya sibuk di lobi hotel untuk syuting. Sementara aku, nangis di depan lift lantai 4, sendirian, sambil mendengarkan segala hinaan, caci maki, serta hal-hal yang sebenarnya tak ingin didengar.

Pasalnya, aku sama sekali memang tidak ada persiapan untuk meeting malam itu. Aku benar-benar lupa. Bahkan belum ada briefing apa-apa dengan tim karena memang sibuk dengan syuting video kedua ini. Rasanya hancur sekali malam itu. Tangis benar-benar pecah dengan sendirinya. Air mata yang keluar menumpuk di masker putihku dan membasahi seluruh mukaku malam itu.


Rasa bersalah, insecure, dan perasaan gagal memimpin di tim perhotelan belum selesai, tetapi sudah ditambah lagi dengan beban baru. Aku benar-benar merasa hancur saat itu. Rasanya ingin meluapkannya, tapi tidak bisa apa-apa selain diam, menangis, dan tidak mood ngapa-ngapain. Huft. 

Mungkin di antara teman-teman perhotelan menyadari itu. Aku terlihat sering sibuk sendiri, sering diam tak bisa apa-apa, sedikit bicara, bahkan ada kalanya benar-benar tak merespons apapun. Ternyata begitu rasanya menyimpan beban sendirian, apalagi bebannya ini sangat amat di luar dari kebiasaan, kemampuan, dan kemauanku.

Teruntuk tim perhotelan, maaf ya belum bisa jadi ketua yang baik. Bahkan sepertinya gak bantu apa-apa selain bantu angkat peralatan syuting. Mungkin, kalau untuk membantu membuat naskah, menyusun RAB, dan tugas-tugas semacam itu masih bisa dihandle dengan baik, meskipun gak mudah juga. Tapi, untuk kembali kerja di lapangan adalah satu beban berat buat aku, sehingga tidak bisa semaksimal kalian. Mianhae.

Setelah ini, kalau ditanya ingin terjun lagi ke dunia yang sama atau engga, jawabannya: kalau bisa ditolak, kenapa enggak? Hahaha. Lelah, bund.

Rasanya sudah cukup mencicipi pekerjaan ini. Pengalaman manis pahitnya sudah dicoba, kok. Bahkan mungkin setelah ini rasanya ingin menikah saja wkwkwk. Gak deng, bercanda. Eh tapi ya gapapa juga kalau emang udah waktunya. Wkwkw. Dahlah.

Tapi, aku juga tidak memungkiri bahwa banyak banget segala hal yang Allah kasih buat aku. Bukankah setiap amanah dan tugas yang datang adalah sebuah pembelajaran? Kalau kita merasa itu ujian, bahwa ujian tak pernah salah pundak. Itu artinya, seberat apapun yang aku hadapi sekarang itu artinya Allah percaya aku mampu melewatinya.

Itu yang selalu aku tanamkan dalam diri. Semoga sih harapannya bisa menjadi diri yang lebih baik lagi. Aku juga berharap semua lelah menjadi lillah dan segala rintangan segera berakhir. Ujian akan membuat kita semakin kuat, bukan? 😉

Cukup sekian aja ceritanya, deh. Kalau kebanyakan nanti bosen juga. Sebenarnya ini dokumentasi aja sih untuk pribadi, pun jadi tempat berkeluh kesah saat emang gak ada teman yang bisa aku ceritakan detail soal ini. Hehe. Semoga bisa diambil baik-baiknya, ya.



Assalamualaikum, gais! Sudah baca postingan sebelumnya? Kalau belum, baca dulu deh. Karena sedikit ada kaitannya sama postingan kali ini. Kalau sudah, lanjut aja kuy. Anggap saja postingan sebelumnya adalah pengantar sebelum aku bercerita soal kisah-kisah perjalananku ke Semarang kemarin. Jadi, enjoy ya!
Sebenarnya aku nulis selain untuk dokumentasi, juga untuk meluapkan segala emosi yang aku rasakan. (Emosi? Emangnya kenapa?) Haha. Ya, emosi. Jangan berpikir emosi itu cuma soal kemarahan, tetapi emosi adalah segala rasa yang kita rasakan. Mulai dari senang, sedih, bahagia, kesal, dan semuanya.

Kenapa emosi? Yya karena perjalanan ke Semarang ini ternyata merajut kisah-kisah yang menggabungkan segala emosi. Mungkin keliatannya aku baik-baik saja, seru-seru saja di Semarang, bisa main ke sana ke mari, bisa kerja sambil main. Ya, tapi ternyata tidak semudah itu. Ada banyak tangis dan usaha yang ada di baliknya.

Sejujurnya, aku juga ingin sekali bercerita sedetail mungkin kepada orang soal ini. Tapi, sayangnya aku tidak tahu harus berbicara kepada siapa. Rasanya aku benar-benar sendirian dan cuma bisa memendam. Alhasil aku memutuskan untuk bahas di blog aja, supaya lebih lega.

Emangnya aku mau cerita apa saja, sih?

Keindahan Semarang



Semarang, salah satu nama daerah yang sudah kutulis di wishlist buku planner. Beberapa kali Semarang sempat jadi topik perbincangan dalam kehidupanku karena beberapa orang terdekat pernah berbagi kisah-kisah mereka berkaitan dengan Semarang. Jadi, sempat kebayang keindahannya seperti apa.

Sejak saat itu, aku menulis tempat apa saja yang ingin aku kunjungi kalau aku ke Semarang, salah satunya Lawang Sewu. Alhamdulillah, tersampaikan sudah menginjakkan kaki ke sana. Namun, sayangnya karena waktu yang terbatas, jadi gak bisa lama-lama di sana.

Semarang itu kotanya indah dan cerah, mataharinya terik sekali. Menyenangkan, sih. Apalagi berada di sekitaran Kota Lama lumayan seru juga. Kehidupannya ramai sampai pukul 9 malam, tapi di atas itu benar-benar menyeramkan dan sepi. Kebayang gak sih kalau jalan malam-malam di tengah gedung-gedung tua dan kosong? haha.

Ada satu wishlist lagi yang belum kesampaian kemarin, yaitu ke Masjid Agung Jawa Tengah. Entah kenapa setiap mengunjungi daerah baru, yang kutuju adalah masjid-masjid bersejarahnya. Tapi sayang, gak semua orang punya wishlist yang sama, sehingga kalau bertemu dengan orang yang tiak tepat ya susah untuk mewujudkan harapan itu.

Tapi, gapapa. Mungkin ada kesempatan lain nantinya yang bisa bawa aku balik ke Semarang dan menuntaskan mimpi-mimpi yang tertunda. Udah sih, sekilas itu aja tentang Semarang. Kotanya puaaanas banget! Panasnya di Bogor ternyata masih wajar banget, karena ada yang lebih panas hehe.

Safar Tanpa Keluarga


Sejujurnya, ini salah satu safar yang terjauh tanpa keluarga--selain waktu itu jalan-jalan sama teman angkatan, ya. Biasanya kan banyakan, dan sekarang cuma ber 8 (6 orang mahasiswa dan 2 dosen). Tergolong sedikit memang, jadi vibesnya justru berasa lagi jalan-jalan, bukan untuk kerja. Hahaha.

Sebelumnya, aku juga ditawarkan sebuah business trip oleh salah satu klien di penerbit. Jadi, waktu itu tawarannya adalah aku harus meneliti dan cari data di 4 kota di Jawa Timur. Sayangnya, tawaran itu hanya untuk aku sendiri dan hanya ditemani oleh seorang laki-laki dewasa (bapak-bapak) yang menawarkan proyek. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.

Nah, intinya saat itu aku gak jadi berangkat karena gak dapat izin dari papa. Maklum, anak perempuan gak dibolehin safar tanpa mahram. Jadi, aku ikut aja deh. Awalnya merasa sayang karena sudah menolak tawaran itu, tapi alhamdulillah ketika kita mengikhlaskan sesuatu karena mau taat kepada Allah, eh.. Diganti sama kesempatan pergi ke Semarang ini. Alhamdulillah.

Makan enak, tapi ...


Ada satu hari saat itu yang bikin aku gak nyaman. Apa? 

Jadi, suatu hari dosenku bertemu dengan temannya yang tinggal di Semarang. Tidak disengaja, aku bertemu mereka di lobi. Gak cuma aku, dua temanku juga ikut berkenalan. Beberapa waktu berbincang menjelang makan siang, eh.. Akhirnya diajak makan siang bareng.

Awalnya senang, karena ada kesempatan nih untuk makan makanan Semarang. Sekalian kulineran, pikirku. Tau-taunya, aku dibawa ke tempat kuliner kuno di Semarang. Aestetik sih, tapi tampilannya mencurigakan. Sebab, tak melihat orang-orang berhijab di sana. Ada sih, tapi sedikit. Sisanya orang-orang berpakaian mini wkwk. Bisa bayangin kan pas aku masuk ke sana diliatinnya kaya apa?

Tapi, karena emang ini diajak, ya apa boleh buat. Aku cuma bisa ikut. Ya sudah deh ceritanya aku masuk aja tuh ya, cuek. Pas duduk di meja makan, jeng-jeng.......Menu datang. Isinya ada menu-menu yang dilarang di agama, alias ada bibubebonya wkwk. Gausah dijelasin lah ya.

Dari situ aku sudah makin pusing deh tuh, gak tau mau mesen apa. Aku juga inget dan pernah denger, kalau ada sesuatu yang halal dan haram di satukan, ya... Pokoknya jadi ragu gitu deh.Walaupun ada menu halalnya, tapi kita kan gak pernah tau ya alat dan bahan apa aja yang digunain di dalam dapur. 

Akhirnya aku gak pesan makanan karena ragu dan takut. Padahal katanya makanannya enak-enak, tapi ya gimana, masa menggadaikan keimanan cuma untuk makanan enak? Haha. Dari situ aku ngeliat dosenku dan temannya kayak menyadari ketidaknyamanan aku di sana. Tapi ya gimana, gapapa lah. 

Kerja di Luar Zona Nyaman


Selanjutnya, pekerjaan ini. Ya, pekerjaan jadi videografer dan tim editing agak ribet juga. Dulu, aku gak pernah mau ambil kerjaan selain nulis. Karena ya nyaman dan ngerasa bisanya cuma di bidang penulisan. Tapi, sekalinya coba kerjaan di luar itu, eh malah jadi terjebak di sini wkwk.

Sebenarnya seru, aku jadi belajar hal baru. Tapi, asli, aku merasa benar-benar "sendirian". Pertama, aku ngerasa gak ahli di bidang videografi, sementara teman-teman lain sudah lebih berpengalaman. Kadang ngerasa bisa dibantuin, tapi kadang-kadang harus ngerasa kalau yang namanya udah turun ke dunia kerja, pasti pada akhirnya akan sendiri-sendiri.

Ya, intinya keegoisan akan berlaku di dunia kerja. Gak ada saling tunggu-tungguan, gak enakan, kasihan, dll. Segala hal di luar zona nyaman harus siap-siap diterima. Walaupun emang berat banget buat aku. Contohnya tadi malam, baru banget dapat kabar satu orang di timku mengundurkan diri......

Ah, kepala kayak mau pecah rasanya! Mencari orang baru dalam waktu singkat memang lumayan berat. Ditambah lagi beban-beban lain yang lagi bermunculan di waktu yang bersamaan. Tapi, ya itulah dunia kerja. Gak ada yang bisa kita terka. Tapi, bismillah, berdoa selalu supaya minta dikuatkan pundaknya sama Allah:')

Perjalanan ke Semarang


Terakhir, aku mau ceritain perjalanan saat ke Semarang. Waktu dari Jakarta ke Bogor, sejujurnya aku excited bisa naik kereta jarak jauh. Maklum, gak pernah. Tapi, ternyata flat aja gitu selama perjalanan karena sedikit ngobrol sama orang-orang. Karena teman-temanku sibuk sama doi masing-masing wkwkw. Sedih sih, karena aku gak ada teman ngobrol dan emang gak ada doi juga. Tapi, yaudah, mau gimana lagi ya kan?

Terus, pas perjalanan pulang, aku lumayan deg-degan sih. Karena kita ambilkereta jam 3 pagi dari Semarang.  Alhasil, kita (cuma berempat) gak berani tidur karena takut kebablasan. Padahal saat itu benar-benar capek dan pegel banget, cuma gimana ya kan.

Nah, di tengah perjalanan, aku tidur deh tuh, yang lain juga. Tapi, pas azan subuh berkumandang dari hp aku, akhirnya aku kebangun. Tapi, melihat kondisi perjalanan kayaknya saat itu masih jauh dari stasiun. Pun kalau memang berhenti, ya gak akan lama. Itu yang bikin aku gak punya waktu buat sholat. Aku kebingungan.

Saat itu aku coba searching bagaimana cara terbaik untuk bisa sholat. Melihat teman-teman lainnya masih tertidur, aku ke kamar mandi saja dulu jaga-jaga mengambil air wudhu. Pas balik dari kamar mandi, aku melihat di sebrang kursi kami ada seorang laki-laki lagi sholat dengan duduk. Dari situ aku terinspirasi untuk sholat duduk juga.

Sebenarnya seperti yang aku tahu, hukum sholat duduk itu bisa dilakukan kalau memang benar-benar mendesak. Nah, yang aku ragu, aku gak tahu saat itu mendesak banget atau enggak. Atau memang akunya yang kurang ilmu? Tapi, karena aku ngerasa gak ada pilihan lain, akhirnya aku cari tempat duduk kosong dan sholat sambil duduk juga.

Aku cuma bisa berdoa sama Allah atas ibadah yang aku lakuin saat itu. Aku yakin Allah tahu kok niat baik kita. Bismillah aja saat itu kwkk. Alhamdulillah, aku mau berterima kasih sama mas-mas yang waktu itu sholat di kereta, aku jadi ada jalan keluar dari kegelisahan.

Udah deh, udah cukup panjang ceritanya sih wkwk. Segitu dulu ya, teman-teman. Makasi sdah mau baca sampai kalimat terakhir. Sejujurnya cuma bisa nuangin lewat blog aja. 


Beberapa waktu lalu, ada tawaran pekerjaan pergi ke beberapa kota. Semua akomodasi ditanggung, tapi sayangnya aku harus pergi sendirian—meskipun akan didampingi oleh bapak yang menawarkan proyek. 

Sebenarnya itu adalah salah satu impian pekerjaan: jalan-jalan yang dibayar. Namun, dari awal aku sudah tidak yakin untuk pergi sendirian; karena tidak mampu dan tidak mau (karena safar & tanpa mahram). Ditambah lagi, papa juga tidak mengizinkan karena alasan kedua. 

Awalnya sedih, kayak ngerasa sayang banget karena sudah melewatkan satu kesempatan yang mungkin gak bisa datang dua kali. But, isokaayy! Aku selalu yakin ketika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, DIA akan kasih gantinya suatu saat nanti—yang mungkin bisa dengan cara yang berbeda. 

And then, i'm here! Semarang~~



Gak lama kemudian, aku dikasih kesempatan lagi dengan pekerjaan menyenangkan, bisa jalan-jalan, dan dibayar. MasyaAllah Tabaarakallah. Gak pernah nyesel buat berdoa ke Allah. Pasti ada aja kejutan tak terduga🥲❤

Sebenarnya mungkin keluar kota bukanlah satu hal yang luar biasa. Bahkan setiap orang mungkin bisa saja melakukannya atau bahkan mendapatkannya. Tapi, cita-citaku sederhana; bisa keluar kota—apalagi sambil jalan-jalan, dll. 

Memang, orang sesedehana kayak aku yang anak rumahan dan gak punya kampung halaman membuat "keluar kota" adalah salah satu kesempatan langka. Apalagi, kita bisa melakukannya karena kerja keras sendiri atau ya hasil usaha kita sendiri. Beda lah ya vibesnya sama orang-orang yang sekadar jalan-jalan. 



Ya gitu deh intinya wkwk. Tapi, aku bener-bener takjub sih sama kebaikan yang Allah kasih. Gak perlu nunggu lama-lama, kesempatan kayak gini datang lagi dan akhirnya papa merestui aku untuk pergi. Karena kebetulan perjalanan kali ini memang gak sendirian, ada mahramnya, dan juga ada pak dosen. Aman lah.

So, jangan pernah ragu untuk meninggalkan sesuatu yang bikin kita gak nyaman dan gak berkah. Mintalah petunjuk sama Allah, karena di sanalah letak keberkahan-Nya. 

Ingat, keberkahan lah yang utama dalam segala sesuatu. Sebab, berkah sudah pasti bahagia, tapi bahagia belum tentu berkah. Semoga kita gak lupa ini🌻



Kata orang, manfaatkan waktu luang sebaik mungkin dengan hal-hal yang produktif. Ya, aku penganut pernyataan tersebut, Seringkali aku selalu senang dengan segala hal yang berbau produktivitas. Pasalnya, aku terlahir sebagai seseorang yang jauh dari kata gak bisa diam.

Entah ini aneh atau tidak, aku justru nyaman jika diberikan sebuah "tugas dan amanah". Walaupun kedengarannya berat, tapi menurutku dengan adanya dua hal itu, aku bisa mencapai satu motivasi dalam hidup, yaitu bermanfaat bagi orang lain. Itulah nilai baik yang aku dapatkan ketika diberikan tugas dan amanah.

Dari dulu, aku selalu senang jika dipercaya oleh orang lain. Meskipun rasanya tidak terlalu ringan, alias banyak sekali rintangan dan halangan saat kita sedang mengerjakan beragam kesibukan--apalagi di waktu yang bersamaan. Tapi, bagiku ada sisi-sisi yang menyenangkan karena aku bisa mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat.

Semenjak lulus dari kuliah, ada perasaan sedih. Kenapa? karena ternyata kehidupan pascakuliah sangat tidak menentu. Jika kita hanya terus menunggu, tentu gak akan ada hasil yang kita dapat. Maksudnya, pekerjaan yang kita cari itu harus dikejar dan diciptakan, bukan hanya ditunggu. 

Di satu sisi, aku belum menemukan kenyamanan dalam bekerja yang full time. Kadangkala aku merasa kerja kantoran kayaknya menyenangkan, ditambah aku yang memang senang sekali menjalankan sesuatu yang terjadwal. Dengan begitu, pekerjaan pasti akan jelas, dari jam sekian sampai jam sekian, apa saja yang akan dikerjakan, apa yang ingin dicapai, dsb.

Tapi di sisi lain, aku juga tipe orang yang "bosenan". Alias, kalau setiap hari pekerjaannya begitu-begitu saja ya males juga kadang-kadang. Pribadi introver aneh seperti aku kadang-kadang gak bisa menjalankan rutinitas yang itu-itu saja. Kecuali semua hal pekerjannya bikin nyaman, ya, hehe.

Untuk itu, sementara ini freelance memang menjadi pekerjaan yang nyaman. Di samping bisa dikerjakan kapan saja, pekerjaannya juga beragam; mulai dari pembuatan video, syuting, editing video, proyek percetakan buku, mendesain tata letak, dsb. Setidaknya aku bisa melampaui banyak pekerjaan dalam satu waktu.

Enaknya, freelance bisa mengatur waktunya sendiri. Dengan begitu aku lebih punya banyak waktu luang. Balik lagi ke kalimat-kalimat di paragraf pertama, aku gak bisa jauh-jauh dari produktivitas. Rasanya kalau gabut dan berdiam diri di kamar tanpa ngapa-ngapain adalah mubazir waktu. Ditambah lagi malah jadi pusing dan sakit hahaha.

Untuk itu, aku memutuskan buat bikin siniar. Iseng aja sih. Bahkan aku gak tahu akan didengar sedikit atau banyak orang. Yang penting aku gak sia-sia aja sih. 

Siniar ini berangkat dari keresahan aku yang punya waktu luang tapi bingung mau ngapain. Ketika mau nyari teman untuk curhat atau cerita, ternyata teman-teman juga sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Alhasil, siniar ini menjadi mediaku untuk mengutarakan segala isi hati dan pikiran. Ya, lagi-lagi aku lakukan untuk diri aku sendiri sih. Masalah akan didengar orang atau diapresiasi itu adalah bonus.

Nah, tapi senang gak sih rasanya kalau punya karya tuh ada yang menghargai, ada yang menyukai, dan ada yang menunggu-nunggu di luar sana? Kalau gitu, gak ada salahnya ya kalau aku promosi di blog ini. Siapa tau ada yang lihat dan makin banyak pendengarnya.

Nah, ini podcastnya. Namanya Teman Cahaya. Bisa di subscribe di Google Podcast Teman Cahaya atau bisa banget follow di Spotify Teman Cahaya. Meskipun episodenya masih sedikit dan kualitasnya masih berkembang, gapapa lah ya kita promosiin. Siapa tau ada masukan dan kalian suka hehe. 

Namanya juga baru, jadi maklumin aja ya kalau masih banyak kekurangan. Senang sekali kalau kalian mau ikut mendengarkan dan bagikan kepada orang lain. InsyaAllah lagi belajar konsisten untuk upload setiap minggunya. 

Semoga bermanfaat, ya, siniar dan postingan kali ini. Yuk, sebagai anak muda jangan cuma leha-leha dan cari uang saja. Tebar juga cahaya dan kebaikan-kebaikan yang kita punya, sekecil apapun. Hehehe. Salam kebaikan, semoga kita sehat dan bahagia selalu. aamiin.


Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ►  2024 (15)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ▼  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ▼  October (5)
      • "Enak, ya, jalan-jalan mulu."
      • Kembali Kerja di Lapangan
      • Kisah Perjalanan Semarang
      • Semarang, I'm Here!~
      • Siniar Teman Cahaya
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates