Kehilangan Peran Laki-Laki


Semenjak berdua di rumah, aku merangkap beberapa peran untuk menjaga rumah. Sekarang, peranku bukan lagi hanya seorang anak, tetapi juga menjadi 'suami' siaga untuk mama, menjadi penjaganya mama, menjadi tukang galon, kuli bangunan, tukang gorden, hingga tukang ganti lampu, hahaha.

Ya, sekarang aku juga melakukan beberapa pekerjaan laki-laki yang mana biasanya dilakukan oleh papa, kakakku, atau adikku. Qadarullah, sekarang Allah lagi memisahkan kami di tempat masing-masing karena pekerjaan. Bali, Bandung, dan Riau kini terbentang di antara kami. Sementara aku dan mama sekarang berdua di Bogor, bersama keluarga kakak perempuanku yang sudah berkeluarga.

Pikirku, sedikit menyenangkan juga bisa berdua di rumah sama mama. Suasana rumah jadi semakin sepi, dan aku suka itu. Ada banyak space untuk aku berpikir, berkreasi, atau bahkan sekadar merenungi hari-hari. Ya gitu deh, aku memang suka kesunyian, tapi itu berbanding terbalik dengan kebutuhanku mengenai quality time.

Di satu sisi, aku sangat sedih dan rindu sama keluarga yang utuh, keluarga yang biasanya rame dan bisa saling cerita atau melihat mereka sekadar hadir di rumah dengan aktivitas masing-masing. Semenjak kondisinya LDR kayak gini, sisi quality time itu tidak terpenuhi. Aku jadi sedikit murung dan sering tiba-tiba sedih aja keinget sama yang lainnya.

Dan, setelah belakangan ini aku sakit, kini mama yang lagi sakit. Aku ngerasain banget gimana susahnya ngurus dua orang yang sakit dengan hanya beda hari saja. Ditambah lagi, sekarang aku sudah kembali pada rutinitas bekerja yang harus berangkat pagi pulang malam untuk menempuh perjalanan. Mama jadi sendirian di rumah, dan aku gak tega meninggalkan dirinya terbaring sakit dan mengurus dirinya sendirian beberapa hari ini.

Sama halnya dengan laptopku yang rusak. Hari ini baru saja diperbaiki dengan keberanian diriku yang biasanya sellau dianter sama papa atau kakakku karena gak ngerti soal elektronik. MasyaAllah, sekarang aku ngelakuin itu sendiri. Meski ada rasa takut takutnya, tapi alhamdulillah bisa.

Lalu, lampu di rumah ada yang mati. Mama sama aku sempat bingung harus ganti gimana karena kita gak nyampe soalnya posisi lampunya agak tinggi. Terus, kita mikir sejenak dan akhirnya aku memberanikan diri untuk menumpuk meja dan kursi, lalu aku naik di atasnya. Iya, harus aku, karena mama lagi sakit dan gak mungkin juga naik ke atas.

Asli, deg-degan banget ternyata walaupun cuma ganti lampu. Ada banget sih rasa takut jatuhnya wkwk. Tapi, aku bisa juga. Hahahaha. Dan, setelah turun dari kursi agak sedih dan mikir, "YaAllah, kalau udah kayak gini tuh jadi inget papa, inget hisyam, inget opang. Kangen banget biasanya ada mereka sekarang gak ada."

Ternyata jadi dewasa itu menyakitkan. Kita harus belajar ikhlas karena keadaan, kita belajar kehilangan karena keluarga kita sendiri pun gak mungkin 24 jam ada bersama kita, menjaga kita, atau menyayangi kita. Semua punya waktu masing-masing untuk mengurus dan menyelesaikan urusannya.

Apapun yang lagi dialamin sekarang, aku cuma selalu berdoa dan menitipkan mereka yang jauh di sama kepada Allah SWT. Aku gak bisa apa-apa, gak bisa melarang mereka pergi, gak bisa menjaga mereka juga. Cuma Allah yang bisa jagain mereka. Semoga kita semua sehat selalu, bahagia terus, berkah atas segala langkah, dan pokoknya Allah ridho serta melindungi kita di mana pun kita semua berada. Aamiin.

1 Komentar

  1. Numpuk kursi dan bangku kaya buat ganti lampu kaya gitu bahaya, meski udah telat banget si ngasih taunya wkwkwk, tapi ada alat buat ganti lampu, tongkat gitu bentuknya, biasanya dijual di toko sparepart elektronik kaya yg jual lampu, kabel, dll, atau di toko online juga ada (search aja "Tongkat/alat ganti lampu")
    Jangan lupa juga recheck apakah sakelar lampunya udah mati/belum

    Kalau ada barang,dll yg rusak juga ga masalah nanya ke yg biasa ngurusin, seenggaknya biar diarahin kalau perlu ke store/toko/tukang service yg bisa nanganin dan trusted

    ReplyDelete

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.