Ayumi dan Akane


Ayumi Ayashi adalah seorang perawat di jepang, layaknya seorang perempuan Ayumi ingin memiliki seorang anak, Tetapi karena terlalu sibuk Ayumi tidak sempat menikah, Maka diurungkanlah niatnya untuk memiliki anak. Beberapa hari berlalu, Tetapi perasaan itu tak kunjung hilang, Akhirnya Ayumi memilih untuk berjalan - jalan di tengah kota untuk mencari pencerahan.Sudah ama dia berjalan - jalan di tengah kota, Tapi tetap saja dia tak dapat pencerahan, Tetapi tiba - tiba terdengar suara tangisan seorang bayi di tengah - tengah keramaian di Shibuya, Ada seorang bayi cantik di dalam sebuah keranjang di tepi jalan, Karena merasa kasihan Ayumi pun mengambilnya untuk dibawa ke rumahnya.Sesampainya di rumah segera dia angkat anak itu menjadi anaknya dan dia beri nama Akane yang berarti merah cemerlang, Karena saat dia ditemukan dia terbalut kain sutra berwarna merah cerah.



Karena diurus dengan kasih sayang Akane pun tumbuh menjadi anak yang cantik dan sehat serta tak kekurangan, Tetapi Akane merasa hidupnya tak sempurna dikarenakan sang ibu yang terlalu sibuk bekerja. Di suatu malam Akane berkata kepada ibunya "Ibu, Maukah ibu mencium Akane?? satu kali saja" "Maaf Akane, Mungkin lain kali, Hari ini ibu sibuk sekali, Nanti kalau akane sudah dapat pekerjaan Ibu akan cium Akane" jawab Ayumi "Baiklah, Akane janji akane akan mendapat pekerjaan yang bagus dan akane akan mendapatkan nilai tertinggi pada saat masih bersekolah!" jawab akane, Meski keinginannya tak terpenuhi Akane sama sekali tidak mengeluh dan segera menuju ke kamarnya.

Beberapa tahun berlalu Akane sekarang sudah dewasa dan sudah siap bekerja, Rupanya dia memilih menjadi perrawat seperti ibunya, Dia memilih untuk bersekolah di Rumah sakit tempat ibunya bekerja.
Akane adalah seorang anak yang pintar dan baik, sehingga dia sering dipuji oleh para perawat yang mengajar, dan banyak orang yang iri padanya. 

Suatu hari yang cerah dia berjalan menuju tempatnya bersekolah, Dia bersemangat karena hari ini pengumuman The Capping Ceremony (penerimaan perawat baru), Tetapi di tengah jalan ia merasa ada yang tak beres dengan dirinya, Tapi dia paksakan kakinya tuk terus melangkah, Namun meski tekadnya sangat kuat tapi fisiknya tidak kuat, Dia pun pingsan di tengah jalan.

Pada saat dia membuka mata dia melihat situasi yang tak lain dia sedang terbaring di rumah sakit tempatnya bersekolah, Tak lama kemudian dokter pun datang "Akane, kamu terkena penyakit kanker Paru - paru stadium terakhir" ujar dokter itu sedih Akane tak percaya bahwa semua ini terjadi padanya dan dia berdoa "Ya Tuhan berilah aku kekuatan untuk menjalain hari - hariku yang fana ini, Semoga aku masih bisa hidup sampai sesudah The Capping Ceremony" .

Esoknya dia pergi sekolah dengan riang, seolah tak terjadi apa - apa, Dia masuki ruang pelajaran yang pertama, Adalah pelajaran perawatan pasien, Dia berdoa tak akan terjadi apa - apa dengan dirinya, Tetapi doanya tak dikabulkan Tuhan, dia muntah darah di tengah - tengah pelajaran sang guru pun menyuruhnya untuk pergi ke spesialis paru - paru, gurunya tahu karena darah yang keluar berwarna coklat gelap, Tapi akane berkata "Aku tidak apa - apa, Lanjutkan saja pelajarannya" tapi sang guru tetap ngotot menyuruh akane untuk pergi ke spesialis "Baiklah, aku akan pergi tapi tunggulah aku pingsan dulu baru aku boleh dibawa ke spesialis" tak bisa berkata apa- apa lagi si guru hanya menuruti keinginan akane.
Akane belajar dengan giat meski hari2 yang dia lalui selalu diselingi muntah darah, Dia berusaha agar tetap hidup sampai lusa karena lusa adalah hari The Capping ceremony.

Tiba hari yang diimpi - impikan akane, Dia naik ke mimbar karena dapat nilai tertinggi dia diberikan kesempatan untuk berpidato dan sesudah berpidato dia dipakaikan topi perawat oleh kepala perawat di depan semua temannya, Saat aan menyampaikan pidato terakhirnya dia pingsan dan dibawa ke ruang khusus penyakit kanker.

Akane membuka matanya dia lihat banyak sekali selang yang terhubung ke tubuhnya dan dia lihat ada ibu yang sangat dicintainya di sebelahnya menampakkan sebuah mimik wajah khawatir. Meski terlihat lemah dia berusaha berbicara pada ibunya "Ibu, ibu sudah lihat tadi? Akane sudah dapat pekerjaan dan akane sudah mendapat nilai tertinggi, Akane sudah memenuhi janji Akan, Sudikah kiranya ibu memenuhi janji ibu?" tanya akane "Tentu saja, Nak" ujar ibunya sambil mencium akane di kening, Tapi setelah itu suara monitor detak jantung sudah berbunyi piip... piip... yyang menandakan tak adanya detak jantung lagi, Akane yang cantik itu telah binasa. Tak lama suster kepala datang dan membawa surat "Bu, Ada surat dari akane untuk ibu, Ayumi membuka surat itu, terlihat tulisan tangan akane yang rapih

"Ibu, Mungkin ini surat terakhir akane untuk ibu, mungkin saat membacanya Akane sudah tak ada di dunia ini lagi. Ibu, Akane sangat senang memiliki ibu seperti ibu, Akane bahagia di sisa - sisa hidup Akane. Ibu, akane punya satu pertanyaan, Apakah ibu sudah memenuhi janji ibu? bila sudah akane katakan terimakasih banyak, Karena dari dulu itu yang Akane inginkan. Ibu sekali lagi terimakasih karena ibu sudah menyayangi Akane seperti anak sendiri Akane tahu Akane sebenarnya bukan anak kandung ibu, Tapi terimakasih Akane sangat bahagia bisa hidup bersama ibu, Ibu adalah Ibu terbaik di dunia, Untuk membalasnya Akane akan selalu mendoakan, Melindungi dan melihat ibu dari atas sana, Dari surga. Ibu terimakasih banyak sudah mencintai akane, Akane sangat mencintai ibu, sebenarnya Akane tidak ingin berpisah dengan ibu tapi apa boleh buat waktu tidak mengizinkannya. 

SELAMAT TINGGAL IBU" Ayumi meneteskan air matanya sambil berucap "selamat tinggal juga, Akane"

0 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.