Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Kemudian, Nufail ke luar dari ruangan itu, lalu meminta karyawan perempuannya untuk mengambil sebatang bunga mawar merah dan menitipkan sesuatu padanya.


"Apa kausudah bangun? Maaf aku tidak bisa membangunkanmu, setelah kamu bangun dari tidur maka bergegaslah pergi ke kampus. Hati-hati di jalan, karena jalanan licin sehabis hujan, ttd Nufail."

Zaina melihat catatan kecil bertuliskan pesan tersebut dengan setangkai mawar merah di atas meja. Zaina yang baru bangun dari tidurnya tiba-tiba tersenyum melihat tingkah lucu Nufail. Zaina yang saat itu langsung merapikan diri kemudian bergegas pergi.

Sesampainya Nufail di kampus, ia mengajak Gio untuk makan siang sambil membawa buku bacaannya. Ya, lagi-lagi ia sedang membaca buku berjudul "Daun" milik Barli Arbani. Di perjalanan menuju kantin, Nufail sesekali melirik kanan dan kiri seperti mencari kehadiran seseorang.

"Hei, Nufail. Kamu sedang mencari siapa?" tanya Gio sambil menepuk bahu Nufail yang kekar.
"Tidak, aku tidak mencari siapa-siapa," jawaban  Nufail membohongi Gio.
"Ah, aku tidak percaya! Jangan-jangan kamu sekarang sudah main perempuan ya?!" celetuk Gio.
"Hush! Apa apaan kamu, mulutnya dijaga kalau bicara," kata Nufail.
"Tapi benarkan?" kata Gio.
"Jangan ngaco kamu, Gi," kata Nufail.

Gio yang saat itu kebingunan seketika terdiam seperti tak ingin berdebat.

Seperti biasa, Gio yang memesan makanan sementara Nufail membaca buku sambil menunggu pesanan datang. Tiba-tiba, seorang anak kecil datang menghampiri Nufail.
"Ini kak, pesanan air minumnya," kata anak itu.
"Terima kasih... Hey, Salwa?" kata Nufail yang tiba-tiba kaget.
"Ih, kenapa sih harus bertemu kakak di sini, aku kan jadi malu," kata Salwa.
"Malu untuk apa?" tanya Nufail.
"Malu, karena ketemu kakak saat lagi berjualan seperti ini," kata Salwa sambil menundukkan kepalanya.
"Hey, dengarkan kakak. Berjualan itu halal loh, kita tidak perlu malu untuk itu," kata Nufail.
"Benarkah kak, kata siapa?" kata Salwa penasaran.
"Dalam hadist dan Alquran, perdagangan itu Allah halalkan Salwa, jadi kamu tidak perlu malu lagi ya," kata Nufail.


عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»

Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)

Tiba-tiba Gio datang membawa makanan, sedangkan Salwa kemudian pergi. Lalu dia keheranan karena Nufail begitu akrab dengan Salwa, anak penjual minuman di kantin kampusnya.

"Nufail, kamu kenal adik ini?" tanya Gio.
"Aku pernah bertemunya di dekat rumah," kata Nufail.
"Ah, yang benar saja. Rumahmu kan jauh dari sini," kata Gio.
"Memangnya kenapa?" tanya Nufail.
"Kau tau? Anak itu sering kulihat berjalan kaki ketika pulang dari sini, kukira rumahnya dekat," kata Gio.
"MasyaAllah. Masa?" tanya Nufail tak percaya.
"Iya, kalau tidak percaya.. nanti sore kita lihat dia pulang. Kau pulang denganku ya," kata Gio.
"Baiklah," kata Nufail.

Setelah itu mereka makan. 

---

Sore ini Gio dan Nufail pulang bersama. Kemudian mereka sengaja menunggu Salwa di depan kampus, berharap Salwa lewat dan bisa diikuti oleh mereka.

Namun tiba-tiba, Salwa pulang bersama seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah Misha, iyaa, yang kemarin datang ke rumah Nufail malam-malam. 

"Sebentar, sepertinya aku kenal wanita itu," kata Gio.
"Dia Misha, anaknya sahabat uma," kata Nufail.
"Aku pernah bertemunya di apotek," kata Gio.
"Bentar, lalu mengapa mereka pulang bersama?" Tanya Nufail keheranan.
"Ayo kita ikutin," kata Gio.

Kemudian mereka mengikuti Salwa dan Misha. 

Berhentilah kedua perempuan itu di depan rumah yang tak jauh dari rumah Nufail. Lalu Misha dan Salwa masuk ke rumah. Ditunggunya beberapa menit, ternyata Misha tak kunjung keluar. 

"Jadi mereka satu keluarga?" Kata Nufail.
"Entahlah, tapi Salwa ini beruntung sekali punya kakak secantik dia," kata Gio sambil senyum senyum.
"Hey, kamu ini. Jaga pandanganmu!" Kata Nufail.
"Aku hanya bercanda... Hehe" kata Gio.
"Baiklah, aku pulang dulu, terima kasih sudah mengantarku pulang," kata Nufail.
"Baiklah, sama-sama," kata Gio.

Lalu Nufail pergi dan Gio membawa mobilnya dengan cepat.

Sesampainya Nufail di rumah, Nufail berniat untuk melanjutkan ceritanya bersama Uma. Tapi, sesampainya di rumah, Uma tidak ada. Ke mana, Uma?

--------------

Tunggu kelanjutan cerita ber-Serinya ya!

Assalamualaikum, blogger! Hari ini aku ingin bercerita tentang hari ini. Hari yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Hari di mana aku merasakan bersyukur yang sedalam-dalamnya. Aku merasa hari ini adalah momen langka yang mungkin saja tidak akan terjadi lagi suatu saat nanti. 

Kalian tau, seseorang kadang berbangga diri dengan kelebihannya, bahkan sampai lupa untuk bersyukur. Tapi tidak untuk mereka, mereka justru tidak berbangga dengan kekurangannya, tetapi mereka sealu bersyukur di atas kekurangannya. Salut, melihat setiap senyuman yang ada di wajah kurang lebih 40 teman penyandang disabilitas.

Hari ini, aku dan beberapa panitia Bigboss 2018 berkesempatan untuk bisa belajar dan bermain bersama teman-teman berkebutuhan khusus. Tahukah kalian, berada di antara mereka-mereka ini  membuat diri yang 'katanya' punya kelebihan menjadi tidak ada apa-apanya. Yap, rasanya masih belum pantas berbangga diri setelah melihat mereka yang selalu tersenyum dengan apapun yang terjadi. 

Mereka ini teman-teman dari segala usia, meski semuanya terlihat seperti kekanak-kanakan. Mereka memanggil kami semua dengan sebutan 'kakak', padahal mungkin saja ada yang usianya jauh lebih tua daripada kami. Ada yang suka bernyanyi, mengaji, main musik, bahkan ada yang suka berdakwah melalui marawis yang dibawakannya.

Dengan segala kekurangan bicara, pendengaran, mental, akal dan pikiran, semua bersatu padu menjadi kebahagiaan. Kita saling tebar senyum dan berpegangan tangan. Melukis bersama, mewarnai bersama, bahkan kita makan bersama. Ada haru dibalik senyuman-senyuman manis dari setiap orang yang tadi ada di sana. Masya Allah.

Dari Bigboss ini, aku merasakan baru pertama kali bermain sama teman-teman seperti mereka. Awalnya aku takut, bahkan aku takut dengan pikiran-pikiran yang buruk, "Nanti kalo dia ngerepotin gimana?", "Gimana kalau dia memberontak?", "Gimana kalo dia nanti gak suka sama aku?" Segala pikiran bercampur aduk saat acara hendak dimulai. Aku yang dengan ragu menatap pada satu arah, sambil berdoa supaya Allah menguatkan dan membuat aku bisa menemani mereka.

Alhamdulillah, kemudian Allah menggerakkan hatiku untuk tetap mencoba. Hatiku bilang jangan takut untuk berbagi, semuanya tidak ada yang rugi. Aku punya kelebihan yang mungkin mereka tidak punya, tapi ternyata mereka lebih punya kelebihan untuk mengajak aku bersyukur. Alhamdulillah mereka begitu menerima kehadiran kami, aku begitu terharu melihat mereka dengan ucapan-ucapannya.

Kalian tau tidak, aku juga sangat bersyukur sekali hari ini. Di acara ini, aku melihat sisi sisi lain dari teman-temanku sendiri. Yang setiap kali terlihat angkuh, ambisius, dan berjiwa gagah nyatanya bisa menitikkan air mata saat memeluk teman spesial seperti mereka. Ada pula seseorang yang tidak selalu menampakkan keseriusannya, baru saja kulihat kelembutan hatinya menerima segala candaan dan rasa sayang dari teman-teman disabilitas. 

Tak hanya bibir yang tersenyum, tapi hati pun demikian. Sayangnya, bahagia itu kalah dengan gengsi, sehingga senyuman itu sedikit malu-malu terpancar. Padahal aku sangat bahagia melihat peristiwa-peristiwa manis siang tadi, sampai kita bisa makan bersama. Ah, lucunya! Maha Adil Allah, segala kekurangannya menjadi kelebihan yang tak terduga.

Apalah daya dari kita yang selalu berbangga?
Padahal tidak ada yang perlu dibanggakan dari seseorang yang jarang atau bahkan tak pernah bersyukur.

"Nak, ini makanannya sudah siap. Ayo kita makan malam dulu," kata Uma memanggil Nufail.
"Iya, Uma.." jawab Nufail.

Tak lupa Nufail membuat makanan pula untuk Hiro, kucing kesayangannya. Lalu Nufail dan Uma makan malam. Setelah selesai, Uma segera merapikan meja makan dan Nufail membantunya dengan mencuci piring.

"Uma, ayo kita cerita!" Kata Nufail selepas cuci piring.
"Iyaa, semangat sekali kamu Nufail," kata Uma.
Sambil duduk di sofa, Uma dan Nufail mulai cerita.
"Gimana, Nak? Bagaimana hari ini, lancar?" tanya Uma.
"Alhamdulillah, hari ini lancar Uma. Aku dipercaya untuk jaga toko bunga. Aku diajak magang di sana dan dibayar juga uma. Seru banget kan?" kata Nufail.
"Wah, masya Allah. Seru sekali kerja di antara bunga-bunga. Uma ikut senang dengarnya," kata Uma.
"Iya, nanti sesekali akan Nufail bawakan bunga untuk Uma. Uma kan suka sekali dengan bunga.." kata Nufail.
"Ah, kamu ini. Sudah dewasa masih saja merayu Uma," kata Uma.
"Maksud uma? Aku harus merayu siapa?" tanya Nufail.
"Memangnya belum ada seseorang yang sudah menarik hatimu?" kata Uma mulai serius.
"Nah, ini Uma. Aku bingung..." kata Nufail.
"Ada apa?" tanya Uma.
"Jadi, tadi itu......." kata Nufail.

Tok-tok, suara pintu diketuk.

"Assalamualaikum.." terdengar suara seseorang di depan pintu.
"Waalaykumussalam," jawab Uma dan Nufail.
"Siapa malam-malam begini bertamu?" tanya Uma.
"Entahlah, Uma. Sebentar, akan kubuka."

Kemudian, Nufail membuka pintu dan ternyata seorang perempuan cantik datang ke rumah Uma.

"Assalamualaikum, maaf mengganggu malam-malam," kata perempuan itu.
"Waalaykumussalam, iya tidak apa-apa. Maaf, ada apa ya?" tanya Nufail.
"Bisakah saya bertemu dengan Uma Aisyah?" tanya perempuan itu.
"Tentu, silakan masuk," kata Nufail mempersilakan.

Perempuan itu duduk di ruang tamu. Lalu Nufail memanggil Uma yang tadi duduk di sofa ruang tengah. Kemudian, datanglah Uma ke ruang tamu menemui perempuan itu. Sementara Nufail duduk di samping Uma.

"Uma Aisyah, masyaAllah semakin cantik saja," kata perempuan itu.
"MasyaAllah, Misha. Tumben kamu datang malam-malam begini," kata Uma sambil memeluk Misha.
"Iya, Uma. Maaf ya ganggu malam-malam. Hari ini aku sebar undangan pernikahanku. Kebetulan lewat rumah uma aku jadi teringat. Nanti datang ya ke pernikahanku?" kata Misha yang memberi undangan sambil memasang wajah sedihnya.
"Jadi kamu menerima pinangannya?" tanya Uma dengan nada kaget.
"Iya, Uma. Jika tidak, maka keluargaku akan dihantui renternir setiap saat," kata Misha sambil meneteskan air matanya.
"Jadi, kamu menjual dirimu hanya untuk duniawi saja?" kata Nufail yang ikut berbicara.
"Seperti itulah hidupku, memang hanya dibeli untuk membeli," kata Misha.
"Maksudmu?" tanya Nufail.
"Jadi begini, ibunya Misha adalah sahabat Uma. Semenjak menikah, ibunya selalu cerita kepada Uma karena suaminya yang jahat. Hingga bertahun-tahun, ibunya tidak memiliki anak maka dari itu ibunya mengadopsi Misha saat masih 10 tahun," kata Uma.
"Hidupku tidak pernah nyaman, sebab aku selalu diperbudak ayah untuk bekerja. Tapi kuanggap itu hanyalah sebuah balas budiku kepada mereka yang mau mengadopsiku," lanjut Misha.
"Dan sekarang, ayahnya terlilit banyak hutang karena bisnisnya. Lalu seorang bos besar--yang tidak lain adalah partner bisnisnya-- ingin melunasi hutang ayahnya, namun dengan syarat ia harus menikahkan anak bos itu dengan Misha," lanjut Uma bercerita.
"Jadi, kamu menerimanya?" kata Nufail.
"Mau tidak mau, mungkin nasibku memang seperti ini," kata Misha.

Melihatnya lelah bercerita, Nufail mengambilkan teh untuk ibu dan Misha.

"Bersabarlah, Allah akan balas segala perjuanganmu," kata Nufail sambil menaruh teh di atas meja.
"Iya, aku yakin itu," kata Misha.
"Sudah kalau begitu, sudah malam, tidak baik seorang perempuan keluar malam..." kata Uma.
"Iya uma, maaf ya sudah ganggu malam-malam begini," kata Misha.


انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيل اللَّهِ

Artinya: “Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat, dan berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah.” (QS. At-Taubah [9]: 41)

Kemudian, Misha pamit kepada Uma dan Nufail. Setelah itu, Uma dan Nufail sepakat untuk melanjutkan ceritanya esok hari. Waktunya jiwa dan raga beristirahat. Uma dan Nufail bergegas wudhu dan pergi tidur.

---

Keesokan harinya, Nufail berangkat lebih pagi. Sebab, ia harus mampir ke toko bunga untuk memastikan karyawan yang datang. Nufail pamit kepada ibu kemudian ia pergi.

Sesampainya di toko, ia melihat sebuah sepeda antik parkir di depan toko. Padahal, toko itu belum dibuka, tak mungkin ada pembeli datang sepagi itu. Saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.00. Lalu Nufail membuka pintu dan masuk ke toko.

Setelah ia masuk ke toko, ia mencari siapa pemilik sepeda itu. Dilihatnya di setiap sudut ruangan, hanya ada beberapa karyawan yang sedang merapikan bunga-bunga di sana. Tetapi, saat tiba di sudut ruang baca, ada seorang perempuan berjilbab merah muda sedang membaca buku. Kemudian Nufail menegurnya.

"Maaf, sedang apa Anda di sini? Bukankah toko ini belum buka?" kata Nufail yang berdiri di belakangnya.

Kemudian, perempuan itu menoleh ke belakang.

"Aku hanya ingin......... Nufail?" kata perempuan itu terhenti karena kaget.
"Zaina? Bagaimana kauada di sini?" kata Nufail yang juga kaget.
"Hm.. Aku memang suka ke sini sebelum berangkat kampus," kata Zaina sambil menundukkan wajahnya.
"Kamu sering ke sini?" tanya Nufail.
"Iya, hampir setiap pagi," kata Zaina.
"Wah, benarkah? Kalau begitu kita akan sering bertemu," kata Nufail.

Lalu Zaina tersenyum, begitupun dengan Nufail. Kemudian, Nufail pergi untuk kembali melihat toko dan Zaina melanjutkan bacaannya.

Beberapa menit berlalu, seketika hujan turun dengan perlahan. Tetesan demi tetesan berbunyi di atas atap toko bunga. Bercak embun mulai menghiasi kaca-kaca toko itu. Lalu, terlihat Zaina berjalan ke arah luar, kemudian ia berdiri di depan pintu. Tiba-tiba saja Nufail datang..

"Hujan ya?" kata Nufail sambil menegur.
"Kamu bisa lihat sendiri," kata Zaina.
"Kalau begitu, jangan pergi," kata Nufail sambil melihat ke arah jalanan yang basah.
"Tapi sebentar lagi jam kuliah," kata Zaina.
"Jangan paksakan dirimu untuk sakit, karena tindakan karena paksaan saja sudah bikin sakit," kata Nufail yang tiba-tiba bijak.
"Kamu bisa saja, Nufail," kata Zaina sambil tersenyum.
"Masuk ke dalam, udara saat hujan sangatlah dingin," kata Nufail yang mengajaknya masuk ke dalam.

Kemudian Nufail membuatkan secangkir teh hangat kepada Zaina. Zaina yang saat itu ingin kuliah menjadi terhambat karena hujan tak kunjung reda. Begitupun dengan Nufail. Kemudian, Zaina duduk di sudut ruang baca sambil menikmati teh buatan Nufail. Sedangkan Nufail membuka laptopnya dan duduk di ruangan berbeda.

Sudah satu jam berlalu, hujan mereda. Nufail hendak memberi tahu Zaina untuk bergegas berangkat kuliah. Namun, saat ia masuk ke ruangan baca, Zaina tampak tertidur dengan menopang kepalanya diatas meja. Kemudian...

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Pernah gak sih kalian ada di masa benar benar semua urusan, masalah, kesibukan, menjadi satu dalam satu waktu. Terus kalian gatau harus mulai dari mana, harus bagaimana, dan harus diapain semua itu.


Yap, akhir-akhir ini aku lagi ada di keadaan itu. Belakangan ini aku juga sedang menyusun projek nulis sama dosen, terus ada tugas editing video per kelompok tapi cuma aku yang bisa ngerjain:(, di samping itu aku juga diminta jadi panitia yang mengurus soal sponsorship, gak cuma satu acara tapi juga dua acara:(. Selain itu, aku juga punya tanggung jawab untuk nulis di salah satu media, lalu aku juga harus menulis di majalah kampus. Aku juga harus shoot video untuk tugas karena teman kelompokku yang lain tidak bisa diharapkan:(.


Entah, semua itu memang tanggung jawab. Allah mengatur segalanya dengan sebaik-baiknya. Aku bersyukur, tapi di satu sisi aku juga mengeluh. YaAllah, maafkan aku.


Rasanya di otakku tidak bisa menjalankan semua itu dalam satu waktu. Tapi apalah daya, deadline mereka semua bersamaan. Belum lagi aku harus menjalankan amanahku sebagai salah satu anggota di himpunan. Adapun beberapa masalah pribadi juga yang sempat membesar akibat ulahku sendiri, ya mungkin di saat itulah emosi tidak bisa terbendung. Mohon maaf, semoga kalian mengerti.


Lelah, pusing, sakit kepala, telat makan, begadang, tidur di kereta, pulang cepet untuk curi2 waktu, itu semua aku lakukan. Maaf jika tiba tiba terbenak ada dipikiran kalian,
"Tumben aca kayak gini?"
"Aca lagi kenapa?"
"Kok jadi kupu-kupu"


Teman, sebenarnya akhir akhir ini aku pulang siang pun bukan karena lari dari tanggung jawab, justru aku mengambil waktu luangku untuk bisa mengerjakan itu semua sampai selesai. Bahkan sampai malam hari. Bahkan sampai berhari-hari, berlarut-larut dalam tugas yang sama.


Belum lagi, sekarang baru kerasa efeknya ke tubuh aku. Kepalaku berat seharian ini, lemas sekali. Jadi inget masa-masa waktu sering pingsan di sekolah karena suka kecapean, tapi aku harap hal itu gak akan terulang. Aku juga ingat pesan temanku, "Jangan pingsan lagi, kasian capeknya gak cuma di kamu tapi orang lain juga capek gotongnya," hehe. Iyaa siap, semoga ga pingsan lagi.


Jadi, tolong maklumi ya teman. Maaf kalo berlebihan.


Oiya, aku ingat waktu itu sampe ada yg nanya.
"Kenapa sih kamu apa apa ditulis di blog", pertanyaan itu terlontar dengan nada menyindir.


Oke, aku klarifikasi.


Kalau kalian mau anggap aku lebay gapapa, aku ini ya seperti ini. Aku cuma suka meluapkan emosiku lewat tulisan, karena aku sudah kebiasaan.


"Terus kenapa harus di blog? Kan orang jadi tau."


Justru ini, aku cuma ingin menciptakan image kepada teman2, jika kalian ingin tahu apapun yang sedang terjadi sama "Aca", tengoklah dia di blog. Tulisannya selalu ada ketika ia emosi, kecewa, sedih, ataupun bahagia. Tak jarang juga aku menuliskan peristiwa berkesan menurutnya. Jadi, sama halnya jika kamu bersedih dsb lalu kamu makan eskrim. Sama, mungkin dengan begitu emosi kamu lebih mereda kan? Setiap orang punya jalannya masing-masing untuk menuju keadaan yg lebih baik.


Jadi, mohon maaf kalo terkesan lebay, segala galanya ditulis atau apalah. gak gitu. Bahkan kalaupun kalian ga baca tulisan aku di blog juga aku gapapa. Sebab aku juga menulis untuk diri aku sendiri, gak peduli orang lain bilang apa. Hehe. Makasih.


Semoga kalian ngerti ya keadaan aku saat ini. Doakan yang terbaik.


Jam istirahat berbunyi, Gio dan Nufail hendak pergi ke kantin. Tetapi Nufail meminta waktu Gio untuk menunggunya sebentar. Nufail harus melihat simpanan uangnya untuk hari ini, ia baru akan mendapat uang setelah menjual hasil kebun ke pasar dan itu baru akan dilaksanakan besok sore. Gio yang sudah mengetahui keadaan Nufail tak jarang membantunya dalam hal ekonomi. Secara, Gio ini anak satu-satunya dari keluarga yang lebih dari berkecukupan.

"Fail, sudahlah pakai uangku dulu, nanti kamu bisa ganti kapan aja," kata Gio menawarkan diri.
"Tidak, sudah terlalu banyak aku memakai uangmu, Gi," tolaknya.
"Ah, tapi pada akhirnya kamu mengganti uangku 'kan?" kata Gio. "Sudahlah, perutmu ini lebih penting daripada gengsimu, ayo kita makan! Aku sudah lapar," kata Gio.

Muhammad Gio Muayyad, salah satu teman dekat Nufail yang hingga saat ini masih setia menemani Nufail. Gio terlahir sebagai anak semata wayang, kehidupannya selalu dicukupi oleh Allah bahkan selalu berlebih. Namun, dengan keadaannya itu Gio tidak menjadi anak yang angkuh. Ia tetap rendah hati dan suka membantu orang lain.

"Bentar ya, Nufail. Aku pesan makanan dulu, kamu duduk saja di sana," kata Gio sesampainya di kantin.
"Baiklah," kata Nufail.

Nufail yang menunggu Gio sambil membaca buku itu tiba-tiba dihampiri oleh seorang wanita.

"Kamu penikmat buku-bukunya Barli Arbani?" tanya perempuan itu.
"Eh.. Iya, bagaimana kamu tau?" tanya Nufail yang sedikit terkejut.
"Ini, pembatas bukumu jatuh," kata perempuan itu sambil memberikan pembatas buku.
"Terima kasih ya," kata Nufail yang mulai gugup.
"Sama-sama," kata perempuan itu sambil tersenyum malu.

Tiba-tiba, Gio datang menghampiri meja makan.

"Hei, Zaina. Kamu sudah kenal dengan Nufail?" tanya Gio.
"Hei, Gi. Belum, aku hanya memberikan pembatas bukunya yang jatuh," kata Zaina.
"Jadi, namamu Zaina?" kata Nufail.
"Iya, perkenalkan. Aku Zaina Faizah Syahlaa, kamu bisa panggil aku Zaina," kata Zaina memperkenalkan diri.
"Baiklah, Zaina. Aku Nufail," jawab Nufail yang juga memperkenalkan diri.
"Apa kamu ingin makan bersama kami,  Zain?" tanya Gio.
"Ohh, tidak, terima kasih. Aku tidak terbiasa makan bersama laki-laki, maaf ya," kata Zaina yang malu-malu.
"Baiklah, aku tahu itu sejak dulu, aku hanya basa-basi, hahaha," kata Gio sambil tertawa kecil.
"Dasar kamu, Gio. Yasudah, aku pergi dulu ya, Assalamu'alaikum," kata Zaina berpamitan kepada Gio dan Nufail.
"Wa'alaykumussalam," jawab Gio dan Nufail.

Melihat percakapan Gio dan Zaina, Nufail sesekali memperhatikan sambil membaca buku. Ditolehnya buku berjudul Daun karya Barli Arbani itu dan sesekali melihat wajah Zaina dan Gio. Seketika Nufail terbenak dalam pikirannya, "Sepertinya aku pernah melihat wanita tadi, di mana ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Fail! Kok kamu melamun?" tanya Gio mengagetkan.
"Bentar deh, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana ya, Gi?" tanya Nufail sambil berpikir.
"Kamu ini bagaimana? Dia itu yang tadi pagi kamu senyumin, tapi dia tidak senyum balik padamu," kata Gio.
"Ah.... Iya! Wanita itu... jadi Zaina," kata Nufail.
"Iya, dia penikmat buku Barli Arbani juga loh, sama sepertimu," kata Gio.
"Ah, masih banyak penggemar-penggemar Barli selain kami berdua," kata Nufail.
"Iya iya, baiklah," kata Gio yang sudah lelah menggoda Nufail.

Makanan yang dipesan pun datang. Gio dan Nufail makan dengan lahap sebelum kembali belajar di kelas.

-----

Selesainya kuliah, Nufail teringat janjinya bertemu Rayyan di toko. Dia harus datang sebelum jam 4 sore. Sebab, kalau pulang terlalu malam Nufail khawatir dengan Uma yang sendirian di rumah. Bergegaslah Nufail pergi ke toko milik Rayyan.

Sesampainya di sana, terlihat Rayyan berada di depan toko sambil berbincang dengan pegawainya. Ya, toko bunga. Ternyata, toko yang dititipkan kepada Nufail adalah toko bunga. Jangan salah, toko bunga milik Rayyan ini sudah terkenal dan paling ramai dikunjungi, apalagi menjelang hari-hari besar, liburan, atau musim wisuda.

"Assalamu'alaikum, bang," sapa Nufail kepada Rayyan.
"Wa'alaikumussalam, tepat waktu sekali kamu. Hebat-hebat.." kata Rayyan.
"Ah, hanya kurang 10 menit saja menuju jam 4 bang," kata Nufail.
"Manajemen waktu yang baik, haha, mari kita masuk," ajak Rayyan.

Di dalam toko, aroma bunga-bunga begitu menyengat ke hidung setiap tamunya. Bagi pecinta bunga dan tanaman, mungkin tempat ini menjadi salah satu tempat favorit. Ternyata tidak hanya bunga-bunga terpampang di kanan dan kiri toko, tapi di pojok ruangan juga disertai rak-rak buku.

"Kalau boleh tau, kenapa di sini ada rak buku juga, Bang?" tanya Nufail penasaran.
"Aku ini pecinta buku, aku ingin menularkan kecintaanku terhadap buku kepada orang-orang yang datang ke tokoku," kata Rayyan.
"Memang, seberapa minat mereka baca buku di sini, Bang?" tanya Nufail.
"Wah, minat sekali. Coba deh kamu rasakan sensasi membaca di tengah-tengah bunga, imajinasimu akan lebih terasa," kata Rayyan.
"Masa sih, Bang?" tanya Nufail yang masih penasaran.
"Iya, adikku bilang, menghirup aroma bunga bisa membuat kita lebih berkonsentrasi, dan pereda stress juga katanya," jelas Rayyan.
"Wah, menarik sekali bang. Toko yang keren," kata Nufail.
"Aamiin, semoga saja haha," kata Rayyan.

Setelah itu, Rayyan menjelaskan mekanismenya dalam bekerja. Hal ini sebagai modal untuk Nufail ketika nanti harus menjaga toko ini selagi Rayyan pergi ke negeri Kebab. Setelah mendengar penjelasan Rayyan, Nufail merasa sangat tertarik untuk bisa bekerja di sini. Semua fasilitas memadai, dan Nufail sangat suka. Terlebih ada buku-buku yang akan menemaninya selama bekerja.

"Baiklah kalau begitu, lusa kamu sudah bisa bekerja. Selama kuliah, aku punya orang lain untuk menjaga toko ini. Aku mempercayaimu untuk mengontrol segala halnya, tapi kamu boleh kok datang sepulang kuliah sebentar lalu pulang, tak perlu setiap saat di toko," kata Rayyan.
"Baik, bang. Terima kasih atas kepercayaanmu, Bang," kata Nufail.
"Tentu, ingatlah surat An-Nisaa' ayat 58, kamu pasti paham 'kan?" kata Rayyan mengingatkannya.
"Insya Allah, ayahku selalu mengingatkan banyak hal, termasuk amanah, Bang," kata Nufail.

Allah SWT berfirman tentang Amanah di QS. An Nisaa' ayat 58 :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Setelah itu, Nufail pamit untuk pulang ke rumah. Diingatnya pesan-pesan sang ayah yang ternyata tidak sia-sia. Semua yang ayahnya katakan semasa hidupnya kini terwujud pada kehidupan Nufail dan Uma. Nufail sangat bersyukur bisa mendapatkan banyak pelajaran dari ayahnya.

Lalu, Nufail sampai di rumah. 

"Assalamu'alaikum, Uma..." salam Nufail sambil membuka pintu.
"Wa'alaikumussalam, sholih..." jawab Uma.
"Uma, aku ingin cerita banyak hal tentang hari ini," kata Nufail sambil tersenyum.
"Uma siap mendengarkan, nak. Tapi sekarang kamu bersih-bersih dulu, lalu kita makan malam. Nanti setelah itu baru kita cerita," kata Uma.
"Iya, Uma," kata Nufail.

Setelah itu, Nufail membersihkan diri, sementara Uma menyiapkan makan malam.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Belakangan ini, aku sedang dirundung rasa bersalah dan kesal yang berlebihan. Sebab, baru saja aku mendengar kabar tentang salah satu temanku, teman yang cukup berpengaruh dalam keseharianku. Teman yang tidak pernah kupikirkan sama sekali punya sifat yang kurang baik.

Aku ini orangnya mudah sekali kagum pada oranglain, tidak memandang dia laki-laki atau perempuan. Mungkin yang membuatku kagum pada mereka semua adalah sifat dan sikap yang selama ini aku ketahui secara langsung atau bahkan tahu banyak hal dari orang lain.

Jadi ceritanya gini, aku ini salah seorang pengagum temanku sendiri. Dia adalah perempuan yang dulu pernah menjadi teman sepermabaanku. Aku kagum padanya karena parasnya yang cantik, menurutku wajahnya tidak membosankan untuk dipandang. Dia juga seringkali menggunakan gaya hijab yang menarik, lucu, pokoknya aku suka. Setelah aku kenal dekat dengannya, ternyata orangnya pun baik hati dan tidak sombong. Sangat mendukung penampilannya.

Namun, suatu ketika ada kabar yang menyebutkan bahwa ia dekat dengan seseorang. Pikiranku saat itu masih baik, aku masih berusaha untuk husnudzon. Ahh mungkin saja hanya sekadar teman dekat seperti aku dekat dengan teman kelasku. Banyak orang yang ikut mengiyakan kabar tersebut, terlebih laki-laki yang dikabarkan dekat dengan temanku ini adalah teman sekampungnya, anggaplah begitu.

Karena penasaran, aku mencari tau bagaimana kebenaran berita tersebut. Awalnya aku pikir untuk apa juga mencari tau, tapi aku hanyalah seorang perempuan yang selalu ingin tahu, apalagi menyangkut orang yang aku kagumi, sebab aku hanya tak ingin mengagumi seseorang yang akhlak nya tidak baik, apalagi di mata Allah. Sesimpel itu.

Seiring berjalannya waktu, Allah mempertemukan aku dan mengenalkan aku kepada lelaki itu, yaaps, lelaki yang dikabarkan dekat dengan temanku yang cantik itu. Kemudian, semakin lama kami semakin sering bertemu karena suatu tugas dan keharusan. Aku jadi lebih tau karakter, sifat, dan sikap lelaki itu, anggaplah dia kini sebagai teman baruku.

Lelaki ini sangat berwibawa, mandiri, bahkan pemikirannya sangat dewasa. Aku pun kagum sebenarnya dengan lelaki ini, sebab ternyata lelaki ini begitu baik dan bisa mengorganisasikan dirinya. Oiya, tolong bedakan ya perasaan suka dan kagum. Hehe.

Aku bahkan pernah menanyakan apa benar kedekatan itu sedang terjadi antara mereka kedua. Kemudian, lelaki itu menjawab  "Tidak". Mungkin dari situ aku terlalu mudah percaya dengan kata-katanya, sehingga aku tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Awalnya tak ada salahnya jika aku mengagumi mereka berdua. Bahkan kukira mereka cocok, banyak kesamaan yang ada pada diri mereka. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku begitu kecewa ketika mendengar kabar mereka ternyata jauh dari yang kuduga. Ada seseorang yang bilang, kemarin mereka tampak mesra berdua. Mesranya tuh begini........ah sudahlah, kasihan, itu adalah aib. Sayang sekali. Aku kembali kecewa.

Aku ini paling tidak suka ketika ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Itulah mengapa, mungkin ini salah satu alasan mengapa aku ini orangnya sangat mudah kecewa, aku terlalu sering melibatkan hati dalam segala hal, sehingga apabila tidak sesuai realita maka hati akan sakit berkepanjangan.

Ah, mengapa kalian seperti ini?
Padahal kukira aku tidak mengagumi orang yang salah. Kemana sikap baik, bijaksana, tau agama, saling menjaga, dari kalian berdua? Padahal, aku adalah salah satu orang yang sering menerima nasihat, masukan, dan pelajaran dari salah satu mereka. Tapi, ahhh sudahlah.

Biarkan hatiku sembuh terlebih dahulu. Silakan lanjutkan bersenda guraunya dengan dunia. Aku cuma mau ngingetin kalau aku gak suka dibohongin :) Oiya satu lagi, semoga kita bisa hijrah sama sama lagi, memperbaiki akhlak sama sama lagi, saling berbagi cerita lagi, yaa semoga aja, suatu saat nanti.

Semangat mengemban amanah,
Semoga tetap bisa bekerja dengan baik, atau bahkan bisa lebih baik karena setiap hari pasti ada yang ngingetin.. hehe. Aamiin.


Nikah muda, mungkin menjadi impian bagi beberapa orang. Ada yang bilang, nikah muda itu banyak keuntungannya, seperti terhindar dari fitnah, waktu untuk beribadah lebih panjang, atau sekadar ingin kelihatan muda kalau nanti punya anak. Haha. Masih banyak keuntungan lain ketika kita memilih nikah muda, balik lagi sama pendapat masing-masing orang hehe.

Ada juga yang bilang, nikah muda itu berisiko. Denger-denger, nikah muda itu bukan waktu yang tepat karena mental dan batin masih labil, belum mengerti apa apa tentang persoalan rumah tangga, atau yang pernah kudengar juga, masalah rahim yang belum kuat jika Allah titipkan janin dalam rahimnya. Wallahu'alam, semua juga balik lagi sama opini dan pendapat dari teman-teman.

Tapi, kalau ditanya, siapkah untuk nikah muda?

Dari dulu, perbincangan tentang nikah muda itu sudah tidak asing lagi di telingaku. Sejak SMP, SMA, bahkan semakin berapi-api di dunia perkuliahan. Dulu sering banget bilang, "Aku pengen nikah muda, biar blabalabla..." Padahal belum tentu juga jodoh nya dateng disaat yang kita mau haha.

Sebenarnya memikirkan masa depan itu sangat perlu, termasuk menikah salah satunya bukan? Itulah mengapa aku pun tak lepas memikirkan bagaimana persiapanku untuk ke sana. Eits, jangan lupa juga, yang lebih dekat sama kita selain pernikahan yaitu kematian. Persiapin juga tuh untuk ke sana. Hehehe.

Entah kenapa, setiap mikirin pernikahan tuh seru aja gitu. Dekorasinya bagaimana, setelah menikah aku bagaimana, suamiku bagaimana, dsb. Tapiiii........... Ketika saat itu tiba............

Ah. Semua berubah. Perasaan mendadak berbeda sejak pertanyaan itu menjadi serius. Sudah dua kali aku ditawarkan menikah, padahal masih semester 3 hahahaha. Bayangin, cuma ditanya "Udah siap nikah belum?", Itu rasanya deg-degan banget. Bener bener super duper deg-degan.

---

Seperti biasa, orangtua masih belum bisa melepaskanku untuk menikah bersamaan dengan kuliah. Di satu sisi aku pun bertanya, 

"Apa aku ini udah siap?"
"Memangnya aku punya bekal apa?"
"Perasaan aku masih anak kecil.."

Ahhh, banyak pertanyaan yang menyudutkan diriku sendiri bahwa aku belum siap. Coba bayangkan, perempuan bertubuh kecil ini yang sering dianggap 'bocil' tiba-tiba diajak nikah. Perempuan yang masih suka makan ciki, eskrim, dan kekanak-kanakan ini sudah pantas untuk menikah? Ahaha, rasanya belum, masih jauh dari kriteria sebagai istri.

Memang, mungkin penolakan itu terjadi harus karena alasan yang syar'i. Alhasil kedua orangtua belum merestui, baiklah, ridho Allah ada pada Ridho mereka. Tak pantas rasanya jika aku menentang dan mengemis ridhonya. Apalah aku yang juga masih kuliah dan belum pantas menerima lamaran dari seseorang.

Entah, cita citaku menikah muda itu akan tercapai atau tidak. Tapi yang jelas, muda itu bukan berarti harus sekarang-sekarang juga ya wkwkwk. Serem juga nihhh kalo ditanya "udah siap nikah atau belum?", Tapi ngerjain tugas aja masih suka keteteran. Gimana tugas jadi seorang istri? Hahaha.

"Sabar, kalem, jangan buru-buru," kata kakakku yang sudah menikah.

Yes, i'm agree. Jodoh akan datang di waktu yang tepat, sama siapapun itu, pastinya itu pilihan yang terbaik dari Allah. Semangaaaattt✨


Gadis kecil itu memasang muka melasnya. Ia kecewa karena rok kesukaannya dibuat sobek oleh Nufail. Melihatnya yang sedih, Nufail merasa sangat iba. Rasa bersalahnya pun semakin menjadi karena air mata yang menetes di pipi Salwa.

"Jangan menangis, maafkan kakak ya," kata Nufail yang ikut bersedih.
"Kakak tidak tau, rok itu sangat berharga untukku," jawab Salwa dengan nada kecewa.
"Kalau aku boleh tau, kenapa rok itu berharga untukmu, dek?" tanya Nufail penasaran.
"Ibuku menjahitkannya untukku, ia membuat rok itu setelah aku menangis karena ingin rok baru, tapi karena keluarga kami tidak mampu, jadi ibu membuat rok ini untukku," jelas Salwa.
"Kalau begitu, berarti ibumu pandai menjahit, bukan?" kata Nufail menawarkan diri untuk bertanggungjawab.
"Aku belum selesai," pangkas Salwa, "kini aku tidak bisa lagi meminta ibu memperbaiki rokku kak," lanjutnya.
"Karena?" jawab Nufail sambil memasang wajah serius.
"Ibuku sudah tidak ada, kak. Rok inilah yang terakhir kali ia buatkan untukku," kata Salwa.
"Innalillahi, maafkan kakak ya, Salwa," kata Nufail yang semakin merasa bersalah.
"Baiklah kak, tinggalkan aku, aku tau kakak masih banyak urusan di hari ini, benar begitu?" tanya Salwa, gadis kecil yang bicaranya sudah seperti orang dewasa itu.
"Bagaimana dengan rokmu?" tanya Nufail.
"Nanti kubilang nenek saja, sudah sana kakak pergi saja," usir Salwa kepada Nufail.
"Baiklah kalau begitu, lain kali jika aku bertemu dengan kamu lagi, kakak akan beri hadiah sebagai ucapan maaf kakak," janjinya kepada Salwa.
"Baiklah," kata Salwa.

Kemudian Nufail berpamitan dan mengucapkan salam kepada Salwa. Nufail berjalan sambil melambaikan tangannya dan menoleh ke belakang, ada perasaan tidak enak saat meninggalkan Salwa yang sedang bersedih, tetapi ia teringat janji bersama kakak tingkatnya untuk bertemu pagi ini.
Salwa yang masih saja bersedih masih duduk di tempat yang sama. Tiba-tiba ada seorang wanita menghampirinya.

"Siapa laki-laki yang menghampirimu tadi, Wa? Kakak melihatnya dari kejauhan," kata perempuan yang menyebut dirinya kakak.
"Dia lelaki yang sudah membuat rok aku sobek, kak. Dia baik tapi jahat," kata Salwa sambil mengeluh.
"Kamu ini lucu, baik tapi jahat itu bagaimana? Hihi," kata perempuan itu sambil tertawa kecil.
"Ah, sudahlah kak, aku kesal bahas ini. Lalu bagaimana dengan rokku kak, kita kan mau ke pasar?" tanya Salwa kebingungan.
"Yasudah, kita balik dulu ke rumah nanti kita ganti rokmu," jawab perempuan itu.
"Baiklah kak," kata Salwa.

----

Nufail sudah sampai di kampus. Dengan penampilannya yang rapi, ia sudah duduk di halaman dekat dengan gerbang kampus sambil menunggu kakak tingkatnya datang. Tiba-tiba, yang dinanti pun tiba. Seorang laki-laki yang juga berpenampilan rapi dan menggunakan tas selempang.

"Kamu Nufail?" tanya laki-laki itu.
"Iya, kak," jawab Nufail.
"Perkenalkan, namaku Rayyan, aku mahasiswa semester akhir di sini, hanya tinggal menunggu wisuda saja," kata Rayyan kepada Nufail.
"Oiya, jangan panggil aku kakak, panggil saja Bang Ray," lanjutnya.
"Ohh, baiklah, Bang Ray. Salam kenal, namaku Nufail. Aku baru saja menyiapkan keperluanku untuk magang," ujar Nufail.
"Wah, tepat sekali. Aku ingin mengajakmu magang di tokoku, kamu jurusan manajemen bisnis 'kan?" tanya Rayyan.
"Iya, bagaimana kakak bisa tau?" tanya Nufail, "Eh, Bang maksudnya!" tambahnya karena salah memanggil nama.
"Bagaimana bisa aku mengajakmu bertemu tanpa tau siapa dirimu, aneh aneh saja kau ini," kata Rayyan.
"Oh iya juga ya, kalau begitu apa yang ingin kakak bicarakan?" tanya Nufail.
"Berkaitan hal tadi, aku butuh kamu untuk ada di tokoku. Bulan depan, aku akan pergi ke Turki untuk mengurus beasiswa S2-ku. Aku juga akan menikah sebelum wisuda, aku pikir aku akan sibuk untuk beberapa bulan ke depan. Aku ingin kamu bantu aku mengurus bisnisku di sini. Aku tau kamu anak yang cerdas dan sholih," jelas Rayyan.
"MasyaAllah, rencana hidup yang terbaik," kata Nufail yang sedikit kaget.
"Alhamdulillah, ini rencana dari Allah juga. Jadi, bagaimana, apa kamu bersedia membantuku?" tanya Rayyan.
"Bersedia, Bang. Tapi sebelumnya kamu bimbing aku dulu ya, Bang," jawab Nufail.
"Pasti. Sebelum berangkat, akan kuberikan bekal untuk semuanya," jawab Rayyan.

Kesepakatan sudah terjadi. Nufail dan Rayyan sudah saling kenal dan bersepakat untuk saling membantu. Saat itu, mereka juga berbincang tentang banyak hal, mulai dari kegiatannya di kampus, tentang iman, bahkan tentang rencana Rayyan yang hebat itu. Nufail banyak bertanya padanya.

Setelah itu, Nufail pergi menuju kelas. Rayyan menunggunya nanti sore di tokonya. Dengan perasaan bahagia, Nufail berjalan sambil menebarkan senyumnya kepada teman-temannya. Seketika, saat ia ingin tersenyum pada seorang wanita, tiba-tiba wanita itu memalingkan wajahnya. Entah, mungkin ada yang salah dari senyum manisnya Nufail. Sambil memasang muka bingung, Nufail tiba di depan pintu kelas hingga terpentok pintunya. Duukk...

"Hey, jangan bengong Nufail!" kata Gio, teman sekelasnya.
"Iya, gi. Maaf.." kata Nufail.
"Kamu ini ada apa, tidak seperti biasanya," tanya Gio.
"Apa senyumku ini aneh, gi?" tanya Nufail.
"HAHA! Lucu kamu, Fail. Kamu sedang jatuh cinta ya?" kata Gio menggoda Nufail.
"Yang benar saja! Aku baru saja bertemunya satu kali, masa iya aku jatuh cinta?" kata Nufail.
"Aku melihatnya tadi di depan kelas, hahahaha" kata Gio sambil menertawakan Nufail.
"Apa aku terlihat jatuh cinta?" tanya Nufail kebingungan.
"Enggak sih. Tapi kamu senyum-senyum seperti itu," kata Gio.
"Aku hanya sedang bahagia, tapi ketika tadi aku senyum pada wanita itu, ia malah membuang mukanya dan tidak ingin melihatku," kata Nufail.
"Memang seperti itu dia orangnya," kata Gio.
"Kamu kenal dengannya?" tanya Nufail.
"Tentu kenal, dia itu teman SD-ku dulu. Kami baru bertemu saat kuliah lagi," kata Gio.
"Ohh begitu, memang sombong ya orangnya?" tanya Nufail.
"Bukan sombong, dia itu menjaga. Dari SD, dia memang hebat. Bisa menjaga pergaulannya dengan orang yang bukan mahramnya. Dia ini memang terkesan sombong, tetapi kalau sudah mengenalnya seru juga kok anaknya, cerdas, baik, begitulah," jelas Gio.
"..." Nufail terdiam.

"Ternyata, masih ada ya perempuan seperti itu," kata Nufail dalam hatinya. Wajar saja, di zaman sekarang ini sudah sulit menemukan seseorang yang bisa menjaga dirinya dari hal yang tidak diinginkan Allah. Kalaupun ada, dia adalah orang yang hebat. Allah begitu menjaganya, dan dia juga begitu menjaga Allah.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم

“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41).

Ia ingat kata-kata dari ayahnya. Ayahnya pernah berkata bahwa ia harus menjaga pandangannya. Seketika ia tersadar bahwa wanita itu telah mengingatkannya pada pesan ayahnya itu. Ah, mungkin Nufail terlalu bahagia. Itulah mengapa ia tadi tersenyum pada semua orang.

"Hei, Nufail! Dijelasin malah bengong kamu nih," kata Gio.
"Iyaiya, maaf," kata Nufail.

Setelah itu, dosen masuk dan mulai pembelajaran. Nufail yang saat itu keheranan, kini mulai fokus belajar. Tapi yang menjadi  pertanyaan Nufail dalam hatinya adalah "Siapa wanita itu?". Wanita yang baru pertama kali dilihatnya di kampus ini.

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!

Ada seorang pria tinggi besar menghampiri Nufail. Berdirinya dibantu oleh tongkat dan kepalanya mengenakan peci berwarna putih. Dilihatnya dari kejauhan, lalu Nufail menghampiri pria tersebut. Sepertinya pria yang tidak asing itu sengaja menarik perhatian Nufail agar mengikutinya.

Tanpa suara, pria itu terus berjalan perlahan namun pasti. Nufail mengikutinya dari belakang hingga tibalah mereka di suatu sungai yang indah. Lalu mereka berdua terdiam bertatapan.

"Ayah?" tanya Nufail pada pria itu.
"Iya, nak. Ini ayah. Bagaimana kabarmu dan Uma?" tanya pria yang diyakini ayahnya tersebut.
"Alhamdulillah kami baik-baik saja, yah. Kami sangat merindukanmu," kata Nufail sambil menitikkan air matanya.
"Jangan menangis, nak. Ayah sudah bahagia di sini karena doamu dan umamu," kata Ayahnya yang bernama Husein.
"Alhamdulillah kalau begitu, lantas untuk apa ayah membawaku ke sini?" tanya Nufail heran.
"Jadilah anak yang sholih, banggakan orang tuamu yang tersisa, jauhi hal-hal yang dibenci Allah, jangan pernah putus asa mencari ilmu, kemudian..." tiba-tiba Husein sengaja menghentikan pembicaraan.
"Apa, Ayah?" tanya Nufail penasaran.
"Jika kamu sudah menemukannya, maka menikahlah," kata Husein di kalimat terakhirnya.

Tiba-tiba, sesuatu jatuh ke dasar sungai. Percikan airnya membasahi tubuh Nufail. Kemudian, terdengar suara-suara wanita di telinga Nufail.

"Nufail...Nufail..." kata seorang wanita yang tak asing suaranya.

Seketika ia mencari suara itu.

"Nufail, bangun nak, ini Uma. Bangun...." ternyata itu Uma Aisyah yang khawatir karena Nufail tak kunjung sadar, kemudian memercikan air ke wajah Nufail.
"Uma......" kata Nufail sambil membuka matanya dengan perlahan.
"Apa yang terjadi denganmu, Nak?" tanya Uma khawatir.
"Aku mimpi bertemu ayah," kata Nufail yang saat itu nyawanya belum terkumpul.
"Sudah-sudah, ceritanya nanti saja. Sebaiknya kita segera mengambil air wudhu karena sebentar lagi azan isya akan berkumandang, lalu kita sholat berjamaah setelah itu Nufail harus segera pulang untuk istirahat," kata Pak Ustadz.
"Baik, ustadz," kata Nufail.

Kemudian mereka--Uma, Nufail, dan jamaah lain--melaksanakan sholat isya berjamaah. Setelah selesai, Nufail dan Uma segera berpamitan dan pulang ke rumah. Di perjalanan, Uma merangkul Nufail yang lemas sambil berbincang-bincang.

"Apa yang ayah katakan dalam mimpi?"tanya Uma.
"Ayah bilang, aku harus selalu menjadi anak yang sholih dan serta merta mendoakannya," jawab Nufail.
"Lalu?" Uma menanyakan kelanjutan cerita.
"Ia menyuruhku tetap menuntut ilmu," lanjut Nufail.
"Itu saja?" tanya Uma lagi.
"Tidak, terakhir beliau mengatakan jika aku sudah menemukannya maka menikahlah," kata Nufail sambil memasang wajah heran atas pesan sang ayah.
"Hmm, kalau begitu lakukanlah apa yang ia mau," kata Uma.
"Tapi, apa maksud pesan terakhir itu, Uma? Apa aku harus menikah?" tanya Nufail.
"Ya, tentu. Tapi jika sudah menemukannya bukan? Menemukan waktu yang tepat, menemukan jalan yang terbaik, dan menemukan orang terbaik," kata Uma.
"Iya, seperti uma saat bertemu ayah, hehehe" jawabnya sambil menggoda Uma.
"Ah, sudahlah, ayo masuk. Kamu harus segera istirahat," kata Uma.

Obrolan panjang tersebut ternyata menghantarkan mereka lebih cepat sampai di rumah. Walaupun hanya tinggal berdua bersama satu kucingnya, Hiro, mereka tetap menjadi keluarga yang bahagia. Setelah itu, Uma membuatkan teh hangat untuk Nufail agar besok tubuhnya bisa membaik.

"Nufail, bolehkah uma bertanya satu hal lagi?" tanya Uma tiba-tiba, sambil menaruh teh di meja samping tempat tidur Nufail.
"Boleh, Uma. Apa?" jawabnya.
"Bagaimana wajah ayahmu saat di mimpi? Uma sangat merindukannya," jawab Uma yang seketika haru.
"Bahagia, wajahnya berseri sekali. Ayah bilang dia bahagia karena kita selalu mendoakannya," kata Nufail yang kemudian memeluk sang Uma.

Teringat hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seseorang meninggal dunia maka (pahala) amalnya terputus kecuali 3 perkara: shodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Setelah itu Nufail tidur. Uma yang melihat anaknya sudah tertidur pulas kemudian pergi ke kamarnya untuk istirahat.

Keesokan harinya, Nufail sudah bergegas siap-siap berangkat ke kampus. Tampaknya keadaan Nufail sudah membaik daripada kemarin. Pakaiannya yang rapi dengan kemeja biru muda serta celana hitam itu membuatnya terlihat lebih tampan dan bersemangat. Kepalanya yang juga mengenakan topi ikut menambah ketampanan dari seorang Nufail.

"MasyaAllah, tampan sekali anak Uma.." puji Uma sembari menyiapkan sarapan di meja makan.
"Ah, biasa saja Uma. Lalu hanya hari ini saja aku terlihat tampan?" rayu Nufail kepada Uma.
"Tidaklah, kamu sudah selalu tampan setiap hari," kata Uma.
"Uma bisa saja, doakan ya Uma, hari ini aku lebih rapi karena harus bertemu dengan kakak tingkatku di kampus," jelas Nufail.
"Perihal apa kamu bertemu dengannya?" tanya Uma.
"Aku ditawari pekerjaan sampingan uma, mohon doa ya.." kata Nufail dengan percaya diri.
"Doa Uma selalu menyertaimu, Nak," jawab Uma yang tiba-tiba suaranya melemah.

Kemudian, Nufail makan setangkap roti dan susu hangat yang dibuatkan oleh Uma. Sambil memperhatikannya makan, Uma tiba-tiba bersedih hati. Dipikirannya terlintas rasa iba terhadap anak satu-satunya itu, yang rela menghabiskan waktu untuk membantunya mencari uang, hingga diam-diam mencari pekerjaan sampingan di sela-sela kuliahnya.

Pemuda yang bertanggungjawab itu telah selesai makan, lalu ia mengecup kening Uma dan mencium tangannya untuk berpamitan pergi ke kampus. Seperti biasa, ia berjalan dulu ke pangkalan angkutan umum. Tiba-tiba di tengah perjalanannya, Nufail melihat seorang anak kecil sedang kesulitan menarik roknya yang tersangkut pagar rumah tetangganya. Tidak tega, akhirnya Nufail menghampiri adik kecil berjilbab itu.

"Sini kakak bantu," kata Nufail sambil tersenyum.
"Jangan pegang tanganku kak! Kita bukan mahram," kata anak kecil bersuara nyaring itu.
"Gemas kamu, namanya siapa?" tanya Nufail.
"Salwa," jawab gadis kecil yang masih repot karena roknya yang tersangkut pagar tetangga.
"Pantas saja, wajahmu manis seperti madu," kata Nufail menggoda gadis tersebut.
"Hish, kalau kakak gombal terus kapan kakak akan menolong aku?" tanya Salwa yang mulai geram.
"Haha, iya iya. Maaf. Sini kaka bantu," jawab Nufail yang sambil senyum.

Kemudian Nufail membantu menarik rok Salwa yang tersangkut itu. Sssrrrkkkk......
Ah, sobek! Bagaimana ini?

------------------

Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!
Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ►  2024 (15)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ▼  2018 (36)
    • ▼  December (9)
      • Berseri #Episode 6
      • Semakin Bersyukur ✨
      • Berseri #Episode 5
      • Klarifikasi, hehe.
      • Berseri #Episode 4
      • Untuk Yang Membuatku Kecewa
      • Nikah Muda, Siapkah?
      • Berseri #Episode 3
      • Berseri #Episode 2
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates