"Fail, sudahlah pakai uangku dulu, nanti kamu bisa ganti kapan aja," kata Gio menawarkan diri.
"Tidak, sudah terlalu banyak aku memakai uangmu, Gi," tolaknya.
"Ah, tapi pada akhirnya kamu mengganti uangku 'kan?" kata Gio. "Sudahlah, perutmu ini lebih penting daripada gengsimu, ayo kita makan! Aku sudah lapar," kata Gio.
Muhammad Gio Muayyad, salah satu teman dekat Nufail yang hingga saat ini masih setia menemani Nufail. Gio terlahir sebagai anak semata wayang, kehidupannya selalu dicukupi oleh Allah bahkan selalu berlebih. Namun, dengan keadaannya itu Gio tidak menjadi anak yang angkuh. Ia tetap rendah hati dan suka membantu orang lain.
"Bentar ya, Nufail. Aku pesan makanan dulu, kamu duduk saja di sana," kata Gio sesampainya di kantin.
"Baiklah," kata Nufail.
Nufail yang menunggu Gio sambil membaca buku itu tiba-tiba dihampiri oleh seorang wanita.
"Kamu penikmat buku-bukunya Barli Arbani?" tanya perempuan itu.
"Eh.. Iya, bagaimana kamu tau?" tanya Nufail yang sedikit terkejut.
"Ini, pembatas bukumu jatuh," kata perempuan itu sambil memberikan pembatas buku.
"Terima kasih ya," kata Nufail yang mulai gugup.
"Sama-sama," kata perempuan itu sambil tersenyum malu.
Tiba-tiba, Gio datang menghampiri meja makan.
"Hei, Zaina. Kamu sudah kenal dengan Nufail?" tanya Gio.
"Hei, Gi. Belum, aku hanya memberikan pembatas bukunya yang jatuh," kata Zaina.
"Jadi, namamu Zaina?" kata Nufail.
"Iya, perkenalkan. Aku Zaina Faizah Syahlaa, kamu bisa panggil aku Zaina," kata Zaina memperkenalkan diri.
"Baiklah, Zaina. Aku Nufail," jawab Nufail yang juga memperkenalkan diri.
"Apa kamu ingin makan bersama kami, Zain?" tanya Gio.
"Ohh, tidak, terima kasih. Aku tidak terbiasa makan bersama laki-laki, maaf ya," kata Zaina yang malu-malu.
"Baiklah, aku tahu itu sejak dulu, aku hanya basa-basi, hahaha," kata Gio sambil tertawa kecil.
"Dasar kamu, Gio. Yasudah, aku pergi dulu ya, Assalamu'alaikum," kata Zaina berpamitan kepada Gio dan Nufail.
"Wa'alaykumussalam," jawab Gio dan Nufail.
Melihat percakapan Gio dan Zaina, Nufail sesekali memperhatikan sambil membaca buku. Ditolehnya buku berjudul Daun karya Barli Arbani itu dan sesekali melihat wajah Zaina dan Gio. Seketika Nufail terbenak dalam pikirannya, "Sepertinya aku pernah melihat wanita tadi, di mana ya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Fail! Kok kamu melamun?" tanya Gio mengagetkan.
"Bentar deh, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana ya, Gi?" tanya Nufail sambil berpikir.
"Kamu ini bagaimana? Dia itu yang tadi pagi kamu senyumin, tapi dia tidak senyum balik padamu," kata Gio.
"Ah.... Iya! Wanita itu... jadi Zaina," kata Nufail.
"Iya, dia penikmat buku Barli Arbani juga loh, sama sepertimu," kata Gio.
"Ah, masih banyak penggemar-penggemar Barli selain kami berdua," kata Nufail.
"Iya iya, baiklah," kata Gio yang sudah lelah menggoda Nufail.
Makanan yang dipesan pun datang. Gio dan Nufail makan dengan lahap sebelum kembali belajar di kelas.
-----
Selesainya kuliah, Nufail teringat janjinya bertemu Rayyan di toko. Dia harus datang sebelum jam 4 sore. Sebab, kalau pulang terlalu malam Nufail khawatir dengan Uma yang sendirian di rumah. Bergegaslah Nufail pergi ke toko milik Rayyan.
Sesampainya di sana, terlihat Rayyan berada di depan toko sambil berbincang dengan pegawainya. Ya, toko bunga. Ternyata, toko yang dititipkan kepada Nufail adalah toko bunga. Jangan salah, toko bunga milik Rayyan ini sudah terkenal dan paling ramai dikunjungi, apalagi menjelang hari-hari besar, liburan, atau musim wisuda.
"Assalamu'alaikum, bang," sapa Nufail kepada Rayyan.
"Wa'alaikumussalam, tepat waktu sekali kamu. Hebat-hebat.." kata Rayyan.
"Ah, hanya kurang 10 menit saja menuju jam 4 bang," kata Nufail.
"Manajemen waktu yang baik, haha, mari kita masuk," ajak Rayyan.
Di dalam toko, aroma bunga-bunga begitu menyengat ke hidung setiap tamunya. Bagi pecinta bunga dan tanaman, mungkin tempat ini menjadi salah satu tempat favorit. Ternyata tidak hanya bunga-bunga terpampang di kanan dan kiri toko, tapi di pojok ruangan juga disertai rak-rak buku.
"Kalau boleh tau, kenapa di sini ada rak buku juga, Bang?" tanya Nufail penasaran.
"Aku ini pecinta buku, aku ingin menularkan kecintaanku terhadap buku kepada orang-orang yang datang ke tokoku," kata Rayyan.
"Memang, seberapa minat mereka baca buku di sini, Bang?" tanya Nufail.
"Wah, minat sekali. Coba deh kamu rasakan sensasi membaca di tengah-tengah bunga, imajinasimu akan lebih terasa," kata Rayyan.
"Masa sih, Bang?" tanya Nufail yang masih penasaran.
"Iya, adikku bilang, menghirup aroma bunga bisa membuat kita lebih berkonsentrasi, dan pereda stress juga katanya," jelas Rayyan.
"Wah, menarik sekali bang. Toko yang keren," kata Nufail.
"Aamiin, semoga saja haha," kata Rayyan.
Setelah itu, Rayyan menjelaskan mekanismenya dalam bekerja. Hal ini sebagai modal untuk Nufail ketika nanti harus menjaga toko ini selagi Rayyan pergi ke negeri Kebab. Setelah mendengar penjelasan Rayyan, Nufail merasa sangat tertarik untuk bisa bekerja di sini. Semua fasilitas memadai, dan Nufail sangat suka. Terlebih ada buku-buku yang akan menemaninya selama bekerja.
"Baiklah kalau begitu, lusa kamu sudah bisa bekerja. Selama kuliah, aku punya orang lain untuk menjaga toko ini. Aku mempercayaimu untuk mengontrol segala halnya, tapi kamu boleh kok datang sepulang kuliah sebentar lalu pulang, tak perlu setiap saat di toko," kata Rayyan.
"Baik, bang. Terima kasih atas kepercayaanmu, Bang," kata Nufail.
"Tentu, ingatlah surat An-Nisaa' ayat 58, kamu pasti paham 'kan?" kata Rayyan mengingatkannya.
"Insya Allah, ayahku selalu mengingatkan banyak hal, termasuk amanah, Bang," kata Nufail.
Allah SWT berfirman tentang Amanah di QS. An Nisaa' ayat 58 :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Setelah itu, Nufail pamit untuk pulang ke rumah. Diingatnya pesan-pesan sang ayah yang ternyata tidak sia-sia. Semua yang ayahnya katakan semasa hidupnya kini terwujud pada kehidupan Nufail dan Uma. Nufail sangat bersyukur bisa mendapatkan banyak pelajaran dari ayahnya.
Lalu, Nufail sampai di rumah.
"Assalamu'alaikum, Uma..." salam Nufail sambil membuka pintu.
"Wa'alaikumussalam, sholih..." jawab Uma.
"Uma, aku ingin cerita banyak hal tentang hari ini," kata Nufail sambil tersenyum.
"Uma siap mendengarkan, nak. Tapi sekarang kamu bersih-bersih dulu, lalu kita makan malam. Nanti setelah itu baru kita cerita," kata Uma.
"Iya, Uma," kata Nufail.
Setelah itu, Nufail membersihkan diri, sementara Uma menyiapkan makan malam.
------------------
Tunggu kelanjutan cerita Ber-Seri nya ya!
3 Komentar
Nah ini, bikin penasaran dia cerita apaan wkwk ditunggu lanjutannyaaa:)
ReplyDeleteHarus dong, biar asik haha. Jangan lupa baca kelanjutannya wkwkwk
DeleteWkwkwkwk. Siaaap ditungguu
ReplyDeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.