Di tengah orang-orang itu, aku menemukan sebuah rumah kecil yang sederhana. Tak ada yang tahu rumah itu milik siapa, sebab letaknya yang jauh dari keramaian membuat rumah itu sulit ditemukan. Namun suatu ketika, aku menemukannya. Kucarilah pemilik rumah tersebut karena aku tak ingin menempati rumah orang lain tanpa izin.
Sesampainya di sana, aku bertemu dengan seorang perempuan yang 'katanya' si pemilik rumah. Perempuan itu tak lain dan tak bukan adalah teman lamaku. Ya, mungkin aku hampir tak mengenalinya karena perempuan itu sudah berbeda sejak kukenali dulu. Namun, parasnya tetap sama, cantik, anggun, dan selalu menarik.
Tak lama kubertemu dengannya, perempuan itu pergi entah ke mana. Ada kabar dari warga sekitar, kalau perempuan itu akan kembali setelah keadaan sudah aman. Entahlah, aku tak mengerti keadaan yang membuatnya kembali seperti apa. Tapi, karena aku sudah sampai di rumah itu, aku yang akhirnya menempati dan menjaga rumah itu dengan baik.
Rumah yang sederhana itu aku telusuri hingga ke ruang terkecil. Memang, aku tidak menemukan sesuatu hal yang besar dalam rumah itu, semuanya tampak sederhana, tak ada yang spesial seperti rumah rumah besar di luar sana. Tapi entah mengapa, rumah itu membuatku ingin berlama-lama. Kesederhanaannya mampu membuatku lebih bersyukur, ya, lebih bersyukur sehingga aku lebih dekat kepada Tuhan.
Setelah berlama-lama tinggal di rumah itu, aku khawatir. Aku khawatir jika tiba-tiba perempuan yang katanya pemilik rumah itu akan kembali merampas rumahnya. Padahal, ada yang bilang rumah itu bukan miliknya. Jadi, bukankah kepemilikan rumah itu tampaknya belum jelas milik siapa? Ah, entahlah. Aku hanya tamu yang tak bisa mengulik sejauh itu.
Benar saja, hal yang kutakutkan selama ini sekarang menjadi kenyataan. Perempuan yang mengaku rumah miliknya itu kembali datang dan menghidupkan kembali suasana rumah seperti dulu. Aku yang kini bukan lagi siapa-siapa sepertinya harus pamit tanpa permisi. Sebab, perempuan itu saja tak ada bicara sedikitpun denganku, yang katanya dulu temannya.
Kutarik napasku dalam dalam, lalu kuhembuskan seluruhnya sebanyak-banyaknya. Ya, mengikhlaskan bahwa aku harus pergi dari rumah yang nyaman itu. Entahlah, apa mungkin rumah itu akan menerimaku kembali? Aku tidak tahu. Yang jelas, mungkin ini waktu yang tepat untuk aku pergi dan mungkin saja takkan kembali.
Teruntuk rumah yang dulu kusinggah,
terima kasih sudah mau menjadi tempat singgahku. Meski hanya sementara, tapi menurutku waktu waktu yang kulalui di rumah itu sangatlah bermakna.
Jikalau aku rindu dan ingin kembali kepadamu, izinkan aku untuk berlama-lama di sana. Tapi, jikalau keadaannya memang rumah itu tak lagi untukku, aku ikhlas. Meski sejatinya aku tak tau siapa pemilik yang sebenarnya.
Terima kasih rumah singgah,
tetaplah kokoh menjadi rumah yang kukenal.
Tahan diterpa badai, kuat diterpa hujan, dan selalu menyerap cahaya matahari untuk menghangatkan.
Terima kasih rumah singgah,
izinkan aku mencari perjalanan baru demi mencari rumahku yang sebenarnya.
Baik-baiklah dengan pemilikmu, jaga dia sebagaimana engkau menjaga aku.
Jangan lupakan aku, ya. Ku yakin suatu saat nanti aku akan kembali bertamu, meski dengan maksud yang berbeda.
Semoga Allah selalu melindungiku, di setiap langkahku. Begitupun denganmu, ya. Aamiin.
1 Komentar
numpang promote ya min :)
ReplyDeleteayo segera bergabung dengan kami di F@N5P0K3R
mumpung lagi promo besar looo...
dapatkan bonus free chip, bonus rollingan, dan bonus refferalnya
ditunggu apa lagi ayo segera bergabungan dengan kami ya :* ;)
Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.