Cerpen : Aku dari Medsosku (Bagian 2)


“Nggaklah! Tapi untuk apa kamu pamer begitu, sengaja bikin aku tambah marah?” tanyaku yang masih kesal.

“Hey, San. Tenanglah, aku tau kamu sedang marah. Tapi kemarahan bukan untuk diperlihatkan di media sosial, karena itu akan menimbulkan aura negatif oleh pembaca yang lain. Jadi aku minta maaf harus menghapus komentarmu itu,” jelas Senja.

“Baiklah, tapi pamer di media sosial juga tidak baik, kamu tau itu ‘kan?” kataku tidak mau kalah.

“Iya, baiklah, aku salah. Akan kuhapus fotonya,” jawab Senja.

”Bagus kalau begitu. Lalu mengapa kamu tidak mengajak aku tadi siang?” tanyaku.

“Aku tidak yakin jika mengajak orang yang sedang marah untuk berdiskusi, maka dari itu ayolah redamkan emosimu. Besok akan kuajak kalian berdiskusi lagi sambil makan siang,” kata Senja.

“Oke, kutunggu,” jawabku yang mulai tenang.

“Baiklah,” balas Senja di penghujung percakapan kami.

Setelah sedikit berdebat dengan Senja, aku mulai memikirkan tugasku. Dosen bahasa Indonesiaku memberikan tugas mencari beberapa berita untuk dianalisis dari segi bahasa. Ya, begitulah tugas mahasiswa jurnalistik.

Di sela-sela keseriusanku menatap layar laptop, tiba-tiba pikiranku menyeleweng. “Tadi yang dikatakan Senja ada benarnya juga, kalau saja tadi komentarku dibiarkan oleh Senja, mungkin orang-orang akan berpikiran bahwa aku ini pemarah, masa ditinggal makan siang aja marah,” kataku dalam hati. Aku jadi merasa bersalah kepada Senja akibat sifat kekanak-kanakanku. Untuk itu aku akan beri hadiah kepada Senja besok pagi, teruntuk juga Reina.

Setelah tugasku selesai, aku segera mencari hadiah di aplikasi daring, kukira memesan makanan tidaklah buruk. Kulihat di explore instagram, sepertinya orang-orang sedang membicarakan cheesecake. Itu lho, kue yang katanya teksturnya lembut dan lumer di mulut. “Kayaknya enak nih makan bareng Senja dan Reina,” kataku sambil melihat beberapa foto-foto cheesecake yang bertebaran di instagram. Lalu aku memesan pada satu akun yang alamatnya tak jauh dari rumah, agar cepat sampai dan bisa dibawa untuk besok.

Malam yang mulai larut membuatku mengantuk. Ternyata melihat layar gawai membuatku kecanduan. Parahnya lagi, untuk mencari cheesecake saja aku sudah menghabiskan waktu selama 2 jam. Maklum, lihat satu foto, eh…. Jadinya buka foto yang lain, terus saja begitu sampai puas. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, waktunya aku segera tidur.

Keesokan harinya, pesananku datang. Ternyata tidak perlu waktu yang lama seperti yang kubayangkan. Cheesecake yang kupesan sudah tiba, bentuknya sama persis seperti yang kulihat di foto tadi malam. Semoga rasanya tidak mengecewakan. Lalu kubawa kue itu saat bertemu Reina dan Senja.

“Wah, cheesecake!” kata Reina yang kaget ketika kubawakan kue kesukaannya.

“Tumben,” kata Senja bernada menyindir.

“Jangan memulai keributan deh, ini kuberikan pada kalian sebagai bentuk permohonan maafku. Kemarin aku sudah marah pada kalian, dan meninggalkan komentar tidak baik di akunmu, Senja. Jadi, kalian mau memaafkanku ‘kan?” tanyaku pada mereka.

“Tentu, kenapa tidak? Apalagi dikasih cheesecake,” kata Reina sambil tersenyum.

“Iya kita maafin, lain kali hati-hati lagi dalam bicara di medsos ya,” kata Senja.

“Iya, tapi lain kali juga jangan pamer, hehe,” kataku sambil tersenyum.

“Iya, baiklah. Sekarang kita coba kuenya ya,” kata Senja.

Lalu kami memakan kuenya bersama-sama. Argh, aku dibohongi! Rasanya tidak sesuai dengan ekspektasi. Di instagram fotonya sangat menarik, penataannya terlihat rapi dan kelihatannya sangat enak. Tapi kenyataanya rasa cheesecake itu terlalu asin dan teksturnya tidak lembut seperti apa kata orang.

“Waduh, kenapa rasanya begini?” kataku sambil panik.

“Kamu beli di mana sih, San? Online ya?” tanya Reina dengan dahi mengerut.

“Hehehe, iya… Habisnya aku kemarin mendadak ingin memberikan kalian kue, yaa biar praktis jadi online deh belinya,” kataku sambil tersenyum merasa bersalah kepada Senja dan Reina.

“Kamu gak lihat testimoninya dulu?” tanya Senja.

0 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.