![]() |
Pinterest.com |
Di masa pandemi ini, entah kenapa aku merasa jauh dari dunia luar, lebih dari sekadar social distancing atau physical distancing. Orang-orang "dipaksa" untuk menjauh demi menyelamatkan diri dan orang lain sehingga kita disarankan untuk di rumah saja.
Tapi, seharusnya "jarak" ini berlaku jika fisik bertemu dengan fisik. Baiklah, kita harus saling menerima apabila bertemu tidak bisa lagi saling bersalaman. Kita tidak bisa lagi berbagi minum dalam satu gelas atau botol yang sama. Atau kegiatan lain yang semula "biasa" kini harus tidak dilakukan.
Namun, mengapa sebagian dari kita menerapkan "jarak" yang berkali lipat. Maksudku, kenapa jarak kita juga tercipta saat tidak bertemu. Ya, mungkin kita sedang sibuk masing-masing dengan "kesibukan" di tengah jarak ini.
Tapi jujur, keadaan ini membuatku semakin tersiksa. Saat aku tidak bisa menemui "mereka", teman-teman atau sahabatku, aku juga tidak melihat kabar-kabar baik dari mereka. Bahkan, aku sempat menantikan kabar-kabar buruk atau kesedihan yang biasanya mereka ceritakan kepadaku.
Entahlah mengapa dan bagaimana, rasanya semua itu hilang ditelan jarak bersama waktu yang kian menghapus cerita dan kedekatan kita. Sayangnya, mungkin hanya aku yang menyadari dan mereka hanya cuek dan lupa tanpa mengabari.
Kesedihan ini memuncak dua kali lipat. Ketika rindu desas-desusnya mereka, terkadang aku memulai percakapan lebih dulu di grup milik kita. Ah, sayangnya kehadiranku tidak begitu diindahkan. Bahkan sebagian dari mereka tidak membacanya. Sesedih itukah?
Bukankah seharusnya di tengah pandemi ini kita saling membutuhkan? Mengisi hari satu sama lain di saat kita semua kehabisan cerita saat di rumah aja. Ya, seharusnya kita semakin dekat karena hanya komunikasi intens yang dapat kita andalkan saat ini.
Lagi-lagi ini hanya sebuah keluh kesahku. Mungkin kehadiranku tidak begitu penting bagi sebagian orang. Mungkin lagi masih banyak orang penting lain di mata mereka yang lebih menyenangkan. Tidak sepatutnya aku mengganggu, atau bahkan mengemis iba.
Tapi dari keadaan ini aku belajar, tidak semua orang yang kita anggap teman adalah teman sejati kita. Adapun orang-orang yang kita anggap teman/sahabat tapi belum tentu kita merasakan hal baik darinya.
Kita bukanlah siapa-siapa. Hanya makhluk sosial yang membutuhkan sesamanya. Tapi perlu diingat, berharap pada orang lain hanya akan membuat sakit. Jadi, biasakanlah untuk "menyendiri" karena mati pun akan sendiri tanpa teman-temanmu.
Hai, begitulah.
Intinya aku rindu kalian semua, teman-teman yang kuanggap teman.
Semoga keadaan kalian selalu baik-baik saja dan diberikan kelancaran dalam segala hal.
May Allah always bless you.
1 Komentar
Pernah baca dimana gitu, justru kalo chat di grup gitu kemungkinan dibalesnya dikit. Mungkin banyak liat tapi ya gitu. Bingujg jelasinnya, semoga paham :'). Lebih enak japri sih ca. Atau ga grup yg isinya temen temen yg dekeet banget. Kaya misalnya aca temennya sama ayu sama anita. Coba telpon, vcall bertiga gitu ca.
ReplyDeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.