Memilih Diploma, misalnya. Awalnya berat untukku menembus restu orang tua yang lebih mengharapkan anaknya menjadi sarjana, bukan sekadar diploma. Ketiga saudara sedarah pun meniti pendidikannya dengan jurusan yang sesuai dengan mereka dan kampus-kampus terbaik di Indonesia. Sementara, aku mengambil kuliah saja mengandalkan keberanian diri untuk mengambil sesuatu yang bukan pilihanku.
Sampai akhirnya restu itu dalam genggaman. Orang tua menerimanya meski entahlah ada rasa kecewa atau bagaimana. Namun, setiap ada tugas liputan siang malam dll, aku melihat mereka begitu peduli dan khawatir saat anak perempuannya ini harus berlelah-lelah di jalanan. MasyaAllah Alhamdulillah, perlahan jurnalistik ini bisa aku hadapi dengan baik.
Aku berusaha sekuat tenaga agar bisa membanggakan—dengan cara apapun itu. Ternyata, memilih jalan berbeda dari ketiga saudaraku yang lain menjadi beban tersendiri untukku, sih. Sebab, dengan waktu 3 tahun yang aku punya, aku harus bisa menorehkan prestasi lewat apapun itu. Pikiranku hanya itu, belajar sebanyak-banyaknya demi membanggakan orangtua.
Aku mencoba semangat lagi dari pemikiran negatif itu. Mencoba mengambil kesempatan di setiap kondisi, pun dengan menghadapi pandemi yang ternyata mengubah kehidupan akhirku di kuliah, termasuk salah satunya prosesi kelulusanku.
Harapku, orang tua akan bangga saat nanti aku bisa mengenakan toga di hari wisuda. Berfoto bersama mereka, sambil berdiri di pelataran dengan momen yang mengharukan. Menyaksikan anaknya sudah selesai dengan segala hiruk-pikuk perkuliahan.
Lagi-lagi, rencana Allah lebih baik. Wisuda hanya bisa dilaksanakan secara daring. Ada kekecewaan dalam diri ketika tak bisa membawa langsung orang tua ke acara seremonial yang langka itu. Aku juga bisa melihatnya saat beberapa hari lalu aku sempat memutuskan untuk tidak wisuda karena suatu pekerjaan.
Ya, papa tampak kecewa. Tapi, Allah lebih baik dan lebih paham mana yang harus aku prioritaskan. Kuyakin ini adalah takdir terbaik untuk kita semua. Meski harus dilakukan secata daring, tetapi kita harus tetap bersyukur dengan kondisi yang ada. Alhamdulillah...
Terima kasih semuanya, aku persembahkan kelulusanku untuk kedua orang tuaku. Terima kasih teman-teman sudah membersamai. Semoga saja habis ini akan ada kesempatan untukku membuat hal menakjubkan dalam berkarier. Aamiin.
2 Komentar
Kamu hebatt!! selamat menapaki dunia baru yang lebih menakjubkan ca sukses buat kamu kutunggu karyamu ❤
ReplyDeleteKamu juga hebat, ternyata bisa melewati rintangan berat ini dengan mulus. Alhamdulillah, selamat berkarier di dunia yang sebenernya, nces. hehe. Sukses juga ya buat kamu, kutunggu kabar-kabar baiknya!! <3
DeleteSilakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.