Mungkin ada yang pernah bertanya, bagaimana kita bisa siap menghadapi cobaan yang terjadi pada cerita hidupnya? Sementara, cobaan yang datang juga bukan suatu hal yang pernah diduga apalagi direncana. Kita mungkin bisa menjawab bahwa kita tidak pernah siap akan itu semua.
Mungkin ada juga yang pernah bertanya, bagaimana bisa kita merasa siap saat akan menghadapi ujian? Merasa sudah hebat, siap, dan tenang akan hasil. Sementara yang sudah belajar dari jauh-jauh hari saja nilainya masih kalah sama orang-orang yang lebih pemalas daripada kita.
Mungkin ada juga yang pernah bertanya, bagaimana bisa dengan usia yang masih muda telah siap menjalani bahtera rumah tangga? Sementara, banyak sekali pernikahan di usia yang sudah tua akhirnya berhenti di tengah jalan, padahal dahulu pernah menyatakan sebuah kesiapan.
Mungkin ada juga yang pernah bertanya, bagaimana bisa kita menerima takdir kehilangan atas seseorang?sementara, hati merasa benar-benar sakit ketika mendengar kabar sepeninggal orang tersayang. Apakah tangis yang terurai adalah bentuk dari sebuah kesiapan?
Bagaimana bisa sebuah kesiapan mengkhianati hati-hati manusia itu?
Sejatinya, jika kita bicara tentang kesiapan, manusia tidak akan pernah siap. Seseorang pernah berkata padaku, bahwa orang-orang yang merasa sudah dewasa pun belum tentu "siap" dalam menjalankan apa yang akan terjadi di kehidupannya.
Kesiapan sangat tidak terikat dengan kedewasaan atau umur seseorang. Tua muda bukan satu alasan yang bisa mencerminkan sebuah kesiapan. Sebab, setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Sesiap apapun dirinya dan sesempurna apapun kesiapannya, pasti akan selalu ada yang kurang. Dan lambat laun kesiapan itu (serasa) memudar.
Padahal, sejatinya memang manusia yang tidak pernah puas. Kesiapan bukanlah target paling ujung dari setiap perjalanan manusia, sebab manusia selalu butuh "kelebihan" dengan kondisi yang pasti akan berbeda-beda di setiap harinya.
Kesiapan akan terbentuk apabila kita memulainya dari sekarang, sehingga apa yang akan kita hadapi ke depan setidaknya bisa kita lewati dengan segala hal yang sebelumnya sudah dipelajari dan dipahami.
Ya, begitulah manusia. Menunggu "siap" takkan pernah ada habisnya. Karena sejatinya kesiapan juga proses belajar, bukan sebuah akhir atau hasil.
Jadi, sudah siapkah kita menerima takdir setelah ini?
Kurasa belum, atau bahkan tidak akan pernah siap. Tetapi, keberanian, kegigihan, keikhlasan, dan kesabaran akan membuat kesiapan itu hadir.
Semangat, bagi kita yang sedang menyiapkan bekal-bekal menyambut kebaikan.
0 Komentar
Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.