Awalnya, kupikir tak perlu datang, karena sejujurnya aku juga ingin sekali melihat akadnya. Tapi, berhubung sudah diundang, aku datang saja meski telat sampai di tempat. Aku tidak menyesal, karena daridatang ke sebuah undangan kita akan menemukan banyak kebaikan dan juga doa.
Tapi, dari undangan ini, aku menyadari bahwa banyak juga hal-hal yang menyadarkanku. Aku sebenarnya tidak ingin cerita ini, tapi aku justru kepikiran dan sakit hatinya masih tertahan sampai hari ini. Dan, ini salah satu goals dalam hiduplu: gak mau menahan perasaan—apalagi hal-hal menyakitkan—terlalu lama di dalam hati. Karena itu hanya akan merusak diri.
Jadi, pertama, setiap pergi ke undangan aku jadi merasa begitu kurang dalam berteman. Biasanya, ada barengan untuk pergi ke suatu acara. Tapi, kali ini enggak. Bahkan aku mencari teman di sekolah dulu pun sulit sekali. Aku merasa kurang baik dalam masalah pertemananku selama ini sewaktu ada di sekolah.
Aku senang karena kemarin bisa bertemu beberapa orang sewaktu di sekolah. Tapi, di satu sisi, aku merasa iba pada diriku sendiri karena aku tidak hadir di antaranya. Aku tidak begitu akrab dengan mereka, sehingga aku bukanlah pilihan bagi mereka untuk datang bersama-sama. Ya, aku memang punya circle sendiri sewaktu di MAN. Apalagi kelas 12. Mereka tidak tahu apa yang sudah aku alami dari kelas 10 hingga kelas 12 yang membuatku begitu kesepian dan kehilangan momen terbaik bersama teman-teman.
Sedih, pasti. Aku cuma bisa melihat mereka berfoto bersama di pelaminan tanpa ada aku di sana. Sementara aku yang datang belakangan malah berfoto dengan temanku yang lain, yang notabene juga bukanlah circle-ku sewaktu SMP. Aku sebenarnya merasa tidak enak hati dan juga gengsi. Tapi, aku lebih tidak bisa lagi untuk pergi sendirian ke acara besar seperti itu.
Kedua, bersama teman barenganku, aku juga merasakan kecanggungan yang hebat. Mereka adalah teman SMP-ku, yang waktu dulu tidak satu circle pertemanan denganku. Tapi, mereka sungguh baik, mau menunggu aku dari acara akad hingga resepsi, sehingga aku bisa bersama mereka ketika salaman dan berfoto di pelaminan. Terima kasih, ya, kalian baik banget. Aku bersyukur kemarin bisa ditemani mereka.
Lalu, tanpa sengaja, kami bertemu dua guru kami di SMP. Alhasil, kami banyak berbincang dan mengulang cerita. Bercanda, bernostalgia, hingga memberikan kabar dan wacana acara di sekolah kami yang dulu. Terbitlah undangan baru untuk hadir di reuni akbar sekolah nanti.
Di perjalanan pulang, kami jadi saling berbincang tentang sekolah dulu. Ya, kami bertukar cerita dari sudut pandang masing-masing. Hingga pada akhirnya, mereka tiba-tiba berbicara tentangku, khususnya membicarakan sudut pandang mereka ketika melihatlu sewaktu SMP dulu.
Mereka bilang, dulu aku banyak yang suka. Sampai mereka menghitung siapa siapa saja yang katanya menaruh hati padaku. Mendengar hal itu, aku cukup kaget. Nyatanya, aku bahkan gak tau pernah disukai orang sebanyak itu. Aku bahkan dulu tidak sadar bahwa mungkin aku sudah bersikap 'keterlaluan' dalam bersosialisasi dengan lawan jenis. Sehingga menyebabkan kesalahpahaman di antara orang-orang.
Jujur, aku lumayan sakit hati mendengar itu. Ternyata mereka dulu menganggapku demikian. Aku dianggapnya terlalu dekat dengan banyak pria, hingga bikin mereka suka. Ah, bahkan aku lupa bagaimana caraku berbicara pada mereka waktu itu. Aku tidak menyadarinya. Mungkin mereka tidak tahu bahwa sebenarnya dulu aku memang seperti itu: berteman dengan banyak pria—dan juga wanita, berusaha baik kepada semua orang, tidak terkecuali guru dan juga orang-orang di sekolah.
Tapi, kejadian itu bikin aku berpikir. Sepertinya, dulu aku sudah bertindak tidak baik atau bahkan menyakiti banyak orang. Padahal, aku sendiri tidak berniat demikian. Pasalnya, aku juga sudah menyukai orang lain yang saat itu sudah aku sukai sejak SD kita bersama. Tapi, entahlah, pandangan orang kan beda-beda, ya. Jujur hal ini cukup menampar aku sih untuk yang kedua kalinya di hari itu.
Mungkin aku tidak menyadari bahwa kelakuanku zaman dahulu itu menyakitkan mereka atau membuat mereka tidak nyaman. Ya, mereka, temanku selagi SMP dan juga saat di MAN. Aku terlalu sombong, aku terlalu cuek, aku terlalu peduli dengan orang jauh sampai lupa bagaimana pandangan orang-orang di sekitarku. Dua kejadian itu bikin aku sadar sekaligus sedih, sih.
Tapi gapapa, aku jadi dapat pelajaran lagi. Dan sekarang aku sudah berubah kok. Bahkan semenjak kuliah, aku tidak mendapatkan kesempatan untuk bisa sedekat itu lagi dengan circle baru, apalagi soal laki-laki. Aku bahkan terkurung dengan trauma yang pernah dialami sewaktu di MAN dan sebuah penyesalan yang terjadi saat SMP. Aku hanya selalu berharap dan berdoa, supaya aku bisa jauh lebih baik lagi dalam hal apapun, termasuk menjalankan sebuah hubungan dengan oranglain.
Bismillah, ya, Ca. Anggap aja ini sebuah evaluasi diri dari masa lalu yang terungkap lagi. Sekarang fokus aja sama masa depan yang lagi disusun. Semoga Allah mudahkan kamu untuk terus jadi lebih baik lagi. Aamiin. Semangaaaat! ✨️
0 Komentar
Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.