Berseri #Episode 9


"Assalamualaikum, Nufail. Bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja. Ini, kubawakan nasi goreng untukmu. Kutahu, Uma belum pulang 'kan? Jadi, kamu bisa makan dengan ini. Aku tau persis seleramu. Ini, nasi goreng tanpa bawang goreng kesukaanmu. Benar begitu? Jangan lupa dihabiskan ya.. agar kamu tidak sakit." —Dari Wanita Yang Mencintaimu


Nufail kaget membacanya. Ia tidak menyangka akan diberikan hadiah seperti ini oleh wanita. Wanita tersebut juga bilang bahwa ia mencintainya. Nufail sangat bahagia, apalagi nasi goreng itu datang di saat Nufail sedang lapar.
"Ini dari siapa ya?" kata Nufail sambil tersenyum.
"Apa dari Misha? Tapi tak mungkin dia mencintaiku," lanjutnya.
"Ah, bukan, bukan Misha," tebaknya.
"Yang tahu selera nasi gorengku......" kata Nufail sambil berpikir.
"Jangan-jangan Zaina.." harapnya.
"Ah, gimana kamu ini. Gak mungkin," kata Nufail pada dirinya sendiri.
"Siapa Zaina? Jadi, ditinggal Uma beberapa hari sudah jatuh cinta sama seorang perempuan ya?" kata Uma tiba-tiba sambil membuka pintu.
"MasyaAllah, Uma. Kenapa pulang gak bilang dulu... Nufail kangen Uma..." kata Nufail kaget, sambil memeluk Uma.
"Hey.... Jawab dulu pertanyaan Uma," kata uma sambul tersenyum menggoda Nufail.
"Uma juga salam dulu kalau masuk rumah," jawab Nufail menggoda Uma pula.
"Iya, Assalamualaikum sholih..." salam Uma.
"Wa'alaykumussalam, Uma..." jawab Nufail sambil tersenyum.
"Jadi, kamu harap hadiah nasi goreng itu dari Zaina?" tanya Uma.
"Eh, eh, nggak uma..." Jawab Nufail gugup.
"Sebahagia itu wajahmu kalau diberikan itu oleh Zaina... Hehe. Ngaku aja sama Uma..." kata Uma yang terus menggoda Nufail.
"Hehe, engga Uma... Aku pun tidak tau siapa yang memberikan bingkisan itu," kata Nufail.
"Kalau bingkisan itu dari Uma, apakah kau akan sebahagia itu?" tanya Uma mulai serius.
"Jadi, ini dari Uma?" kata Nufail kaget.
"Iya, nak. Ini dari Uma... Hehehe," Uma mengakuinya.
"MasyaAllah, Uma.. maafkan aku. Aku kira bukan uma... Kenapa Uma iseng banget?" kata Nufail terharu dan menyesal.
"Tak apa, nak.. Uma juga pernah muda seperti kamu, biar seru aja nak.. hehe" kata Uma sambil tersenyum.
"Uma nih, bisa saja. Yaudah, Uma, ayo istirahat dan bersih-bersih. Nanti kita makan nasi gorengnya berdua ya," kata Nufail.
"Baiklah, tunggu ya, Uma bersih-bersih badan dulu.." kata Uma.
"Iya, Uma," kata Nufail.

Nufail kemudian menyiapkan dua piring untuk makan malam dengan nasi goreng itu. Uma yang sudah bersih-bersih kini sudah hadir di meja makan. Lalu mereka makan berdua.

"Uma, Misha beneran akan menikah dengan lelaki dewasa itu?" tanya Nufail di sela-sela santapannya.
"Kenapa tiba-tiba nanya begitu?" tanya Uma keheranan.
"Aku kasihan dengannya, Uma," kata Nufail.
"Kenapa? Kamu tau sesuatu?" tanya Uma.
"Aku bukan hanya tau sesuatu, tapi semuanya," kata Nufail.
"Dari mana kamu tau, nak?" tanya Uma.
"Nenek, yang beritahu aku," jawab Nufail.
"Jadi, nenek sudah cerita semuanya sama kamu?" tanya Uma lagi.
"Iya, mengapa Uma membiarkan hal itu terjadi? Coba Uma bayangkan jika itu terjadi pada anak Uma... Apa Uma tidak sedih?" tanya Nufail yang semakin mendalam.
"Sedih, sangat sedih. Uma juga yakin ibunya sedih jika menyaksikan ini. Tapi Uma tak bisa berbuat apa-apa, nak," kata Uma.
"Masih bisa, Uma," kata Nufail sambil membuka omongan yang serius.
"Maksudmu?" tanya Uma sambil menaruh sendoknya di piring dan mulai menatap Nufail.
"Temanku mencintainya, Uma. Biarkan temanku ini yang menikahi Misha. Dia teman baikku, dia takkan mengecewakan Misha," kata Nufail sambil meyakinkan Uma.
"Kamu bercanda Nufail? Undangan Misha dan saudagar kaya itu sudah tersebar luas, hutang-hutang ayahnya pun harus segera dilunasi, mana bisa semua itu terjadi," sanggah Uma yang tak percaya dengan ide Nufail.
"Uma, tak ada yang tidak mungkin. Uma ingat kisah Maryam yang tidak diberik keturunan? Mungkin itu hal yang tidak mungkin terjadi. Tapi apa? Allah memberikan itu kepada Maryam," jelas Nufail.


قَالَتْ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ ۖ قَالَ كَذَٰلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ


Dia (Maryam) berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?" Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (QS. Ali Imraan (3) : 47)


"MasyaAllah, Uma bangga denganmu. Baiklah, Uma setuju. Tapi, apa benar temanmu itu akan menikahi Misha? Apa dia sudah siap?" tanya Uma.
"InsyaAllah Uma, besok coba akau bicarakan kembali dengan Gio," kata Nufail.
"Baiklah.. Tapi kamu harus terus kabari, Uma. Jangan melakukan kehendak sesukamu. Janji?" tanya Uma yang mulai percaya.
"Janji," kata Nufail sambil menggenggam tangan Uma.
"Yaudah, ayo makan lagi," kata Uma.

Setelah itu, Nufail dan Uma selesai makan. Kemudian, tempat sehabis makan itu dibersihkan oleh Uma, sementara Nufail mencuci piring di belakang. 

--

Keesokan harinya, Nufail segera pergi ke toko. Hari ini sedikit telat karena Nufail kesiangan. Nufail yang berangkat dengan kendaraan umum itu melihat Zaina naik sepeda ke arah yang sama. Apa mungkin Zaina akan ke toko bunga lagi?

Tunggu episode Ber-seri selanjutnya ya!

5 Komentar

  1. Kayanya enggak deh si Zaina ngerjain tugas kelompok wkwkwkwkwk ditunggu lanjutannya!

    ReplyDelete

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.