Nomor Urut 41

Dia adalah si nomor urut 41. Saat itu, kehadirannya selalu telat. Bahkan beberapa kali dihukum untuk berbicara di depan kelas untuk menceritakan kesalahannya. Dengan penuh tanggung jawab, dia menjalaninya meski sesekali menutup wajahnya untuk difoto.

Dia adalah seseorang yang telah menyelamatkanku. Meski nomor urutnya 41, tapi saat itu dia menjadi manusia nomor 1 yang membawaku kembali pada rumah yang kuimpikan. Rumah yang sudah lama kutinggal, sedikit berdebu, dan juga jauh dari kata keramaian.

Dia adalah seseorang yang menungguku di depan pintu, memberikan buku yang isinya penuh ilmu, yang dibelinya bundling dua agar bisa mendapatkan bonus, katanya.

Dia adalah orang yang menyebut namaku dalam video itu, yang membuatku tersenyum di hadapan banyak orang, seraya malu juga terbesit diwajahku saat itu.

Dia adalah orang yang berdiri di sampingku, di sore hari yang hampir gelap, sehabis acara itu selesai. Kalau tidak ada hari itu, mungkin kita tidak akan pernah memiliki foto bersama meski bersama-sama. 

Dia adalah orang yang mengirimiku video dan foto tentang kucing. Katanya, aku mirip dengan kucing-kucing yang dikirimnya. 

Dia adalah seseorang yang mengingatkanku tentang pentingnya menjaga diri. Sebab, tak selamanya yang terbungkus rapi itu bisa selamat. Maka hanya dekat kepada Allah lah caranya kita untuk bisa meminta pertolongan.

Dia adalah manusia yang suaranya kutunggu di speaker sekolah. Meski tidak tiap hari, tapi jadwalnya selalu kutunggu. Alunan bacaan Al Quran yang diperdengarkannya tiap itu selalu membuat hariku lebih baik. 

Dia adalah seseorang yang juga seringkali hadir di sekolah, melantunkan ayat-ayat-Nya, dan kemudian banyak sorak-sorak wanita lain yang diam-diam memotret dan berbincang tentangnya. Dan, di saat itulah aku merasakan cemburu dan bangga di waktu yang sama.

Dia adalah seseorang yang ketika dihubungi wanita lain, dia memberitahukanku terlebih dahulu. Alih-alih tak ingin buatku khawatir atau berburuk sangka padanya.

Dia adalah salah satu--atau bahkan satu-satunya--orang lain yang selalu kudoakan kebaikan padanya atas dasar terima kasihku karena Allah telah mempertemukanku padanya kala itu. 

Takdir memang tak ada yang tahu. Ucapan kali ini hanya sekadar memanggil memori masa lalu tentang seseorang yang kehadirannya amat berkesan bagiku. 

Menilik lagi foto lama ternyata membuat rinduku bukannya mereda, malah semakin membara. Rasanya tak ada lagi yang bisa kulakukan selain melihatnya dari foto kemudian memanjatkan doa seraya berkata, "YaRabb, berikanlah kebahagiaan kepadanya."

Untuk saat ini, harapanku tak mau terlalu besar lagi selain doa yang kupanjatkan di atas. Semoga kebahagiaan, kesehatan, dan keberkahan selalu menyelimutinya dan Allah selalu melindunginya dan keluarganya. Aamiin.

Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi, ya.

0 Komentar

Silakan tambahkan komentar Anda. Terima kasih sudah berkunjung.