Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak

Assalamualaikum, kawan. Selamat hari Jumat! Senang rasanya bertemu hari yang berkah ini. Gak tau kenapa saya suka sekali sama hari Jumat, rasanya menyenangkan apalagi Jumat itu harinya bersih-bersih, memulai sesuatu yang baru, punya waktu lebih luang, dan rasanya terlalu sayang jika tidak dimanfaatkan untuk muhasabah diri. 

Kali ini juga, saya mau cerita lagi mengenai magang saya. Ya, dengan kehidupan yang baru di kanal yang baru. Begini ceritanya.

Kurang kebih, sudah lima hari saya menyesuaikan diri dengan kanal Khazanah. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar, hanya saja kadang saya masih kesusahan untuk ngubek-ngubek buku lama yang bisa menunjang tulisan saya.

Hari ini, saya senang sekali karena sejak saya pindah kanal, tulisan saya jadi lebih sering dimuat. Saya bersyukur bisa punya redaktur yang gak males buat ngoreksi tulisan anak bawang seperti saya ini. Ya, terkadang lawan jenis lebih menghargai rekan kerjanya, tapi gak selalu begitu juga sih wkwkwk.

Setiap hari saya selalu cek aplikasi berita dari media tempat saya magang. Saya selalu mencatat dan mencari tulisan saya yang dipublikasi oleh redaktur. Senangnya, tiap hari ada saja tulisan yang naik. Meski hanya satu atau dua, tapi saya bersyukur.

Terlebih, hari ini saya lihat dua tulisan saya naik ke berita terpopuler di kanal Khazanah. Sementara satu di antaranya menjadi urutan kelima berita terpopuler di media itu. Wah, masyaAllah Alhamdulillah. Senangnya bisa berhasil menulis dengan prestasi.

Semakin ke sini saya sadar, pindahnya saya ke kanal Khazanah ini sungguh luar biasa. Memang terkadang kita terlalu suudzon kepada Allah atas semua cobaan yang menimpa kita. Banyak hal yang disesali ketika kesedihan dan keterpurukan terjadi. Tapi lihatlah, tidak ada yang tahu kan di masa depan seperti apa? Allah punya kejutan yang tidak terduga.

Kalau kalian baca cerita magang saya dari awal, kalian pasti tau bagaimana susah payahnya saya ada di media itu. Terutama teman-teman saya, yang setiap hari mendengar keluh kesah saya selama magang. Teman-teman saya sudah melaju lebih dulu dengan jumlah tulisan yang luar biasa membludak meski jangka waktunya sebentar. Sementara saya, yang sudah magang lebih dulu, harus sabar menunggu kapan lagi tulisan saya dipublikasi. Bahkan saya pernah merasa "Tulisan gue sejelek apa sih sampe ga naik terus?" Dan, inilah jawabannya.

Saya bersyukur, ternyata saya masih diberikan kesempatan sama Allah untuk menyadari hikmah yang terjadi dalam hidup saya.

Pertama, saya jadi banyak belajar dari tulisan-tulisan saya yang dulu ketika saya gak bisa semudah itu mempublikasi tulisan.

Kedua, saya jadi bisa menulis di dua kanal, yaitu kanal Leisure dan kanal Khazanah. Itu kemampuan yang luar biasa bukan? 

Ketiga, saya belajar kembalu tentang ilmu-ilmu yang dulu dipelajari di sekolah. Ya, tentang Islam. Secara tidak langsung, Allah seakan menegur saya untuk terus mengingat ilmu yang pernah saya pelajari. Allah seakan bilang pada saya, "Iniloh gunanya kamu belajar agama. Kamu bisa bagi ke orang lain dengan kemampuan tulisan kamu. Lihatlah, AKU berikan kamu jalan untuk ke sana. Maka jangan sia-siankan."

Baik, Allah Mahabaik. 

Keempat, saya punya waktu luang bersama teman-teman. Jujur, setelah sebulan terakhir ini kerjaan magang saya, yaitu menulis artikel di rumah. Ya, dengan begitu saya bisa menyesuaikan waktu untuk bertemu dengan teman-teman. Maklum, sekarang hari-hari libur panjang dan teman-teman yang mulai berpencar kini sedang pulang dan mengajak bertemu. Dengan jam kerja yang fleksibel ini saya bersyukur bisa meluangkan waktu dengan teman-teman apalagi keluarga. 

Kelima, kesempatan berdakwah. Dengan pindahnya saya ke kanal Khazanah, saya bersyukur bisa berdakwah lewat tulisan. Itulah cita-cita saya sedari dulu. Saya bahagia ketika orang lain membaca tulisan saya dan menjadikannya sebagai pelajaran. Ya, sesimpel itu. Dakwah memang tugas utama saya di bumi. Jadi, bagaimana pun saya harus menebarkan kebaikan sebelum semua titipan diambil oleh-Nya.

Kita harus tersadar, segala sesuatu itu harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Apalagi ilmu yang telah didapat. Karena saya yakin, ketika saya mati nanti, saya gak bisa membawa apa-apa kecuali; doa anak kepada orang tuanya, shadaqah jariyah, dan ilmu yang bermanfaat. 

Selamat menebar cahaya!✨

Assalamualaikum, teman-teman? Kali saya mau bercerita lagi tentang pengalaman magang yang sudah mau dua bulan ini hehe. Boleh ya? Harus boleh dong.. hehehe.

Jadi, kali ini saya bercerita dari kelanjutan ketidakadaan redaktur. 

Alhamdulillah, hari ini hari pertama saya punya redaktur lagi. Ya, akhirnya saya punya pembimbing lagi di perusahaan media tempat saya magang. Tapi, kali ini laki-laki, dan kalian tau...... Saya dipindahkan ke kanal lain. Ya, bukan di Leisure lagi.

Kali ini saya berkesempatan untuk pindah ke kanal Khazanah. Jadi, di kanal itu ada beberapa topik yang islami yang dibahas, mulai dari berita islam, tentang haji dan umrah, hukum fikih islam, dll. Pokoknya di kanal itu membahas ilmu pengetahuan mengenai agama Islam. 

Jujur, rasanya berat sekali. Penuh dengan tanggung jawab yang luar biasa. Mengambil sumber untuk menulis tentu tidak semudah di kanal Leisure. Kalau di Khazanah, saya harus bekerja dua kali lipat untuk memahami hukum dan hadisnya dengan benar. Kalau tidak, bisa jadi saya menulis hal yang tidak baik dan bahkan menyesatkan. Duh, jangan sampai.

Baru sehari saya mencoba menulis khazanah, rasanya deg-degan. Susah sih pasti, sampai-sampai, saya sengaja membeli buku hadist dan kisah-kisah islami untuk bisa kutulis ulang dalam sebuah artikel nantinya. Doakan saya ya, kawan.

Saya jadi teringat dengan tujuan utama saya buat magang di media itu. "Saya mau belajar, bagaimana media R******** bisa memberitakan tentang agama islam dengan baik, mengedukasi oembaca dengan dakwah yang disampaikan melalui kanal Khazanah. Jarang-jarang media besar bisa memberitakannya," jawab saya ketika ditanya, "Mengapa kamu mau magang di sini?"

Saat itu memang yang terlintas adalah perusahaan ini. Ya, perusahaan media yang tetap mengedepankan agama islam dengan lingkungan kerja yang positif. Kanalnya juga beragam, menurut saya banyak yang beda di sini dibandingkan dengan media lain.

Saat keterima di perusahaan ini, saya sempat kecewa karena tidak ditempatkan di kanal yang saya inginkan. Ya, salah satunya keinginan bisa belajar nulis berita islami. Tapi, Allah benar-benar baik dan luar biasa. Saat ini, saya malah ditempatkan di sana.

Seharusnya saya bersyukur, akhirnya apa yang saya minta dahulu diberikan oleh Allah saat ini. Meskipun saya sudah mulai nyaman di kanal Leisure, tapi Allah berikan saya kesempatan untuk belajar lebih dari yang lain. Jadi, semua ada hal positif yang bisa diambil.

Meskipun tidak mudah, pasti Allah memudahkan. Karena saya yakin Allah memberikan segala ketetapan-Nya sesuai dengan apa yang bisa saya lewati. Ya, Allah memberikan itu karena saya pasti bisa melewatinya. Semoga ya, saya butuh doa dari kalian semua. Hehehe.

Alhamdulillah, magang kali ini ternyata penuh dengan cerita-cerita. Lika liku dari wawancara hingga keterima, lalu ditempatkan di kanal yang rumit, tidak dibawahi redaktur, sampai akhirnya punya redaktur laki-laki dan berbeda kanal. Luar biasa sekali.

Udah deh, segitu aja ceritanya. Doain saya ya bisa jalanin magang ini dengan baik, apalagi harus mulai dengan kanal baru dan topik bahasan yang baru. Semoga kita semua dimudahkan yaaa.. aamiin. Semangat!

Halo, Assalamualaikum. Apa kabar semua? Semoga yang membaca blog ini sedang dalam keadaan sehat wal afiat, aamiin. Izinkan saya kali ini untuk berbagi cerita magang yang sudah berjalan selama kurang lebih sebulan ini ya. 

Sudah hampir sebulan, saya magang di salah satu media ternama di Jakarta, mungkin di Indonesia. Media ini hanya menerima 6 orang magang di setiap periodenya, dan Alhamdulillah, saya menjadi salah satunya untuk magang di sana selama 3 bulan.

Awalnya, mengapa saya pilih media tersebut, karena saya dari dulu menyukai media itu. Di sana, tak hanya rubrik-rubrik umum dan nasional yang disajikan, tetapi juga ada rubrik islami seperti khazanah, haji, muslim digest, dll. Dari sana saya mulai berasumsi, mungkin media ini punya lingkungan agama yang bagus dan bisa jadi cocok dengan saya yang dari dulu berlatar belakang sekolah islam. Ya, lingkungan yang agamis memang jadi pilihan prioritas saya.

Saya tahu betul bagaimana kehidupan jurnalis di masing-masing media, dan saya tidak yakin jika harus berlama-lama di antara mereka. Cerita demi cerita menjelaskan, dunia jurnalis memang tidak semudah yang dilihat kebanyakan orang. Ada banyak hal yang perlu disiapkan mulai dari mental, fisik, dan juga lingkungan. 

Maka dari itu, saya memberanikan diri untuk daftar di media yang saya pilih sekarang. Alhamdulillah, sesuai dengan ekspektasi. Tapi, tetap saja keluh kesah tak bisa dipungkiri.

Selama sebulan kemarin, saya cukup hectic bekerja dengan adaptasi di lingkungan baru. Jujur, cukup berat sih di awal-awal bulan. Saya harus menyiapkan diri untuk bisa berkelana ke sana-kemari sendirian, sedangkan pribadi saya jauh daripada itu. Saya bukanlah orang yang terbiasa pergi sendiri tanpa teman atau keluarga. Bukannya gak mandiri, hanya saja saya tidak terbiasa berada di keramaian sendirian. Saya cukup introvert untuk itu. Lebih baik saya sendiri di ruangan atau rumah, daripada harus keluar dan pergi seorang diri.

Tapi, itulah pekerjaan saya. Seorang jurnalis memang harus bisa pergi sendirian. Saya pun mulai membiasakan diri dan mencoba keluar dari zona nyaman. Sulit. Sulit sekali. Bahkan, beberapa hari awal magang saya pun sering mengeluh bahkan menangis karena tak kuat dengan amanah yang diemban, mungkin sampai sekarang juga hehehe. Maklum, anaknya rada cengeng dan payah. Maafkan.

Saya pun dikagetkan dengan pembimbing perusahaan (redaktur) yang katanya cukup senior. Beberapa sikap menakutkan diiming-imingi oleh asisten redpel sebelum bekerja bareng redaktur. Katanya, redaktur yang menjadi mentor saya di perusahaan itu cukup galak, tegas, dsb. Saya takut dan kaget, saya hanya takut nanti tak bisa menjalankan amanah dengan baik dan kena omel terus. Dari situ saya mencoba untuk bekerja dengan baik tanpa mengeluh. Menjalin komunikasi yang baik dengan redaktur juga menjadi poin penting yang selalu saya perhatikan.

Hari demi hari terlewati, tugas demi tugas saya kerjakan dengan suka duka. Alhamdulillah, waktu membuat saya lebih mengenal redaktur saya dengan baik. Kami memiliki hubungan baik dan jauh dari kata 'menakutkan'. Ya, saya bersyukur bisa belajar banyak dari beliau. Jika saya kurang dalam menulis, beliau selalu menegur dan memberikan masukan dengan baik, sehingga saya bisa memperbaiki tulisan yang saya tulis. 

Namun, suka duka kembali terjadi. Setelah kurang lebih sebulan nyaman bersama redaktur ini, saya harus di reshuffle. Jadi, perusahaan sedang mengadakan rolling redaktur dan yang menjadi salah satu imbasnya adalah redaktur di kanal saya, tepatnya redaktur saya. Jadi, mau tidak mau, saya harus ganti mentor untuk magang di sana. Redaktur saya yang lama harus pindah ke kanal nasional, sedangkan saya ada di kanal gaya hidup. Jadi, saya harus ikhlas diganti oleh asisten redpel.

Selama pergantian belum dimulai, saya bekerja tanpa redaktur. Saya benar-benar bingung karena tugas saya jadi tidak jelas. Saya disuruh mencari berita update luar negeri dan harus saya lansir ke dalam berita bahasa Indonesia. Tak tanggung-tanggung, saya disuruh nulis 5 lansiran setiap harinya. Dan hari ini, sudah hampir seminggu saya tugasnya begini gini aja. 

Jujur, saya bosan. Saya kangen liputan. Saya kangen konferensi pers. Dan saya kangen juga konsultasi sama redaktur. Terlebih, saya kangen tulisan saya dimuat lagi. Semenjak nulis lansiran terus, belum ada lagi tulisan saya yang naik ke laman media. Sedih, saya berpikir tulisan saya sejelek itu.

Tapi, kalau ada redaktur, mungkin tulisan saya akan dikritik dan diberikan saran, dan kemungkinan akan ada sesuatu yang disunting namun artikel dan berita masih bisa naik. Sementara ini, saya bekerja tanpa redaktur dan tidak ada lagi tulisan yang naik ke laman media itu. Sedih yaAllah, rasanya ingin buru-buru punya redaktur baru. 

Ya, intinya segalanya saya syukuri sekarang. Walaupun saya memang lagi dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Mungkin tak banyak yang tau. Orang lain hanya tau baik dan menyenangkannya menjadi anak magang. Padahal, magang ternyata tidak semudah dan semenyenangkan itu. Hahaha, sabarrrrrr. Harus ekstra sabaar.

Untuk itu, saya mohon doa demi kelancaran magang saya ya. Semoga pembaca semua mau mendoakan dan senantiasa pula diberikan kemudahannya dalam segala hal. Bismillah ya, semoga kita sama-sama dimudahkan.

Udah deh, segitu aja ceritanya. Saya pamit dulu. Nanti saya akan cerita lagi tentang magang selanjutnya. Hehehe. See you next time. Wassalamu'alaikum 🌻
Teruntuk dirinya, yang sibuk dengan dunianya.
Hei, aku memperhatikanmu dari kejauhan.
Mungkin kamu tak pernah sadar,
Tapi aku selalu mencarimu yang kadang tak berkabar.

Kurasa sibukmu membutakanmu ya.
Siang dan malam bukan jadi penghalang lagi untuk segala aktivitasmu
Dari terang hingga gelap, kau tak peduli itu
Semua merampas waktumu, sampai-sampai untukku saja sudah tak bisa diluangkan lagi.

Hei, kau tahu, terkadang aku iri pada dia dan mereka.
Ya, orang-orang yang selalu bisa bersamamu
Bertemu dan bercakap secara langsung,
Setiap hari,
Bahkan setiap saat.
Sedangkan aku, menunggu pesanku dibalas olehmu
Dan hanya dibalas saat waktumu senggang.
Bukan begitu?

Aku melihat senyum dan tawamu dibalik media sosial orang lain.
Meski kita tak berteman di medsos, tapi orang lain selalu menghadirkan wajahmu di medsosnya
Mau tak mau aku melihatnya,
Sengaja tak sengaja kulihat kebahagiaan itu terpancar dari wajahmu di sana

Jujur, aku rindu
Bisa menghabiskan waktu denganmu dan bisa bercengkrama akrab seperti dia dan mereka
Aku tidak tahu, apakah kebahagiaan itu akan kau dapat ketika bersamaku? Aku tak yakin.
Ketika kini keakrabanmu dengan mereka lebih sering tampil, aku hanya bisa bersedih sambil berkata dalam hati, "Aku kapan?"

Kini, di saat aku lelah dengan kesibukanku, sebenarnya aku butuh kamu. 
Aku ingin sesekali bercerita, agar bisa membagi kesedihan dan juga pengalaman agar aku bisa semakin ringan
Kurasa bercerita pada seseorang sepertimu akan membangkitkan kembali semangatku 
Tapi apa daya, waktumu bukan untukku.
Aku hanya bisa memendam semua cerita,
Sampai waktu benar-benar menuntunku untuk sembuh dari luka itu sendiri.

Ya, banyak keluh kesah yang kupendam sendirian
Aku ingin cerita, tapi tak tahu kepada siapa
Aku ingin berbagi, tapi tak semua temanku mau dibagi
Yaudahlah, aku bisa apa
Semoga penantianku berbuah manis pada saatnya

Untukmu, selamat bersenang-senang dengan yang lain; teman-teman, rekan-rekan, hingga penggemar.
Semoga Allah membersamaimu di setiap saat, ya.
Aamiin.





Beberapa hari lalu saat di Bali, aku membuat story di instagram untuk berbagi foto di sana. Lalu tanpa disangka, seorang guru SD yang dulu menjadi wali kelasku menyapa dengan hangat. Rupanya ia masih ingat dengan gadis kecil yang dulu suka memainkan krayonnya ini.

Seketika aku tak hanya rindu keluarga di rumah, tetapi juga rindu masa-masa sekolah. Terputar kembali kisah saat sekolah di Ummul Quro yang membesarkanku dari SD hingga SMP. Sembilan tahun lamanya berada di sekolah hijau yang sangat dirindukan ternyata membuat memori sulit sekali dilupakan. Benar-benar rindu.


Sesekali melihat facebook, Alhamdulillah masih berteman dengan guru-guru yang masih sering update tentang suasana sekolah saat ini. Duh, jadi makin kangen, rasanya pengen kembali ke masa-masa di mana aku diajar oleh mereka, guru-guru yang luar biasa hebat dan perhatian. Ingin rasanya kembali dan menengok lagi secara langsung mereka, menjabat tangan-tangan berjasanya, dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.

Ah, sekolah memang bikin rindu.

Belum lagi sekolah di MAN 2 Kota Bogor juga tak kalah mengesankan. Suasana Islami dan Negeri yang berpadu memberikan aku banyak pelajaran berharga. Rindu sekali bisa ada di sana.. Dan sama, guru-guru di sana sering berbagi momen di facebook dan membuat aku jadi lebih rindu huhuhu.

Tunggu aku kembali ya, Pak, Bu, Ustadz dan Ustadzah. Izinkan aku berkarya dan doakan aku kembali dengan segudang prestasi. Aku harap suastu saat nanti kita bertemu lagi, dengan seorang Sasa yang dulu dikenal di SD, dan seorang Aca yang dikenal di SMP dan MAN.

Doakan aku ya, Pak, Bu, Ustadz, dan Ustadzah.
Mungkin tanpa doa terbaik darimu, aku takkan bisa sejauh ini. Terima kasih banyak











Sering kali aku merasa bersalah sama mereka. Ya, kawan-kawan seperjuangan di GEMA. Sejak awal milih mereka, memang aku menyukainya. Terlebih menjadi seorang editor di sana sangat melatihku untuk bisa terus berkarya. 

Tapi apa daya, saat itu aku dilema oleh dua pilihan yang berat. Satu himpunan, dan satu lagi GEMA. Mereka berdiri di ranah yang berbeda, dan dua duanya menurutku sangatlah penting. Aku bertekad untuk bisa membagi waktu antara keduanya. Namun, lagi lagi tak berjalan lancar, himpunan cukup mengikatku untuk terus aktif dan berkontribusi. Sementara sejak itu, GEMA mulai aku abaikan.

Bukan karena tak ada alasan aku mulai abai pada mereka. Tentu ini menjadi sesuatu yang berat untukku jika ingin memilih dari keduanya. Sebisa mungkin kusempatkan ke acara GEMA. Tapi lagi-lagi, himpunan selalu ada agenda di waktu yang sama, lebih urgent, lebih mengkhawatirkan. 

Sejak saat itu, aku mulai kehilangan GEMA. Teman-teman dekat, agenda, keakraban, cerita, semua jarang lagi kudapat. Kondisi itulah yang membuatku semakin asing di sana, tak lagi ada untuk mereka ternyata membuatku merasa sangat bersalah. Aku pun mulai takut untuk mengakrabkan diri lagi kepada mereka. Ya, aku benar-benar asing. 

Tapi, aku selalu bersyukur bisa ada di antara mereka. Mereka selalu menganggapku ada. Meski nyatanya kontribusiku jarang, bahkan tak ada. Mereka masih mengajakku untuk rapat, agenda, acara besar, dsb. Tapi berkali-kali pula, aku menyia-nyiakan kesempatan itu karena tak bisa ikut serta. 

Di detik ini, jujur, aku sangat sedih. Kembali terputar memori saat aku merelakan mereka dan pergi dengan kesibukanku. Ya, berat sekali. Ketika grup GEMA berbunyi, mereka bersautan saling interaksi. Rasanya ingin sekali muncul dan ikut dalam canda tawa mereka, aku benar-benar rindu. Tapi, apalah dayaku yang kini tidak tahu apa apa. 

Teruntuk teman GEMA-ku, 
Sejujurnya aku sangat rindu. Aku tidak pernah menyalahkan himpunanku untuk merelakanmu, tapi aku hanya berusaha menjalani tanggung jawabku yang lebih besar di sana. Bukan berarti di GEMA tanggung jawabku kecil, tidak, bukan seperti itu. Hanya saja, kondisi saat itu benar-benar mendesakku untuk bekerja lebih giat. Maaf, karena telah mengecewakan. Menghilang tanpa kabar, seperti ada namun tiada. Rasanya ingin sekali bisa bercengkrama. Di sekret kecil pojok pusgiwa, beserta cerita dan ledekan serunya.

Tampaknya, GEMA semakin seru. Terlebih pasca Jourcamp yang kemarin tak sempat kuhadiri karena magang. Huft, sedih. Berkali-kali juga wisuda ga dateng, berkali-kali juga acara gak dateng, nyesel sendiri, kenapa kadang waktu seakan mempermainkan aku sehingga aku dihadapkan untuk memilih salah satunya. Dan lagi-lagi, GEMA yang selalu aku relakan. Maafkan aku, teman-teman.

Huh, cukup sakit rasanya menelan pahitnya keputusan aku sendiri. Setelah jauh berlalu, kini baru terasa kehilangannya. Bahkan, beberapa kali tak sengaja bertemu kawan GEMA, mereka tampak biasa saja. Kayaknya udah males sama orang seperti aku. Ah, sedih sekali. 

Tapi yasudahlah, aku hanya ingin cerita. 
Semoga GEMA semakin baik, ya. Aku banyak melihat peningkatan di sana. Terima kasih sudah pernah menerimaku ada, kuharap suatu saat aku kembali diterima, meski di waktu yang berbeda. 

Salam rindu,
Aca.


Kalian pernah kesal sama orang? Mungkin hanya orang aneh dan tidak normal, yang tidak pernah merasa kesal dengan orang lian. Kesal merupakan suatu ekspresi di mana seseorang merasa jengkel akibat sesuatu, entah itu orang lain, peristiwa, dll. Ya, semua orang pasti pernah merasakannya bukan?

Aku pun demikian. Setelah beberapa kali menulis postingan terakhirku, aku menunjukkan perasaan sedih yang berlebihan karena sedang ada masalah dengan salah seorang temanku. Jadi, ceritanya setelah berhari-hari kami tidak interaksi dan berusaha menjauh, aku lama-lama kesal juga sama tingkahnya.

Ya, dia seakan melupakanku sebagai temannya. Awalnya aku tidak terima, tapi lama-kelamaan hatiku berkata "yaudahlah". Pasrah. Kupikir masih banyak orang lain yang mau dan akan menjadi temanku, tidak hanya dia. Kesel, kesel banget saat dia yang memulai duluan untuk memutus tali silaturahmi. Padahal, aku tak pernah ada sedikit niatpun untuk seperti itu.

Tapi, setelah itu aku pasrahkan semuanya pada Allah. Aku cuma berharap sesuatu saat nanti kita bisa sama-sama berteman lagi, saling menerima, dan rasa keselnya hilang. Singkat saja doaku tentangnya. Karena jujur, perasaan kesal ini tak enak di hati bila bersarang terus-terusan.

Lagi-lagi tak ada respon. Aku masih sangat berharap ia menghubungiku. Artinya, ia masih menganggapku teman. Tapi.. ah sudahlah.

Hari demi hari, aku mencoba melupakan permasalahan itu. Aku berusaha terus melangkah dan menyibukkan diri dengan segala tugas magangku. Ya, aku tidak mau kesal berlarut-larut. Apalagi kalau sampai menjadi benci.

Setelah tekadku bulat, aku benar-benar bebas. Pikiranku lepas, bebanku sedikit hempas. Teman-teman lain menjadi penyemangatku untuk terus maju. Ya begitulah, kehilangan satu teman rasanya tidak begitu penting. Apalagi jika ia sendiri yang memutuskan tali silaturahminya, mungkin artinya ia sudah tak mau lagi kami dekat. Biarlah, aku masih punya teman lain.

Namun, setelah aku lebih percaya diri dan bahagia, dia datang. Setelah sekian lama menghilang, dia meminta maaf. Ah, pikiranku buyar lagi. Kesal lagi. Males sama dia lagi. Tapi di satu sisi, aku berpikir...

"Bukankah ini yang selama ini aku harapkan? Dia datang memulai interaksi dan kita bisa berteman seperti dulu lagi?"

Hei, aku tertampar diriku sendiri. Aku mulai menyadari kehadirannya kembali. Bukan semata-mata minta maaf, tapi dia meminta aku untuk bercerita semua keluh kesahku tentangnya. Akhirnya aku cerita, dengan semua unek-unek, sambil nangis dan emosi. Hahaha, mungkin dia gak tau.

Begitulah, memang kesal itu sifatnya sementara. Sama seperti sedih dan bahagia. Jadi, perasaan kesal bukan berarti kita harus membencinya, dan aku memulai untuk berteman lagi. Sekarang aku harus lebih berani menegurnya ketika salah, sementara dia juga sudah kuberitahu tentang kesalahannya. Bahkan, aku selalu bilang padanya untuk juga mengkritikku jika aku salah.

Terima kasih sudah datang kembali. Semoga pertemanan kita tidak semudah itu goyah. Masalah mengantarkan kita untuk lebih dewasa, ingat ya.


Hello. I'm still here for you. But, do you think the same as me? After the last problem we had, can I say something with you? I want us back like friends before these worries.

After we have a distance; you don't send me a message again. Two eyes of us did not meet in reality. We did not reply to a story with each other. Why? We as if don't know each other. I think it's crazy. In the past, we have some stories often told. But, now? You disappear like a nut lost a bark. Even though, we are supporting each other. Ya, we can say always.

If I had some mistakes with you, I wanna say sorry and please tell me about my mistakes. Let us meet, we finish everything. If us not destined in the future, it's not wrong if we have a good friendship. Too dear to leave a friend like you.

If you are busy, me too. If you are tired, especially me. We both have a busy time, but we should be able to manage time well. I'm sorry about always forcing you about something. I think I'm a protective and possessive girl who fears to lose a best friend like you. I'm sorry.

Maybe, have a friendship with me makes you uncomfortable. I think so. But, this is the real me nothing is covered me. I think I just show you how much I care about you but I think you dislike it. I'm sorry, seriously.

Come on, we're friend again. Can we?
Foto/Unsplash.

Tadi malam sebelum tidur, ceritanya aku mau posting blog dengan tulisan untuk seorang temanku yang saat ini menjauh dan menghilang. Iya, ceritanya aku sudah gak berhubungan lagi via chatan atau ketemu langsung dengan dia, jadi aku mencoba menuliskannya di sini, yaa.. siapa tau aja dia ngeliat. Karena sebenarnya banyak yang ingin aku sampaikan kepada dia.

Di dalam postingan itu, ada banyak perasaan yang tercurah. Malam tadi aku tuliskan semua perasaan yang aku rasakan semenjak dia pergi. Ya memang sih banyak sedihnya, tapi aku tulis juga kok kebaikan-kebaikannya setelah kita lama tak bersua.

Tapi, qadarullah, setelah menulis panjang lebar, hpku keluar dari aplikasi blogger. Ya, aku nulisnya di hp. Lah, terus gak tau kenapa tiba-tiba ilang gitu aja tulisannya. Yang biasanya blogger otomatis tersimpan di draft, ini gak ada sama sekali. Beneran, gak boong. Terus aku kaget dan gak sengaja bilang, "Ah, masa ilang, padahal udah capek-capek nulis."

Terus aku diem sejenak.

Saat itu aku mikir, masa sih aku tulis lagi? Pasti bunyi tulisannya udah beda sama tulisan yang pertama kali ditulis dari hati. Gabakal sama rasanya, iya gak sih? Aku ngerasa kalau tulisan yang tadi hilang tuh sudah mewakili perasaan yang ingin aku sampaikan kepada temanku itu.

Tapi, setelah dipikir lagi, apa mungkin ini pertanda dari Allah?

Allah gak pengen aku bersedih berlebihan. Allah tau, dengan aku menulis tulisan tadi malam, aku akan berlarut dalam kesedihan. Ingat lagi seluruh kenangan bersama temanku itu, ingat lagi semua harapan yang pernah kami buat bersama, dll. Allah gak mau itu terjadi. Mungkin begitu kah? Wallahu'alam.

Atau lain hal, Allah gak pengen kita menyebarkan kesedihan itu. Kalian pasti merasa, energi negatif dari orang bersedih, kecewa, marah, dsb, itu berpengaruh bagi orang lain. Entah yang nanti tahu dengan ceritanya, mendengar ceritanya secara langsung, dan mungkin Allah memperjelas aja jika aku nulis ini nanti banyak yang baca dan ikutan sedih atau kesal sama orang yang ebrsangkutan.

Ya, kita emang harus positif thinking. Apapun yang terjadi, ambil sisi baiknya. Jadi, sejak kejadian tadi malam, aku tidak berniat untuk menulis ulang semua keluh kesahku kepada temanku itu. Mungkin Allah juga tidak mengizinkan aku mengungkapkan apa-apa lagi kepadanya. Biarlah, mungkin aku hanya butuh sabar dan ikhlas tanpa harus berusaha lagi untuk seperti dulu.

Mmeang sih, sebenernya tulisan tadi malam adalah sebuah ajakan aku kepada temanku itu supaya kita baik-baik saja. Mungkin ada masalah yang belum kita selesaikan sehingga kita bisa sangat jauh seperti ini. Aku cuma berharap suatu saat nanti masalah itu bisa selesai, tapi gak mungkin dong hanya dengan diam saja? Makanya aku mau ajak dia bicara, tapi aku udah benar-benar kecewa.

Berharapnya tulisan tadi malam bisa tersampaikan, eh malah kehapus. Yaudah, gapapa ya?

Intinya, saat ini aku sedih aja sama salah seorang temanku yang memutuskan tali silaturahminya denganku. Aku pun gak tau kenapa tiba-tiba begitu. Mungkin aku ada banyak salah, aku minta maaf. Tapi ayolah kita bicarakan baik-baik, aku tidak akan marah. Tetaplah berteman layaknya dahulu.

Aku rindu cerita-cerita lucumu,
Rindu bawelin kamu,
Rindu dibawelin kamu,
Rindu belajar bareng,
ahh banyak yang aku rindu!

Semoga Allah selalu melindungi kamu, ya. Jangan lupakan ibadah paling utama, makan juga, jaga kesehatan. Kita kan lagi harus kuat karena banyak hal yang ahrus diselesaikan. Seperti magang misalnya? Hahaha, sampai bertemu kapan-kapan ya.

Dari seseorang yang mungkin bersalah,
Nurnafisah
Bogor, 10 November 2019
Hola, Assalamu'alaikum. 

Kali ini aku mau ajak kalian membahas tentang sesuatu yang semi-serius ehe. 

Kalian pernah gak sih memikirkan segala hal yang telah terjadi di muka bumi? Atau gak perlu jauh-jauh deh, misalkan, pernah gak sih kalian berpikir tentang sesuatu yang terjadi sama diri kalian?

Contoh,

Kalau aku, aku suka mikir nih kenapa aku dilahirin sebagai anak perempuan?
Kenapa aku dilahirin sebagai orang Sunda?
Kenapa aku lahir di Indonesia?
Kenapa aku jadi seorang Muslim?
Kenapa aku ditakdirkan jadi anak ketiga?
Dsb.

Pernah gak sih mikir sedetail itu?

Percaya gak percaya, katanya sih semua hal yang ada di muka bumi itu ada maksud penciptaan dan alasan terjadinya. Contohnya nyamuk, walaupun kecil, suka gigit, bikin manusia sakit, dll. Tapi pasti ada tuh maksud baik dari penciptaan nyamuk di bumi. 

Sama halnya kayak kita dikasih ujian, dikasih rezeki, dikasih masalah, dikasih cobaan, dll lalu kita kira cuma bisa pasrah dan menerima? No, no.

Setelah aku baca QS. Sad (38):27, katanya nih semua yang ada di langit dan di bumi itu bermanfaat.. Nahloh, terus coba, kita ini ada di mana? Bumi kan?

Artinya, penciptaan kita sebagai manusia itu pasti bermanfaat, gengs. Seburuk apapun bentuknya, inilah terbaik versi Allah yang diberikan kepada kita. Nah, kalau kita pandai mencerna tanda-tanda Allah, maka kita ini akan mencari di mana manfaat itu berada. Di mana sisi baik seorang "aku" yang bisa bermanfaat untuk dunia? Pasti semua seharusnya bisa melakukan itu.

Bukannya gak ada sebenarnya, kadang kita yang terlalu pasrah sama keadaan hingga akhirnya melupakan "maksud" dari diciptakannya hal tersebut.

Sama halnya kayak putus cinta. Coba deh, kalian kira cinta itu datang tiba-tiba? Ohh jelas enggak. Pasti allah kasih perasaan itu ada maksudnya loh. "Mungkin biar aku semangat, jadi lebih bahagia, iya kan?" Loh iya, mungkin aja. Wallahu'alam.

Tapi bagaimana dengan orang yang putus cinta? Apakah artinya Allah tidak sayang? Ohh jelas bukan gitu juga. Siapa tau aja, dengan Allah berikan ujian dalam percintaan bisa lebih menyadarkan kita bahwa sebenernya cinta itu gak main-main loh. Cinta itu suci, cinta itu gak bisa disatuin sama materi, dll. 

Segala hal baik akan selalu ada menghampiri kita kalau kita mau mencari dan mencoba menerima. Bukan cuma melihat sisi buruk kemudian pasrah. Duh, jangan gitu, kita harua husnudzon sama Allah supaya kita semakin dicintai-Nya. 

Ya, walaupun sampai saat ini kuyakin tak semua pertanyaan dalam hidup bisa terjawab seutuhnya. Karena sesungguhnya, ada beberapa pertanyaan yang mungkin sengaja Allah simpan di bumi tanpa sebuah jawaban. Kita yang niatlah yang bisa menemukannya, maka kita harus jadi bagian dari salah satunya.

Peka terhadap tanda-tanda.
Perkuat kecintaan kita terhadap Allah.

Karena dengan begitu, rasa syukur akan selalu menyertai langkah kita sebelum menemukan jawaban-jawaban kehidupan yang entah kapan terjawabnya.

Semoga, kita selalu menjadi manusia yang senantiasa bersyukur, ikhlas, mau berusaha mencari dan menjadi baik, serta terus menerima semua ketetapan Allah SWT.

Salam, 
Si Pemburu cahaya
Yang sedang berusaha menerima semu keadaan dan kondisi yang dilewati.

Semangat semua.
Hei, ini hari pertamaku magang. 

Rasanya? Luar biasa. Out of the box. Aku keluar dari zona nyamanku.

Tapi sayang, 

Kabar buruk lg menimpaku juga.

Aku lagi mengalami gejala sesuatu,

Kalau dihitung sudah hampir sekitar 5 hari belakangan ini.

Hmm.. 

Sedih sebenernya, 

Dan jujur, takut kenapa napa.

Jadi, aku mohon doa ya dari kalian yang baca ini.

Doain aku sembuh,

Sehat terus.

Gak males makan.

Magangnya lancar..

Nyaman..

Pokoknya doain yg baik baik.

Hahaha, blog macam apa ini isinya begini.

Gapapa deh ya.

Doain aja.

Makasih temen2.

Aku sayang kalian🤗
Pinterest/Ilustrasi Menghilang


Kini aku yang memutuskan untuk menghilang
Tak lagi menjawab pesan, bahkan kucoba untuk tak memberi kabar pada siapapun
Yang kutahu, hanya orang-orang yang menganggapku penting yang selalu menanyakan bagaimana keadaan dan kegiatanku sehari-hari.

Jikalau saja masih ada tempat yang bisa kudatangi untuk mencarimu, mungkin bagimu, tak ada tempat mana pun yang bisa kau tuju untuk mencariku
Bukan karena tidak ada, hanya saja kamu yang memang tak sempat mencariku,
Mungkin tidak akan.

Temanku bilang, 
Mungkin aku perlu waktu sejenak untuk menghilang.
Dia bilang, aku selalu berubah ketika kamu menghilang,
Lebih diam, tidak karuan, mencarimu ke sana kemari.
Tapi katanya, "Cobalah kamu yang pergi, apa dia akan seperti kamu ini?" Tambahnya.
Haha, aku tak yakin.

Aku cuma berharap, kamu mengerti arti sebuah kehilangan.
Arti sebuah kata pergi yang menurutmu biasa saja,
Tapi itu yang selalu kurasa saat kamu yang hilang dariku.
Mungkin juga, kamu malah bahagia ketika aku pergi dan tak lagi menyapa. 
Kamu akan lebih leluasa menentukan dengan siapa kamu akan bahagia, tanpa pantauan mataku dan bacotan perhatianku yang tak kauperlu.

Maaf, jikalau selama ini ada sikapku yang salah, egois, atau bahkan menjengkelkan. Aku hanya menjadi diriku sendiri, manusia yang mencintai dengan segala keterbatasan.
Ya, terbatas karena tak mampu mengungkapkan segalanya secara terus terang. Kita punya batas, hanya waktu yang bisa menjawab apakah batas itu bisa ditembus atau bagaimana, aku tidak tahu.

Oiya, aku tidak berusaha melepas. 
Hanya saja ingin memberimu sebuah rasa di mana kita akan merindukan seseorang, yang kuyakin rasa itu sering sekali kamu abaikan karena hal lain.
Kembalilah, kembali berbincang dengan baik.
Jika kau mau.

Kurasa, emosiku kemarin perlu diperbaiki.
Tapi sayang, aku tak mau mulai duluan.
Jadi?

Maaf aku egois. Kali ini saja, aku ingin kamu yang datang bukan aku.
Hola, Assalamualaikum! Apa kabar semua? Semoga selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT yaaa.. aamiin.

Hei, kali ini aku mau cerita tentang magang.

Kebetulan, hari ini hari terakhir UAS di saat teman2 TGP lainnya sedang UTS. Jujur, gak kerasa banget ternyata perjalanan semester 5 secepat ini. Gak nyangka ternyata bisa di titik ini dengan segala perjuangan dan pengalaman yang sudah dilewati.

Hari ini aku dirundung rasa melow, alias baper. Ya, sedih aja gitu ternyata semester 5-nya sudah berakhir. Tinggal menunggu magang, dan rencananya minggu depan udah mulai:( mohon doanya yaa!

Jadi, Alhamdulillah aku sudah mengajukan magang sejak seminggu pascapengumuman program praktek industri. Kenapa cepet-cepet? Karena biasanya prosesnya lumayan lama, katanya bisa ada yang dipanggil sampe sebulan diproses dll. Nah, itulah kenapa aku langsung coba coba gitu nyari media mana yang bakal aku tuju untuk jadi tempat magangku.

Lalu, kenapa Republika? Entah kenapa, media yang pertama kali terbesit di pikiran, yaitu Republika. Gak tau kenapa aku respect aja sama sesuatu yang berbau-bau islam. Yang kutahu, Republika itu salah satu media yang ada rubrik-rubrik Islamnya. Seperti khazanah misalnya. 

Jadi, di Republika itu ada beberapa berita, feature, artikel, opini, dll mengenai Islam. Aku suka, karena dari sana nilai pembelajarannya sangat berharga. Menurutku tak banyak media yang masih mengedepankan agama untuk menjadi rubriknya. Ya... Aku penasaran aja sih sama kerjanya Republika di balik layar itu seperti apa. Terlebih aku memilih Republika karena aku sudah terbiasa hidup di lingkungan keislaman, supaya bisa terus istiqomah dan saling mengingatkan, gitu. Hehe.

Walaupun sebenernya gak tau apakah republika ini memiliki lingkungan yang aku harapkan atau tidak. Yang jelas aku selalu berdoa begitu. Akhirnya aku mencoba mencari kenalan kontak melalui dosen yang punya teman di Republika.

Alhamdulillah, tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya aku mendapatkan kontak dari sana. Di situlah mulai mempersiapkan diri mulai dari CV, portofolio, mental, dll. Tahapan dan tata cara pun dikasih oleh pihak Republika, aku mengikutinya sesuai prosedur sambil berharap-harap dan berdoa. Ada sih yang bilang, "Kamu yakin diterima gak di Republika?" Ups, satu pertanyaan menarik.

Secara tidak langsung, pertanyaan itu seakan-akan menggambarkan ketidakyakinan seseorang terhadap kita. Awalnya aku pun takut, yaa... Takut gak diterima. Jelas, karena republika adalah salah satu media besar di Indonesia yang masih konsisten dan eksis sampai saat ini. Aku yang masih junior ini ngerasa kalau "Masa sih gue bisa ke sana.. Bisa gak ya bisa gak ya?" Pikiran negatif dan hopeless pun bermunculan dari orang-orang sekitar dan juga kakak tingkat yang lebih berpengalaman. Banyak sekali yang menjatuhkan secara tidak langsung.

Tapi aku berusaha semangat, sebab aku yakin gak ada yang gak mungkin. Allah itu punya semuanya, harta, tahta, benda, uang, dan satu bangku magang di Republika. Aku hanya yakin, Allah itu bisa ngasih kita hal yang diinginkan selama kita bersungguh-sungguh. 

Awalnya juga sempet gak percaya diri dan mencoba cari tempat magang cadangan, biar kalo gak keterima nanti bisa langsung coba ke yang lain. Tapi apa daya, gak ada pilihan. Hati gak sreg ke mana mana dan tetep pengennya cuma ke Republika. Alhasil aku memutuskan untuk "Yaudah lah, coba dulu aja satu di Republika, nanti kalo gak keterima baru cari yang baru," kataku dalam hati, saking pasrahnya.

Alhamdulillah wa syukuurillah. Sekitar dua minggu mengajukan berkas magang via email, aku ditelpon dan diminta untuk datang ke kantor. Alhamdulillah, aku katanya diterima! MasyaAllah, Allahuakbar.

Gak perlu nunggu waktu lama, tenyata Allah kasih begitu cepat. Seharusnya bisa mulai Desember, ini aku udah mulai sejak November minggu pertama, tepatnya minggu depan.

Alhamdulillah.. seneng sih bisa ada di tahap tenang karena udah dapet tempat magang. Tapi sekaligus sedih karena lagi ada banyak masalah, perasaan, kewajiban, keresahan, yang belum tuntas. Sementara aku harus segera menyusun semangat menuju kegiatan baruku : magang.

Sedih, hari ini penuh dengan kesedihan yang melepas teman2 untuk lebih jarang bertemu selama 3-4 bulan ke depan.. Terlebih lagi, ada kata-kata semangat yang diharapkan tapi malah ada yang merenggut semangat itu sebelum disampaikan. Huft, sedih banget tadi aku sampe nangis di kampus:( semoga sedihmu berakhir dan cahayaku kembali terang. Aamiin..

Doakan aku ya, kawan.

Sampai bertemu nanti. 

Jangan rindu, berat, mending gausah.

Hehehe. 

Bye,

Assalamualaikum.
Penampakan Pulo Geulis.


Assalamualaikum, kali ini aku mau berbagi pengalaman aku dan teman-teman selama melakukan pengabdian masyarakat di Kampung Pulo Geulis, Babakan Pasar, Bogor.

Jadi, program pengabdian masyarakat ini memang wajib dilakukan oleh setiap jurusan di PNJ. Pasalnya memang mereka (pihak PNJ) sudah melakukan kerja sama dengan Kampung Pulo Geulis.  Nah, kebetulan di TGP (nama jurusanku) juga melakukan hal yang sama, diketuai oleh dosen pembimbing akademikku, yaitu Pak Fauzy.

Akhirnya terpilihlah 6 orang dari prodi jurnalistik: Aku, Anita, Hadi, Ayu, Bagas, sama Adhita. Mereka yang perempuan adalah teman sekelasku sementara Hadi dan Bagas teman berbeda kelas. Awalnya tawaran pengabdian ini udah dikasih ke teman-teman lain, tapi kebanyakan dari mereka lagi-lagi selalu nanya "Nanti gue dapet apa?"

Di luar dari topik, sebenernya aku masih suka bingung aja sama orang yang ditawarin sesuatu lalu nanya soal materi. Ya emang sih realistis, tapi kan gak semua hal itu bisa diukur dengan materi. Nah, dari situlah ada 6 orang ini yang tidak memandang itu semua. Kita berusaha ikut ini memang untuk mendapatkan pengalaman luar biasa. Pengalaman memang sesuatu yang gak bisa dibeli pakai uang 'kan?

Lanjut.
Nah, setelah terpilih akhirnya kita bergerak untuk survey tempat. Berkali-kali melakukan riset dan mencari data di sana mengenai potensi wisata di kampung Pulo Geulis. Fyi, pengabdian TGP ini berbeda sama jurusan lain. Kalau yang lain itu kan membuat pelatihan, mencerdaskan warganya, dll dengan ilmu sesuai jurusannya masing-masing. Nah, kalau TGP gak begitu.

TGP itu jurusan yang berkecimpung di dunia kreatif dan digital. Dan tidak memungkinkan untuk TGP memfasilitasi pelatihan di sana. Jadi, kami memanfaatkan jasa dan ilmu yang dimiliki untuk mempersembahkan buku infografik yang bisa disebarkan di penjuru Bogor dalam rangka mempromosikan wisata di Pulo Geulis.

Nah, alhamdulillah setelah kurang lebih 3 bulan ini kami bekerja keras, tanggal 25 Oktober 2019 kemarin kami sudah launching bukunya di Kelurahan Babakan Pasar dan dihadiri langsung oleh lurah dan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim. MasyaAllah gak nyangka.

Jadi, apa yang menurut kalian lebih penting selain uang?

Menurut aku sih, pengalaman dan kesempatan itu penting banget. Meski aku gak mikir "aku bakal dapet apa ya, dibayar berapa ya, yah nanti jadi sibuk dan pusing mikirin pengabdian" dll. Itu pemikiran-pemikiran yang menurut aku terlalu sempit.

Manfaat yang aku dapet dari pengabdian ini banyak banget! Selain pengalaman dan kesempatan, aku bisa mengenal warga2 sana, menjalin keakraban dengan keenam orang temanku, menikmati Pulo Geulis yang cukup indah di sore hari, bertemu dengan pejabat desa yang hebat, ditambah lagi dikasih kesempatan bertemu langsung dengan pak Wakil Wali kota.

Oiya, belum lagi Pak Fauzy selalu perhatian sama kami berenam dan selalu ngajak makan di tempat enak, dikasih ongkos setiap berangkat, difasilitasi dengan sangat baik, dll. Dengan pengabdian ini juga kan aku dan teman-teman jadi punya portofolio untuk masa depan. hehehe alhamdulillah. Menurutku itu sudah lebih dari cukup dan lebih berharga daripada uang.

Intinya, teman-teman, jangan pernah memandang sesuatu itu hanya dari sisi materi. Karena terkadang yang berharga itu bukan cuma uang, tapi juga kesempatan. Gak gampang loh bisa dapetin kesempatan-kesempatan seperti ini. Oiya, lakukanlah segala sesuatu juga dengan ikhlas.. Gak boleh tuh hitung-hitungan dan berharap a,b,c,d,e, dll.

Inget aja, segala sesuatu yang baik pasti akan dibalas dengan yang baik oleh yang Mahabaik. Segala sesuatu yang hilang akan kembali dan diganti sama yang Mahakaya. Jadi gak perlu khawatir, Allah itu punya semua. DIA bisa ngasih kapan saja selama kita berusaha, ikhlas, dan berdoa.

Semangat memburu kebermanfaatan yang lain. Jadilah diri yang haus akan pahala dan prestasi. Biar bisa menjadi terkenal di akhirat dan juga di bumi. Yeay, alhamdulillah satu kesibukan selesai. Selanjutnya akan ada apa?

Yes, Magang. Hahaha.
Mohon doa semua, minggu depan aku sudah mulai magang.

Hari itu aku mulai membuka pembicaraan. Aku meminta waktumu sedikit saja untuk menanyakan sesuatu dan berniat membantumu dalam suatu hal. Katamu, suatu saat nanti akan diberi kabar perihal waktu, tapi sampai kini tak kunjung tersampaikan.

Untuk itu, biarkan aku utarakan di sini meski kemungkinan terbesar kamu tidak akan membacanya. Biarlah kutulis ini untuk diriku sendiri, biar aku tidak lupa.

Sebenarnya hal yang kuingin bicarakan adalah menyangkut dirimu sendiri. Tapi sayang, 15 menit waktumu pun tak mudah kudapatkan. Ingin sekadar kuberbincang melalui telepon, atau hanya berbalas chat yang intens. Sebentar pun belum terwujudkan.

Baiklah, mungkin aku yang terlalu memaksakan kehendak. Sebenarnya bukan begitu, hanya saja waktuku tak banyak. Sebelum kumagang, kurasa masih ada waku untuk bersantai dan membantu teman-teman sekitar, termasuk kamu.

Sebab, fyi, mulai beberapa hari lagi aku akan mulai menghilang. Waktuku sudah direbut dengan aktivitas lain dan kemungkinan akan sedikit memiliki waktu luang. Tak ada lagi waktu yang kusisihkan untuk bertemu, bukan hanya dengan keluarga mungkin dengan teman-teman juga, termasuk dirimu. Aku minta maaf.

Maka dari itu, sebenarnya aku ingin meminta waktumu sedikit saja untuk bicara. Kali ini saja, izinkan aku, sebelum aku izin untuk menghilang. Apa kamu sama sekali tidak punya waktu sedikit pun?

Jika begitu, baiklah. Maafkan aku yang terlalu mengurusimu. Aku hanya peduli dan khawatir. Tapi bila kaurasa ini tak perlu, baiklah, kita akhiri saja.

Mungkin memang saatnya jarak dan waktu yang tak bisa bertemu. Kita urusi saja urusan masing-masing tanpa saling tahu. Biarkan Tuhan yang menyatukan kembali jika memang ditakdirkan lagi. 

Baiklah, kupamit undur diri.
Yang perlu kauingat, aku tak pernah berhenti mendoakanmu untuk selalu dalam kebaikan. Semoga untukku juga.

Ketika seseorang memutuskan untuk tidak membalas pesan, aku belajar bahwa ia tidak hanya sibuk, tetapi juga sudah melewatkan kita sebagai prioritasnya. Seiring berjalannya waktu, aku percaya bahwa kepentingan seseorang akan berubah dengan sendirinya. Dahulu masih sempat mengabarimu, tapi sekarang kabar dari orang pun tidak kutahu.

Jika baginya kita adalah penting, semestinya bagaimanpun caranya ia akan selalu membangun senyum dengan kita. Entah secara langsung atau bahkan ketika sedang tak bertatap muka. Senyumnya selalu paling utama yang seharusnya bisa terjaga sampai dia kembali kepada kita. Itu harapan semua bukan?

Menyadari hal itu, semestinya kita mulai tersadar bahwa tidak semua yang dulu prioritas kini menduduki daftar obrolan paling atas. Tidak, tidak semua begitu. Tapi akan ada waktu di mana kita akan seperti itu, meninggalkan yang dahulu dianggap penting demi kepentingan mendesak yang lain.

Bagimu ini sebentar, tapi melaluinya aku harus berpegang teguh dengan rasa sabar. Kaubilang tak ada yang mampu melewati ini semua, tapi aku akan mencoba membuktikan bahwa aku mampu bertahan dengan segala kekuranganmu.

Di saat orang lain bahagia dengan teman bucinnya, aku hanya bisa menikmati cerita-cerita mereka. Yang entahlah, aku tak bisa merasakannya secara langsung. Aku hanya bisa menikmati secuil rindu yang kauanggap tak perlu ini.

Setelah ini, aku tak mau lagi mengharap belas kasihmu. Berusaha melupakan tanpa menengok lagi obrolan yang tak kaubalas. Biarkan kamu berkelana dengan tanggung jawab yang melanda, tanpa pedulikanku, tanpa membebani pikiranmu olehku.

Namun, aku tak tau apakah kamu akan kembali mengirimkan pesan? Jika iya, percayalah bahwa aku selalu terbuka denganmu, kapan saja dan di mana saja. Bantuanku takkan habis untukmu, meski tak semua bisa aku jalani tapi aku akan berusaha untukmu.

Baiklah, pergilah,
Sampai urusanmu selesai.
Banyak teman-teman yang membutuhkanmu untuk berada di sana. Aku tidak boleh egois, kamu punya kepentingan yang harus kamu capai, pun juga dengan aku. Banyak hati yang harus kaujaga, bukan hanya hatiku yang hanya satu.

Baiklah, semoga kita akan baik-baik saja.
Bertemu di lain waktu dengan kesempatan yang lebih baik. Aamiin, semoga.
Foto/Dessy Astuti.


Hari itu pertama kalinya aku ikut Aksi. Awalnya memang ragu untuk ikut karena takut. Selain itu, aku juga ada agenda sosialisasi di gedung rektorat di hari yang sama pada jam yang sama. Tapi pada akhirnya, aku dan beberapa teman sekelas izin kepada dosen terkait untuk ikut aksi ke depan gedung DPR.

Untuk alasan turun aksi, aku hanya ingin mencoba bermanfaat untuk negara dengan sekecil apapun. Ada hati-hati rakyat yang tak bisa bersuara, dan hanya kamilah mahasiswa yang bisa bantu untuk menyampaikannya pada petinggi-petinggi di sana.  Aku hanya ingin mencoba berguna untuk negara, walau aku tidak bisa bertindak banyak.

Saat itu, aku bersama temanku, Ayu dan Hanna, berencana untuk ikut aksi. Tanpa persiapan dan terkesan dadakan, kami hadir dengan bekal apa adanya. Hanya menggunakan masket, tidak bawa odol, tidak bawa handuk basah, bahkan tidak bawa air lebih. Kami pun hanya berbekal sarapan makanan tingan yang kudapat dari  sosialisasi di pagi hari.

Pukul 11.00 kami sudah kumpul di bus yang akan memberangkatkan kami menuju Gedung DPR. Laki-laki dan perempuan sudah siap dengan baju-baju hitam dan almamater kampus kami. Aku yang juga berdiri di dalam bus bersiap mengumpulkan tenaga untuk aksi. Namun apa daya, aku memang kadang mual kalau naik bus, jadi tidur deh sambil berdiri hehe.

Sesampainya di sana, kami diarahkan oleh koordinator dari kampus, Vier namanya. Dia mengarahkan kami untuk membuat border, mengingat teman di sampingnya, dan bersiap-siap untuk jalan menuju TVRI untuk sholat terlebih dahulu. Di barisan kami bertiga, tiba-tiba datang Desstut, teman beda kelas kami yang cukup akrab, lalu kami berangkat sholat bersama-sama.

Selesai sholat, kami bergegas kumpul di depan TVRI dan mempersiapkan diri untuk maju ke depan DPR. Dari 700-an mahasiswa PNJ yang ikut aksi saat itu, mungkin hanya kami yang tidak ada persiapan. Sementara Desstut datang mewakili pers kampus, yaitu GEMA, untuk meliput aksi yang terjadi di sana.

Setelah sampai di depan DPR, kami berteriak menyuarakan tuntutan rakyat. Berbagai permasalahan diungkap dari masing-masing kampus. Tak jarang kulihat poster-poster sindiran terpampang dari tangan-tangan mereka yang diangkat ke atas. Berbagai almet kampus pun kulihat sampa-sampai ada juga yang reuni ketemu temen lama hehe.

Detik demi detik terlewati, sudah pukul 4 sore DPR juga belum beri sinyal-sinyal keterbukaan. Barisan kami dari PNJ mulai mundur dan kembali ke arah TVRI karena kabarnya suasana mulai tidak kondusif. Barisan polisi sudah mulai membentengkan diri di depan gedung DPR. Khawatir terjadi chaos yang membahayakan, border laki-laki PNJ mengantarkan massa aksi perempuan untuk pergi ke tempat aman.

Rupanya suasana memang mulai chaos. Mahasiswi PNJ disuruh melepas atribut kampus dan segera kembali ke rumah masing-masing agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Mulai panik, beberapa orang berlarian dan menghindar dari gas air mata yang nyatanya sudah dilemparkan polisi. Saat itulah aku berpencar dari teman-teman. Aku bersama desstut, sementara Hanna bersama Ayu.

Bruk! Di tengah perjalananku berlari mengamankan diri, Desstut terjatuh tak sadarkan diri. Aku mulai panik, karena tak ada satu orang pun yang aku kenal di sana. Aku benar-benar hanya bersama Desstut. Lalu aku meminta tolong kepada orang sekitar untuk membawa Desstut ke ambulan.

Di ambulan, aku bertemu dengan anak PNJ lainnya yang ternyata sedang berlindung. Di sana kuminta bantuan untuk mengobati Desstur. Namun, aku tak menyangka Desstut semakin drop. Dia sesak nafas sampai akhirnya kejang-kejang gak karuan. Aku benar-benar menahan tangis dan cuma bisa bilang, "Istighfar Desstut, Istighfar..." kataku sambil memijit-mijit kakinya.

Melihat kondisi Desstut yang semakin parah, belum lagi ada gas air mata yang sampai terhidup ke ambulan, kami berencana untuk membawa Desstut ke RS terdekat. Anak PNJ lain pun tak bisa ikut karena banyak korban yang juga harus di bawa ke RS, ambulan menjadi penuh. Karena tak tega meninggalkan Desstut sendirian, aku berencana ikut bersama mobil ambulan.

Setelah aku berada di dalam mobil, aku duduk di samping Desttut yang masih saja kejang-kejang. Sedih masyaAllah aku berada di keadaan seperti itu. Belum lagi di tangan kiriku juga ada seorang perempuan bersandar tak sadarkan diri akibat gas air mata. Ada pula di kakiku yang juga sedang sesak napas. Belum lagi di tengah perjalanan ada yang memaksakan diri memasukkan korban baru dengan keadaan berdarah dan lengan yang patah. MasyaAllah.

Di ambulan itu, terlihat ada 6 orang korban yang juga aku bantu tangani luka-lukanya. Jujur, ini pertama kalinya aku menangani korban sebanyak itu dengan luka yang beraneka ragam. Padahal aku bukan anak PMR, bahkan belajar pun belum pernah. Dan qadarullah, itu pengalaman paling berkesan bisa menolong orang-orang yang kesulitan.

Tapi jujur, itu benar-benar menakutkan. Dalam waktu yang bersamaan, aku menyaksikan tangisan orang-orang yang tumpah di pipi-pipi mereka. Aku juga melihat kucuran darah dari kepala seorang korban, melihat orang sesak napas yang benar-benar mengerikan, sampai melihat orang patah tulang dan jerit sekeras-kerasnya.

Setelah sampai di RS terdekat, satu per satu korban dibawa ke IGD, termasuk Desstut. Aku menemani Desstut sampai ke ruangan. Lalu ia diinfus dan juga diberikan oksigen. Kata Desstut, saat itu aku benar-benar terlihat panik dan terlihat sedang menahan tangis. Hehehe, iya aku orangnya emang gengsian. Jadi, nangis itu cuma kadang-kadang, sisanya sering ditahan hehe.

Setelah berjam-jam di RS, akhirnya Desstut boleh pulang. Ayu dan Hanna yang berpisah dari kami pun datang menemui kami setelah aku beri kabar. Mereka juga kehilangan teman saat itu sehingga bingung harus ke mana. Akhirnya kami bertemu kembali di RS dan pulang bersama.

Saat itu, 24 September 2019, benar-benar hari yang sangat mengesankan, mengerikan, sekaligus menegangkan. Itu pertama kalinya aku ikut aksi dan mungkin terakhir kalinya pula. Hehehe. Setelah itu papa juga tidak mengizinkan aku kembali untuk turun ke jalan karena khawatir hal serupa terjadi pada putrinya.

Yang jelas, terima kasih ya Allah, Engkau telah memberikan aku pengalaman luar biasa. Semoga aksi mahasiswa ini tidak sia-sia, dan Indonesia kembali dengan keadaan baik-baik saja. Aamiin.
Kajian bersama Ustad Oemar Mita di The Sahira Hotel, Bogor.

Hari ini ada acara wisuda kampusku di Balairung UI. Artinya, setahun lagi adalah giliranku untuk berada di sana. Ya, aku yang akan menjadi salah satu wisudawan yang ikut meramaikan acara di tahun depan. Ternyata sebentar lagi, tersisa 360 hari menuju hari kelulusan itu tiba.

Sebelumnya aku mau ucapain selamat untuk semua yang sudah resmi menjadi Diploma dan Sarjana dari Politeknik Negeri Jakarta. Untuk kakak-kakak semua, semoga ilmunya berkah dan sukses selalu untuk kehidupan selanjutnya.

Sebenarnya, untuk kedua kalinya aku cukup kecewa karena tidak bisa hadir untuk memberikan ucapan selamat secara langsung kepada orang-orang terdekat. Karena, tahun kemarin sempat berhalangan hadir dan ternyata hari ini juga. Berbagai alasan membuatku tidak bisa hadir di sana, salah satunya adalah keadaan diriku sendiri yang kurasa sedang tidak baik-baik saja.

Kondisi diri hanya kita yang tau. Sakit, penat, lapar, dahaga, jiwa kita yang mampu menangkap perasaan itu. Termasuk jika kita merasa sedang ada yang 'kurang beres' dari rohani kita. Benar begitu?

Akhir-akhir ini, aku merasa ada yang sedang tidak beres pada diriku. Ketika marah sukanya berlarut-larut, ketika sedang adem ayem tiba-tiba suka merasa bersalah. Aneh, rasanya ada yang belum diperbaiki dari diriku ini. Itulah mengapa aku memutuskan untuk tidak datang wisuda, karena ingin mengembalikan diri dengan menghadiri suatu majelis ilmu di kawasan kota Bogor.

Pernah gak, kalian setiap hari ngaji, berusaha berbuat baik, sholat lima waktu, bahkan selalu menyempatkan waktu untuk dhuha dan tahajud? Tapi masih ada aja gitu perasaan aneh yang ada dalam diri, yang nyatanya sangat sulit diungkapkan. Pernah begitu? Nah, itulah yang lagi aku rasain saat ini.

Mungkin sebagian orang berpandangan bahwa aku sudah melewatkan momen-momen wisuda. Padahal dengan menghadiri wisuda, aku bisa punya sedikit gambaran bagaimana suasana nanti tahun depan ada di sana. Iya kan? Tapi tidak semudah itu kawan-kawan. Sebenernya aku juga gak enak gak hadir mulu, tapi apa daya, aku rasa kali ini aku harus egois, karena bener-bener lagi ngerasa gak baik dan diri ini butuh dicas.

Nah, tapi yang berbeda dari biasanya adalah aku harus pergi ke tempat kajian itu sendirian. Sesuatu hal yang jarang banget aku lakuin: pergi sendirian. Awalnya sih aku mau ke kajian emang bareng temen, tapi sayangnya tiba-tiba dia ada kuliah yang akhirnya gak bisa dateng.

Di satu sisi aku rasa kayaknya aku juga gak jadi aja deh. Tapi di sisi lain, aku terdorong untuk ikut kajian demi menghilangkan perasaan aneh ini. Aku berharap, dengan kajian yang aku ikutin ini setidaknya aku punya pencerahan yang lebih terang lagi, mendapatkan ketenangan, dan yaa.. anggap saja me time yang pas untuk orang-orang yang merasa 'tersesat' seperti aku.

Hikmah hari ini, ternyata keluar dari zona nyaman itu sulit banget. Aku yang gak biasa pergi sendirian akhirnya harus nyoba pergi sendirian. Berusaha buat buka omongan dengan teman baru dan Alhamdulillah, ternyata sendirian tidak semenyeramkan itu. Allah memang baik banget sama hambanya yang punya niat memperbaiki diri.

Di kajian aku melihat banyak kenikmatan dengan berkumpul bersama orang-orang sholih, yang senantiasa juga mencari ridho Allah dengan memahami ilmu agama. Dari mulai anak muda, para orang tua, serta lanjut usia pun hadir di sana. Suatu kebanggaan dan bersyukur sekali bisa hadir di antara mereka.

Semoga kita selalu ada dalam keadaan di mana kita selalu ingin melakukan kebaikan dan selalu haus akan ibadah kepada Allah SWT. Aamiin.

Selamat untuk kawan-kawan semua,
semoga kita termasuk orang berilmu dan beragama yang barokah dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Aamiin.

Pernah gak sih kalian punya teman dekat?
Saling terbuka, saling percaya, apapun dibagi kecuali tentang hati
Tak satupun hal terkecuali untuk diceritakan
Apapun dibicarakan tanpa rasa enggan

Setiap hari hampir bersama
Menangis hanya dari sebuah cerita
Memberi solusi, memberi pesan
Memberi arti untuk segala jalan kehidupan

Rasanya ada yang hilang
ketika dia tiba-tiba sibuk dengan kesibukan
ya, punya impian tersendiri di luar ekspektasi
Mau tidak mau, sebagai temannya kita harus mendukung
suka ataupun yang tidak disuka
semua harus bersinergi

tapi entah kadang-kadang aku rindu,
mengapa karena itu kita tidak bisa lagi seperti dulu?
sekarang, jarak menghalangi cerita kita
waktu menghalangi pertemuan kita,
bahkan, tegur sapa sekali saja sangat aku damba

Rindu,
rindu rasanya bisa seperti dulu
menghabiskan waktu bersama dan menciptakan bahagia bersama-sama
dulu, kamu yang selalu minta aku untuk cerita
sekarang, untuk cerita pun aku tidak tau harus datang kepada siapa
selain pada diri-Nya,
sang pemilik jiwa dan raga.

Rindu,
rindu rasanya seperti dulu
mengajakku pergi bersama dan menciptakan kenangan bersama-sama
dulu, kamu yang selalu minta bertemu
sekarang, pertemuan kita saja bisa dianggap jarang
sekalinya bertemu, mungkin hanya bisa mata yang menatap satu sama lain
sedang mulut? hanya bungkam ditahan waktu.

Rindu,
apakah kita bisa seperti dulu?
Punya waktu yang sama, untuk dihabiskan bersama-sama.
Rindu,
saya rindu kamu yang dulu.
Kamu yang selalu mengerahkan waktumu,
yang sebagian juga untukku.

Rindu,
apakah aku bisa bertemu dengan keadaan seperti dulu?

Semoga.

Lelah, ya. Itu yang aku rasakan ketika sudah beberapa kali memendam dan memaksakan.

Pertemanan adalah sebuah sangat dinanti banyak orang, apalagi jika bisa panjang umurnya. Tapi bagaimana jika sikap temanmu semakin lama semakin berbeda? Apa yang akan kaulakukan?

Awalnya, kukira sebuah perbedaan justru menjadi ajang untuk kita sama-sama belajar. Kamu, dia, dan aku mengerti satu sama lain. Menerima kebaikan serta keburukan yang orang lain abaikan. Menerima rendah, tinggi, dan sama tinggi sebuah takdir yang sering kali kita temukan. Tapi, mana? Mana rasa nyaman itu? Yang katanya akan tercipta jika semua itu terlaksana.

Kamu selalu saja tidak mengerti, bahwa perbedaan kita ini sangat jauh berbeda. Sering kali kamu egois pada pilihanmu, sehingga sering memutuskan perkara secara sepihak, meskipun aku dan dia tidak sepakat.

Sering kali kamu lakukan apa yang aku dan dia tidak lakukan, apa yang kamu suka tanpa aku dan dia suka, apa yang menurutku dan dia tidak baik tetapi menurutmu baik. Kamu selalu saja begitu, dibuat dengan kepala yang keras.

Aku pun sering merasa jengkel karena ulahmu yang tak karuan. Sering kali merusak moodku dengan caramu saat kuminta kau diam. Selalu begitu dan selalu berulang. Maaf, aku tidak suka.

Aku juga sering menemukanmu dengan wajah muram tiba-tiba. Tanpa alasan dan tanpa cerita. Imbasnya kepada aku dan dia seketika. Lantas maksudmu apa? Aku tidak suka diberi energi negatif yang tercermin dalam rautmu. Sangat mengganggu moodku.

Kamu sering kali menyuruh aku dan dia terbuka, sementara kamu? Cerita pun tidak. Bahkan sekalinya cerita, tak jarang satu atau banyak hal yang akhirnya tidak kamu terima. Lantas apa gunanya kami menanggapi?

Semua itu tampak wajar ketika tidak sengaja selalu berulang. Tapi maaf, untuk kali ini aku tidak bisa hanya diam. Aku benar-benar lelah dengan sikapmu yang tak kunjung sembuh. Lalu kamu hanya menanyakan, "Ini aku yang salah atau kalian yang salah?"

Menurutmu? Satu lawan dua menang siapa?

Maaf, harus kukatakan ini. Aku benar-benar lelah dan capai telah memendam terus. Berusaha sabar dan menerima, tapi nyatanya kamu malah keenakan. Aku merasa sangat tidak nyaman. Lantas kita harus seperti apa agar bisa kembali?

Apa perlu saling meninggalkan?

Apa mungkin ini sebuah takdir Tuhan?

Apa mungkin kita masih bisa saling menerima?

Berhentilah.

Jangan egois seperti itu.

Jangan buat dirimu semakin menjengkelkan.

Foto/Google.com

Setiap hari, yang selalu aku syukuri adalah bisa berkesempatan menjadi seorang perempuan. Aku bisa merasakan bagaimana hati itu benar-benar bekerja, pikiran terganggu saat orang yang kita sayangi diganggu, kelembutan dari setiap kasih sayang yang kita berikan kepada orang yang kita sayangi. Perempuan bisa lebih peka terhadap sesuatu di sekitarnya.

Menjadi seorang perempuan merupakan anugerah yang teramat menyenangkan. Meski kenyataannya tak semua laki-laki menganggap perempuan itu kuat dan tangguh. Di sebagian mata mereka (laki-laki) kita terlihat lemah dan tidak berdaya, tidak berkuasa, tidak berwibawa. Tapi dari kamilah para perempuan, semua lahir, dengan sejuta kasih sayang dan cinta dari yang Mahakuasa.

--------------------------------------------------------------------------------

Saat masuk kuliah, aku berencana untuk tidak menaruh hati pada siapapun. Sebab aku tau, masa depanku semakin dekat. Apalagi menjadi seorang wanita itu harus menjaga kehormatannya dengan sangat baik. Hatinya harus murni terjaga, perasaannya harus selalu bahagia, jiwanya harus selalu sehat.

Seperti yang kita ketahui, jatuh cinta merupakan suatu hal yang teramat manis. Tapi nyatanya tidak semua begitu apabila ia hadir sebelum ada ikatan pernikahan. Itulah kenapa, aku menyadari bahwa jatuh cinta sebelum waktunya adalah sebuah kesalahan. Itu yang harus aku hindari saat kuliah. Karena jika begitu, artinya kita menaruh harapan pada seorang lelaki yang juga berkesempatan untuk menyakiti hati.

Sayangnya, perasaan itu tidak bisa terbendung. Perasaan yang semula kagum itu berubah menjadi harapan dan angan-angan. Keadaan juga menyebabkanku memiliki kesempatan untuk meraih itu. Pada lelaki itu, aku sesekali berdoa pada Allah untuk menjaganya, meski aku tidak tau apakah lelaki itu mendoakan hal yang sama.

Aku menyadari kapasitasku sebagai perempuan, yang bisa mengambil langkahnya dengan baik tanpa menjemput rasa kecewa. Aku terlalu mengikuti keadaan tanpa berpikir panjang tentang risikonya. Ya, perasaan yang mendiami hatiku sudah mulai menguasai diri. Tapi, aku takkan membiarkan itu terjadi. Kendali diri tetap ada pada diriku sendiri.

Ketika harapan itu sudah mulai terpampang dalam hayal imajinasi, aku mulaiberpikir kembali. Benarkah dia yang aku cari? Padahal sejatinya, tak jarang dia menyakiti. Perjalananku juga masih sangat panjang untuk bertemu dengan ribuan orang di belahan dunia yang lain. Yang tidak mustahil aku menemukan beberapa lelaki lain yang tentu bisa jadi lebih baik.

Sesekali aku menangis. Kenapa engkau wahai jiwa perempuan dalam diriku, terlalu mendambakan seseorang yang mungkin saja bukan milikmu? Apakah aku tidak menyadari bahwa yang dicintai belum tentu dimiliki? Apakah aku tidak sadar bahwa sakit yang selama ini dialami adalah pertanda dari-Nya untuk segera diakhiri? "Jangan, jangan dilanjutkan," kataku pada diriku.

Aku kembali tersadar bahwa sejatinya memang perasaan tidak bisa terhindar, bagaimanapun caranya. Tapi sebagai perempuan yang kuat, kita punya kendali atas itu. Bahagia dan kesedihan kita yang menentukan. Segala impian dan harapan bisa terwujud pada niat yang benar, bukan dipaksa atau terpaksa. 

Tangisan yang selama ini terjadi tidak boleh terulang lagi. Laki-laki yang sudah membanjiri pipi juga tak boleh menjadi musuhku, tapi jadikan mereka pemelajaran atas hidupku. Tetaplah bersikap baik pada mereka, meski secara tak sadar hati masih tidak menerima. 

Tapi tahukah kamu wahai perempuan? Kita ini terlahir dengan jiwa yang kuat. Kita harus menjaga kekuatan itu untuk mereka, anak-anak kita, sebagai pribadi yang kuat pula. Kita berhak memilih mana yang membuat kita lebih kuat, atau menghempaskan mereka yang membuat kita lebih lemah. Kita punya kendali itu!

Lihatlah, air matamu terlalu sayang jika dibuang wahai perempuan. Anak-anakmu akan sedih jika melihat ibunya sangat tersakiti hanya karena cinta yang tidak pasti, padahal mereka tau ayahnya lah pemilik cinta sejati. Jangan terlalu terbawa pada cinta yang tidak meyakinkanmu. Ingat, kita kuat. Kamu kuat, perempuan. 

Jangan menunduk saja, nanti mahkotamu jatuh.
Bangkitlah, dengan harapan-harapan baru yang lebih segar.
Anakmu berhak lahir dari ibu yang kuat, perempuan kuat, kamu kuat.

Bogor, 1 September 2019
Si Penebar Cahaya
Nurnafisah
Foto/Unsplash.com

Dulu, kata hilang menjadi tabu
Katamu, itu takkan terjadi
Kita akan tetap selalu berbagi
Meski ranahku dan kamu tak seperti dulu

Bila saja hilang hanya sebuah pamit sementara,
Seharusnya akan ada masa di mana kamu kembali,
Berbagi cerita, menyuarakan kabar,
atau sekadar menyapaku di setiap malam dan pagi

Nyatanya, hilang itu benar-benar terjadi
Persis seperti apa yang aku takutkan
Ya, benar menjadi kenyataan

Katamu, hilang bukan pilihan
Tapi ke mana kamu saat kucari?
Terkadang aku membutuhkanmu untuk jadi telingaku setiap hari
Tapi aku terus bersabar, tanpa mencari telinga lain untuk mendengar

Aku hanya percaya padamu atas cerita yang akan kusampaikan
Namun apa daya, menunggumu tak ada sautan
Kesabaranku tak ada jawaban
Hingga akhirnya kulihat wajahmu terpampang bersama yang 'katanya teman'

Sontak hatiku menangis,
Rasanya sia-sia aku menunggu berhari hari hanya demi menjadikanmu pendengarku
Seperti tak ada orang lain saja
Hilangmu kini benar-benar mengagetkanku
Tanpa kata, tanpa bicara, tanpa ada basa basi

Baiklah,
Jika dirasa ceritaku tidak lagi menarik,
Biarkan diri ini kutarik,
Dari jagatmu hingga matamu,

Akan kupalingkan diriku agar kita kembali tak bertemu
Mungkin, ini hal terbaik yang selama ini kaunanti?
Tak apa,
Memang ya berteman denganku membosankan?
Hahah, bilang saja. Tak perlu ragu.

Tenanglah, aku sudah tak bersamamu.
Berpuaslah sesuka hatimu sekarang.
Jangan cari aku,
Kamu akan merasakan rasa yang sama saat aku mencarimu.

Hilang.
Tidak ada.
Tanpa suara.
Tanpa bicara.
Ya, hilang.
Foto/Unsplash.com

Assalamualaykum, temen-temen. Selamat menjalani hari-hari.

Kali ini aku mau bahas tentang rasa kagum. Boleh ya? Boleh dong, hehe.

Pernah gak kalian merasa kagum sama seseorang yang awalnya gak kenal, kemudian seiring berjalannya waktu kita makin mengenali orang itu seperti apa; entah karena kita yang inisiatif mencari tau ataupun orang-orang sekitar yang menunjukkan itu tanpa sengaja. Itu semua sering banget terjadi ya temen-temen?

Jujur, aku pun orang yang demikian. Ketika melihat kelebihan seseorang, tiba-tiba ada perasaan kagum. Mau itu laki-laki atau perempuan, perasaan itu sangat wajar. Tapi yang perlu kita ingat adalah batasan-batasannya. Kalau semua itu tidak dibatasi, maka akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti ceritaku, gimana coba?

Jadi, akhir akhir ini aku memang diuji dengan rasa kekaguman orang lain terhadap aku. Ada beberapa orang yang aku kira sudah melebihi batas-batas itu, yaaa.. batas dari sekadar mengagumi. Pada awalnya orang-orang ini mengenal aku hanya dari media sosial, bahkan bertemu pun tidak pernah.

Orang orang ini mengaku kagum karena beberapa faktor; ada yang pernah melihatku di televisi, ada yang kagum karena pernah membaca blog-ku, ada pun yang kenal aku karena postingan di instagram. Mulai dari sanalah mungkin mereka mencari tau aku lebih dalam. Dan seiring berjalannya waktu, akhirnya orang-orang ini mengetahui sedikit banyaknya informasi pribadi aku.

Wajar? Awalnya sih begitu. Bahkan informasi bisa kita dapatkan dari media sosial kita sendiri. Apalagi aku, apapun kutulis di blog, 'kan? Tapi sayangnya ada beberapa dari mereka yang memanfaatkan itu untuk mengetahui aku lebih jauh lagi. Sebenarnya ini tidak sepenuhnya salah, tapi balik lagi ke poin penting, perasaan itu punya batasan.

Sayangnya, mereka ini semakin lama sedikit menggangu. Tiba-tiba merasa sok tahu dengan segala kehidupanku, tiba-tiba merasa men-spesialkan aku, tiba-tiba seperti berteman lama tapi rasanya sepihak. Maksudnya gimana?

Gini, ada beberapa orang yang merasa sudah sangat mengenal aku. Lalu ia menganggapku sebagai teman atau bahkan lebih dari itu. Lalu bagaimana dengan aku? Apakah aku kenal dengan mereka lebih dalam? Belum tentu kan? Maka dari itu perasaan sepihak ini jangan disepelekan ya, temen-temen. Karena jujur, beberapa kali aku merasa risih dibuat oleh temen-temen yang bersikap demikian.

Menurut Buya Yahya pada video yang berjudul Tahapan Mencintai Seseorang rasa kagum itu adalah permulaan kita untuk memutuskan jatuh cinta. Awalnya kita akan merasa kagum secara umum, kemudian memiliki kecenderungan pada salah satunya, dan yang terakhir mengambil keputusan untuk mencintai.

Nah, menurutku dengan begitu kita harus sangat berhati-hati kawan, apalagi cinta itu tidak jauh dengan membenci. Kalau saja ada sesuatu yang salah dalam tindakannya, ya bukan cinta yang diraih tapi malah jadi benci. Ya, jangan sampe ya. Jadi, buat temen-temen yang memiliki rasa kagum itu sangat diperbolehkan.. Tapi ya kita harus tau batasannya, kita tau harus seperti apa, harus bagaimana, dll.

Kalau saja tindakan itu tidak dipikirkan terlebih dahulu, hubungan yang baik tidak mungkin tercipta. Yang ada hanya perasaan risih dan terganggu dengan sikap kita ke orang itu. Jadi, intinya sewajarnya saja :) Karena setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan. Terlepas dari rasa kagum itu, ya kita harus tetap menghargai seseorang dengan sesuatu yang disukai atau yang tidak disukainya.

Nah, jadi buat temen-temen yang merasa 'kagum' sama siapapun itu, ayolah sewajarnya aja. Jangan jadikan rasa kagum itu alasan untuk "gue harus bisa ketemu", "gue pengen kenal dia lebih jauh", "gue pengen dia tau kalo gue kagum", "gue pengen jadi temen deketnya", dll. Nah, kalo itu sih udah modus namanya! Bukan lagi sekadar kagum tapi menaruh harap.... Duh, jangan deh bahaya. Apalagi sam alawan jenis ya, tolong bener-bener perhatikan.

Yaa lebih baik saling mendoakan aja kebaikan. Bersikaplah sewajarnya dan jangan berlebihan. Kasian loh orang yang dikagumi nanti malah gak suka sama keberadaan kita. Duuuh. Jangan sampe ya? Mendingan mulailah perkenalan dengan baik, cara yang baik, dan berprilaku yang baik.

Intinya sih gitu aja ya temen-temen. Aku juga kagum kok sama beberapa orang, entah itu temen sendiri, kakak tingkat, teman jarak jauh, selebriti, aku kagum sama beberapa dari mereka. Cuma ya bukan untuk yang aneh-aneh, hanya sebagai pengagum dan inspirator untuk memotivasi aku jadi orang yang lebih baik. Gitu ya temen-temen.

Jadi, mohon maaf apabila ada yang diblokir dari media sosial aku, dan juga ask.fm ku sudah tidak menerima komenan anonim lagi karena yang aku rasa sejauh ini ada beberapa dari kalian yang sudah mengganggu pribadiku.Hehehe. Terlebih mohon maaf sekali ada juga nomor-nomor yang sudah tidak disimpan dalam kontak, karena dikhawatirkan semakin tau kehidupanku lewat media sosial lainnya dan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hehe, sekali lagi maaf ya.

Yuk instrospeksi diri,
Sejauh ini kita sudah kelewat batas belum sih?

Jangan lupa #MenebarCahaya dan jangan lupa selalu mengaji :)

Wassalamualaykum!

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ►  2024 (15)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2023 (30)
    • ►  December (3)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ▼  2019 (69)
    • ▼  December (5)
      • Cerita Magang #Part 3
      • Cerita Magang #Part 2
      • Cerita Magang #Part 1
      • Sajak : Dia dan Mereka
      • Rindu Guruku
    • ►  November (8)
      • Dear GEMA
      • Kesal Bukan Untuk Membenci
      • Hello! See this post.
      • Pesan Untuk Temanku
      • Semua Ada Maksudnya
      • Buat siapapun
      • Sajak : (Aku) Menghilang
      • Magang : Kesibukan Baru
    • ►  October (4)
      • Pengalaman Pengabdian Masyarakat
      • Izin Menghilang
      • Sajak : Baik Baik Saja
      • Aksi 24 September 2019
    • ►  September (4)
      • Hikmah Hari Ini
      • Rindu
      • Lelah
      • Kamu Kuat, Perempuan.
    • ►  August (7)
      • Hilang
      • Rasa Kagum? Wajar atau Engga?
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates