Nurnafisah's Blog

This is my e-dairy of #MenebarCahaya

  • Home
  • Tentang Aku
  • Tips & Info
  • Sajak
  • Kontak



Ku awali postingan kali ini dengan ter-blushing blushing wkwk. Karena saat mengetik ini, baru beberapa menit yang lalu seseorang itu meninggalkan tempat kami bertemu. Awalnya ragu dan malu banget setelah sekian lama gak pernah ketemu dan akhirnya bisa ketemu lagi.

Perasaannya? mungkin tergambar dari kalimat utama postingan kali ini xixi. Gak perlu ditanya, kata blushing sudah menjadi visualnya. Aku dibuatnya malu karena setiap kata yang keluar dari mulutnya disertai dengan senyuman. Ah, sudahlah, jangan buatku berharap.

Senyuman yang terakhir kulihat mungkin sudah lebih dari 5 tahun yang lalu. Bahkan kita tidak pernah memiliki kesempatan seperti ini sebelumnya. Akhirnya, banyak cerita yang keluar setelah kita tidak bertemu.

Menurutku, sekitar 40 menit yang cukup berarti dalam pertemuan kita kali ini. Kamu menceritakan beberapa pengalamanmu, rencanamu, dan apa saja yang sudah kamu lewati selama ini. Pikirku, kamu tidak akan banyak bertanya, tapi nyatanya kamu melibatkanku dalam cerita kali ini. 

Aku juga menjawab pertanyaanmu dengan cerita-cerita, dan aku suka itu. Aku semakin jatuh cinta pada bercerita, apalagi ketika mendengar cerita darimu dan semua tentangmu. Ah, ya, aku sangat bersyukur hari ini. 

Aku hanya berharap, suatu saat nanti, kita punya waktu yang lebih panjang untuk saling cerita dan saling mendengarkan. Bahkan, mungkin Allah takdirkan untuk membuat cerita bersama? Hahaha ah, sudahlah, jangan terlalu berharap!

Bertemu di sudut ruang tengah aja sudah buatku senang. Jangan berharap lebih yang lainnya. Sekarang waktunya banyak berdoa dan mengikhlaskan, serahkan semuanya kepada Allah biar Allah yang atur segala hal terbaik ke depannya. Janji, jangan berhenti berdoa ya?

Semoga hal baik selalu menyertaimu dan keluargamu. Aamiin. Sampai bertemu kapan-kapan~

Tinggal menghitung hari aku bisa bertemu lagi dengan seseorang yang sudah lama sekali tidak bertemu. Kami terpisahkan jarak dan waktu, bahkan juga komunikasi.

Niatku, sepulangnya ia dari rantauan, aku ingin memberikannya satu kenang-kenangan yang entah dia suka atau enggak. Sebenarnya agak riskan juga meminta izin untuk memberikan hadiah di saat kami sama-sama tidak bertegur sapa. 

Tapi, gapapa lah ya, daripada nggak sama sekali? hehehe.

Dengan modal bismillah dan hadiah yang cukup effort, akhirnya aku berani juga. DAN..... Gak kusangka, yang awalnya hanya minta alamat langsung untuk mengirimkan kado, eh orangnya malah ngajak ketemuan aja.

Jujur, seneng banget sih bisa ketemu lagi. Tapi, di lubuk hati yang terdalam aku sangat amat takut dan malu WKWKWK mau ngapain sih aku ini? Nyalinya seketika ciut. Ah, apakah aku bisa?

Ya... Semoga aja berhasil--menurunkan rasa malu, gengsi, takut, dan khawatir. Semoga juga pertemuan ini bukanlah pertemuan terakhir kami dan setelah ini kami bisa punya komunikasi yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Aamiin yaRabb.


Belakangan ini, aku lagi mengumpulkan beberapa momen berharga yang membuatku mengingat satu kebaikan tentang seseorang. Mungkin dia tak asing lagi di hidupku, beberapa kali pun pernah kuceritakan di sini sebagai dokumentasi.

Pasalnya, beberapa hari lalu dia baru saja pulang ke Indonesia dan kembali berkumpul dengan keluarganya. Sebenarnya, aku juga gak tau kehadirannya berapa lama, apakah ia akan pergi lagi atau tidak, bahkan rencana setelahnya pun aku tidak tahu.

Aku hanya orang luar yang sedang memperhatikannya dari kejauhan, cuma sekadar ingin mencari tahu jalan kehidupannya selanjutnya, meskipun aku tidak bertanya langsung kepada orang yang bersangkutan itu. Kenapa? Lebih ke gak tau aja sih mulainya bagaimana. Toh, kita sudah lama juga tidak saling berbagi dengan detail.

Tapi, tak apa. Mendengar dan melihatnya dari orang lain saja menurutku sudah cukup. Bahkan aku tidak mau tahu lebih jauh karena bukan hakku mencampuri kehidupan orang lain. Biarlah dia menjalankan hidupnya masing-masing.

Namun, ada satu hal yang masih mengganjal. Rasanya, setiap kali Allah kasih kesempatan untuk berbalas pesan di media sosial dengan orang ini, dia selalu meminta maaf. Sepertinya, masih ada rasa bersalah yang menghinggapi dirinya dan juga aku pribadi, yang mungkin justru lebih ke perasaan terima kasih dan maaf yang belum tersampaikan.

Untuk itu, di Desember ini--seperti biasa--aku akan menuntaskan yang belum selesai. Niatku hanya satu, yaitu agar kedua belah pihak saling mengikhlaskan, sehingga bisa menjalankan kehidupan masing-masing lebih tenang.

Perkara hal ini, sebenarnya aku sudah menyiapkan sesuatu. Tapi, saat ada temanku yang tahu soal rencana ini, ia menyebutnya "terlalu berharap". Rasanya sakit ya ternyata berbagi cerita pada orang yang salah. Makna dan niat yang kita bulatkan di awal rasanya tidak tersampaikan dengan baik, malah muncul judge yang tidak sesuai.

Jujur, sempet ngerasa ragu dan sedih banget ketika ingin menuntaskan rencana ini. Tapi, yaudah lah ya kita coba serahkan aja sama Allah tentang niat baik yang udah disusun di awal. Toh, aku lebih percaya Allah pasti ngasih jawaban dan situasi terbaik setelah ini. Bismillah aja, gak usah pikirin kata orang lain yang menjatuhkan kita.

So, kalau kalian gimana, masih ada yang belum selesai kah?

Yuk, selesain bareng-bareng. Jangan sampai masih menyisakan luka dan rasa gak mengenakkan di hati sebelum pergantian tahun yang harus lebih dewasa ini. Semangat ya! Bismillah.


Di penghujung November ini ternyata harus pecah dengan tangis all day di kamis yang harusnya manis. Eh, malah berubah jadi kamis nangis wkwk. 

Rasanya luar biasa ya menahan sakit dan memaksakan diri untuk terlihat "biasa" dan "bisa" di hadapan orang. Tapi, ternyata tubuh ini sendiri yang kasih lihat respon gak enaknya. Ketahan, sesak di dada, kemudian nangis. Hahaha.

Hari ini aku ngerasa usahaku kayaknya belum tepat. Menjadi talent dan harus bisa kembali tampil adalah satu hal yang sangat berat ternyata untuk seorang Aca di masa sekarang. Rasanya pengen semua orang tau biar mereka ngerti betapa susahnya bisa 'kembali' menjadi Aca yang dulu.

Tapi, entah kenapa aku berpikir bahwa sekarang ini Allah lagi jagain aku. Sepertinya trauma yang aku punya sampai saat ini adalah bentuk cintanya Allah karena ingin melindungi aku dari hal-hal yang berbau duniawi: pujian, cacian, rasa bangga pada diri, sombong, dan lain sebagainya.

Syukurnya, pikiranku masih bisa husnudzon dan menikmati hal-hal positif itu. Tapi, di sisi yang lain, aku juga bingung gimana caranya untuk bisa menghentikan semua ini, semua yang tidak bisa kulakukan lagi dan semua hal yang sudah mulai tidak aku sukai ini.

Entahlah, aku gak tau rencana Allah apalagi.Tapi, itu pasti terbaik kan?

Capek banget untuk hari ini, ternyata begini ya rasanya menahan dan memendam sendirian. Tapi, apalah daya pula kita manusia gak bisa membuat semua orang mengerti kita. Sebab, keterbatasan manusia hanya bisa saling berusaha memahami dan bahkan tidak mengerti sama sekali.

Bismillah ya ca.

Apapun yang terjadi, pasti Allah mudahkan jalannya dan berikan jalan keluar yang terbaik. SEMANGAT!

Haish, hari ini tertampar lagi. Tiba-tiba diingetin sama Allah tentang berharap sama manusia.

Belakangan ini aku tiba-tiba berharap lagi sama seseorang di masa lalu. Padahal cuma gara-gara satu chat yang akhirnya tayang lagi di layar handphone kita masing-masing, meskipun bahasannya penting dan singkat. Gak ada yang perlu dibaperin sebenernya.

Terus, sejak itu aku malah seneng dan berharap lagi. Berharap percakapan itu bisa panjang, bisa ada bahasan terus, bisa bales-balesan terus, tapi pada akhirnya enggak demikian.

Padahal, sebelum ada percakapan ini lagi, aku begitu damai dengan perasaan tanpa harap-harap yang kubuat. Aku fokus pada upgrade diri dan terus berusaha mencari ridho Allah. Thats it. Gak pernah kepikiran ngelakuin sesuatu karena manusia.

Tapi, belakangan ini niatnya melenceng lagi. Dikit-dikit kepikiran satu orang, yang akhirnya bikin semua amalan agak berantakan karena ngarepnya sama manusia. Ah, sedih banget kalau punya ekspektasi lebih sama manusia. Jadi nunggu-nungguin balasan, nunggu kapan dia chat lagi, nunggu kapan hasilnya itu tiba.

Gak enak banget dihantui rasa kayak gini lagi, tapi juga sebenernya mau berusaha untuk 'menjemput'. Tapi, kayaknya salah deh kalau berharapnya dengan cara kayak gini.

Bismillah deh yuk, kita lurusin niat lagi.

Jangan berharap sama manusia. Ayo kita mulai lagi perbaiki diri, upgrade value diri, dan terus mengharap ridho Allah supaya siapapun yang Allah tetapkan sebagai perantara kebaikan maka kita bisa menerimanya dengan lapang dada.

Semangat.

Sejatinya amalan yang kita lakukan akan berlaku di hadapan Allah apabila kita melakukannya dengan ikhlas karena takut kepada Allah, karena mengharap pahala, dan demi mengharap ridho Allah.

Hasbunallah wa nikmal wakiil.

Dia adalah si nomor urut 41. Saat itu, kehadirannya selalu telat. Bahkan beberapa kali dihukum untuk berbicara di depan kelas untuk menceritakan kesalahannya. Dengan penuh tanggung jawab, dia menjalaninya meski sesekali menutup wajahnya untuk difoto.

Dia adalah seseorang yang telah menyelamatkanku. Meski nomor urutnya 41, tapi saat itu dia menjadi manusia nomor 1 yang membawaku kembali pada rumah yang kuimpikan. Rumah yang sudah lama kutinggal, sedikit berdebu, dan juga jauh dari kata keramaian.

Dia adalah seseorang yang menungguku di depan pintu, memberikan buku yang isinya penuh ilmu, yang dibelinya bundling dua agar bisa mendapatkan bonus, katanya.

Dia adalah orang yang menyebut namaku dalam video itu, yang membuatku tersenyum di hadapan banyak orang, seraya malu juga terbesit diwajahku saat itu.

Dia adalah orang yang berdiri di sampingku, di sore hari yang hampir gelap, sehabis acara itu selesai. Kalau tidak ada hari itu, mungkin kita tidak akan pernah memiliki foto bersama meski bersama-sama. 

Dia adalah orang yang mengirimiku video dan foto tentang kucing. Katanya, aku mirip dengan kucing-kucing yang dikirimnya. 

Dia adalah seseorang yang mengingatkanku tentang pentingnya menjaga diri. Sebab, tak selamanya yang terbungkus rapi itu bisa selamat. Maka hanya dekat kepada Allah lah caranya kita untuk bisa meminta pertolongan.

Dia adalah manusia yang suaranya kutunggu di speaker sekolah. Meski tidak tiap hari, tapi jadwalnya selalu kutunggu. Alunan bacaan Al Quran yang diperdengarkannya tiap itu selalu membuat hariku lebih baik. 

Dia adalah seseorang yang juga seringkali hadir di sekolah, melantunkan ayat-ayat-Nya, dan kemudian banyak sorak-sorak wanita lain yang diam-diam memotret dan berbincang tentangnya. Dan, di saat itulah aku merasakan cemburu dan bangga di waktu yang sama.

Dia adalah seseorang yang ketika dihubungi wanita lain, dia memberitahukanku terlebih dahulu. Alih-alih tak ingin buatku khawatir atau berburuk sangka padanya.

Dia adalah salah satu--atau bahkan satu-satunya--orang lain yang selalu kudoakan kebaikan padanya atas dasar terima kasihku karena Allah telah mempertemukanku padanya kala itu. 

Takdir memang tak ada yang tahu. Ucapan kali ini hanya sekadar memanggil memori masa lalu tentang seseorang yang kehadirannya amat berkesan bagiku. 

Menilik lagi foto lama ternyata membuat rinduku bukannya mereda, malah semakin membara. Rasanya tak ada lagi yang bisa kulakukan selain melihatnya dari foto kemudian memanjatkan doa seraya berkata, "YaRabb, berikanlah kebahagiaan kepadanya."

Untuk saat ini, harapanku tak mau terlalu besar lagi selain doa yang kupanjatkan di atas. Semoga kebahagiaan, kesehatan, dan keberkahan selalu menyelimutinya dan Allah selalu melindunginya dan keluarganya. Aamiin.

Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi, ya.


Belakangan ini mood berantakan banget. Rasanya kayak diancurin berkali-kali sama orang yang sama di setiap harinya. 

Pikirku akan terbiasa; pura-pura gak apa apa, gak melihat ketidaknyamanan itu, gak kedistract juga sama apapun yang dilakukan orang ini.

Tapi, nyatanya gak segampang itu. Semenghindar apapun aku tetap gak bisa. Ngeliat lagi atau berurusan lagi secara langsung ataupun enggak. 

Ah, hati kayaknya udah mulai kotor nih. Nerima dirinya aja udah gak mau. Astaghfirullah. Tapi, kalau masih belum pecah tangisnya kayaknya dada ini bakal penuh juga. 

Susah ya menerima keadaan kalau ada orang yang gak suka sama kamu. Sebenarnya aku fine fine aja kalau emang gitu, karena pada dasarnya emang kita gak akan disukai sama banyak orang. 

Tapi, yang bikin tambah gak enaknya adalah sekarang aku benar-benar seperti asing. Dianggap ada pun engga, setelah tampaknya tak ada lagi valur yang bisa diambilnya dariku. 

Apakah boleh manusia sejahat ini?

Keselnya bukan karena gak ditemeninnya lagi sih, tapi rasa sakit hati aja ketika tau bahwa tujuan dia baik selama ini karema sebuah agenda tertentu. It's not fair.

But, isokay. Aku gapapa. Cuma berusaha menerima aja untuk sekarang dan berusaha gak peduli sama omongan dia soal apapun itu. Tapi, menurutku akhlaknya ada yang kurang sih.

Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha dalam membahagiakan orang tua, selamat atas hari-hari yang dikorbankan jauh dari keluarga, selamat atas segala hal yang sudah diperjuangkan selama ini. 

Hari ini, aku turut menyaksikan. Berkat link yang ditulismu di status sore ini, aku jadi bisa melihatnya. Walaupun sedikit usaha lebih keras untuk menemukanmu beberapa detik di layar sana. Ditambah lagi ketidakpahamanku dari bahasanya. Hahaha, aku benar-benar mencarimu satu per satu, detik demi detik durasi di siaran langsung tadi. 

Pikirku, hari ini tulisanku khusus untukmu. Seraya ingin mengucapkan tapi aku tak mampu, sembari ingin menyampaikan sesuatu yang lama ingin kuberitahu. Dengan tulisan ini, semoga tulisanku sampai padamu. 

Dengan segala hormat dan sangat hati-hati, aku ikut berbahagia bisa melihat perjuanganmu menyelesaikan kuliahmu. Aku tahu, ini yang sudah lama kamu cita-citakan kan? Ada banyak hal yang sudah kamu korbankan demi ilmu mulia yang ingin kamu dapatkan, terlebih soal momen-momen haru, sedih, dan juga bahagia dari keluarga tercinta.

Mungkin kamu melewatkan momen itu, tidak menyaksikan kakanda memadu kasihnya, pun tidak mengantarkan ayah kepada tempat peristirahatan terakhirnya. Namun, perjuanganmu ini pasti takkan sia-sia. Sebab di sana, ayahmu pasti saat ini sedang berbangga. Pun seluruh anggota keluarga di Indonesia yang juga sedang menangis haru dan berbahagia atas kelulusan ini. 

Hey, kau tau, aku juga ingin mengungkapkan bahwa sejak pertama kali kita bertemu di sekolah itu, aku amat sangat berterima kasih karena sudah datang di waktu yang tepat. Karena beberapa waktu sebelumnya, hidupku amat sangat berantakan, hidupku hancur, amarahku sempat membludak, aku seperti sedang tak berada pada jiwaku sendiri. 

Sebelum kedatanganmu, aku begitu lelah dengan segala musibah dan ujian yang menimpaku kala itu. Pikirku, jarak yang terlalu jauh kuciptakan kepada Allah itu sudah sangat keterlaluan. Itulah mengapa banyak ujian yang Allah kasih untuk menegurku. 

Sampai suatu ketika, aku memohon doa pada-Nya untuk menerima segala taubatku dan mengampuni dosa-dosaku, seraya bilang pada-Nya, "YaRabb, buat aku kembali padamu entah dengan cara apapun yang Engkau ridhoi."

Kemudian, tak lama setelah itu, dirimu hadir di hidupku. Datang sebagai orang baru di sekolah kita waktu itu. Perbincangan, pertemuan, dan kesempatan yang tercipta saat itu adalah cara Allah mengajakku untuk kembali, yaitu melalui kamu seorang hamba yang Allah ridhoi untuk membawaku mendekat kepada Allah. Lalu, tak berselang lama, aku sudah lebih baik dengan jiwaku dan kamu pergi begitu saja ke negeri yang saat ini jadi saksi pendidikanmu.

Hey, aku berterima kasih ya atas hal itu? Atas semua hal baik yang kamu bawa meskipun hanya sesaat. Setidaknya, aku diajakmu kembali kepada Allah. Waktu yang tepat itu diselamatkan oleh orang yang tepat sepertimu. Mungkin kalau tanpamu, aku bisa jadi masih tersesat dalam beberapa waktu yang entah kapan selesainya.

Intinya, apapun yang sedang diperjuangkan semoga Allah mudahkan, ya. Selamat sekali lagi atas kelulusanmu. Bismillah, semoga dimudahkan juga apapun yang ingin dicapai. Semoga kita diistiqomahkan selalu dalam penjagaan-Nya dan juga kebaikan-Nya. Sukses, ya. 

Salam,
Bogor 21.18 wib.

Namanya Rey, sebutlah begitu. Seseorang yang tidak sengaja kutemui pada sebuah acara beberapa waktu lalu. Kali ini izinkan menceritakan tentang dia, seseorang yang menurutku unik dan juga punya cerita unik saat berkenalan denganku di bulan lalu.

Singkat cerita, kami berdua ini bertemu di sebuah acara, di mana saat itu aku menjadi salah satu petugas yang membantu acara dan dia adalah pesertanya. Sebenarnya, acara itu dihadiri oleh mayoritas para orang tua, namun yang bikin salah fokus adalah ada beberapa anak muda yang juga hadir saat itu, termasuk Rey.

Rey adalah seorang laki-laki yang saat itu menemani ibunya datang ke acara tersebut. Sebenarnya, aku sedikit kagum dengan pemuda-pemuda seperti ini. Di pikiranku saat itu adalah, "Kok masih ada ya anak muda yang keren dan gak malu buat nemenin ibunya di acara yang bahkan anak mudanya aja sedikit."

Kenapa Rey? Karena jujur, sebelumnya aku sedikit notice ibunya yang berpenampilan 'ibu-ibu kece' menurut aku. Pakai boots, kerudung dan baju syari, parasnya cantik. Ah, lengkap sudah. Pas tau beliau datang dengan sang anak, eh anaknya juga gak kalah keren penampilannya. Jadi, aku cukup tertarik aja sama pasangan ibu dan anak ini.

Dari pemikiran itu, aku cukup kepo dengan mereka, terkhusus kepada Rey. Tapi, aku gak punya kesempatan untuk berbincang banyak karena kami memang tidak punya kesempatan itu. Jadi, aku hanya bisa sekadar memperhatikannya dari jauh dan lupa begitu saja.

Setelah acara yang berlangsung 4 hari itu selesai, aku menjalani aktivitas seperti biasa. Namun, beberapa hari setelahnya aku malah kepikiran dan penasaran tentang Rey dan keluarganya. Akhirnya, jiwa-jiwa jurnalistik yang kepo sama banyak hal ini keluar lagi. Ya, aku nyari tau tentang Rey di media sosial.

Sebelumnya, aku tau betul siapa nama asli Rey dan ibunya. Karena waktu acara berlangsung, aku sempat menjadi penjaga registrasi saat mereka berdua datang. Alhasil, aku mencoba mencari informasi tentang mereka di media sosial.

Sayangnya, saat menulis nama lengkap Rey di medsos, aku tidak menemukan apapun. Fotonya pun tak keluar. Jadi, ceritanya aku mencoba cari media sosial ibunya. Dan, ketemu~

Dari medsos ibunya inilah akhirnya ketemu salah satu akun yang bertuliskan "Rey". Sebenarnya aku gak yakin itu orang yang kumaksud atau bukan. Tapi, setelah aku kepoin profilnya, ada satu mutualan dan juga foto yang meyakinkanku bahwa dia adalah orang yang kucari.

Kepoku tak berhenti sampai di sana, pokoknya aku sampai cari ke sana-kemari instagramnya. AH, KETEMU! Tapi, sayangnya digembok. Lalu, aku mencari berbagai cara untuk bisa kenalan sama Rey dengan cara-cara yang gak mau aku ceritain hahaha (jangan deh, nanti dicontoh karena ini gak baik sih caranya :p) 

Intinya, setelah itu kita saling follow-followan. Tapi, bedanya dia gak accept aku buat berteman di instagramnya. Namun, ada satu momen saat itu yang dia bilang ke aku.

"Maaf ya, Ca, aku gabisa acc karena aku ngerasa ada beberapa hal di instagram yang menurutku berbeda sama prinsip yang seharusnya kita jalanin."

HAH? APA?

Si Aca yang kepo ini malah dibuat kepo sama pernyataan Rey. Wah, gak bisa, habis itu aku langsung beraksi nyari tau ada apa di balik seorang Rey yang baru kukenal beberapa hari itu. 

Setelah tau....DEG. Aku tau fakta bahwa sebenarnya lingkungan pergaulan aku dan Rey berbeda. Bahkan Rey jauh dari apa yang kubayangkan saat pertama kali aku bertemu dengan dia. Benar-benar 180 derajat rasanya. Bodohnya, saat itu aku bilang ke Rey bahwa aku sudah mengetahui apa maksud dari perkataannya kemarin.

Pikirku, aku bilang begitu karena ingin menunjukkan baahwa aku sudah mengetahuinya dan aku mau berteman dengan siapa saja meskipun punya sisi pergaulan yang berbeda. Karena, aku ngerasa butuh juga kok orang-orang baru yang gak pernah aku temuin. Aku sangat amat senang hati menerima siapapun dalam pertemanan.

Namun, sepertinya saat itu Rey punya pandangan lain. Entah dia malu karena semuanya ketauan, atau dia tersinggung karena langkahku mencari tahu tentangnya terlalu jauh. Mungkin dia risih, atau dia takut, atau dia merasa gak enak kenalan dengan ornag sepertiku? Entahlah, ini hanya persangkaanku saja.

Selebihnya, tiba-tiba Rey unfollow aku. Aku merasa benar-benar gak enak. Niat hati ingin berteman, sepertinya aku malah membuatnya kecewa dan gak nyaman. Jujur, sampai detik ini aku masih ngerasa bersalah tapi udah gak tau juga harus gimana. Intinya, kami cuma sempat berteman kurang lebih dua minggu, setelah itu sama-sama hilang dan menjauh. 

Haha, lucu ya. Tapi, dengan perkenalan aku sama Rey yang singkat itu aku ngerasa belajar banget banyak hal. 

  1. Aku mungkin gak akan tau apapun tentang orang lain selain kita bisa benar-benar saling bicara. Meskipun mungkin aku dan Rey juga gak ngobrol banyak, bahkan Allah gak kasih aku kesempatan untuk nanya tentang latar belakangnya Rey bisa menjadi seperti sekarang gara-gara apa. Tapi, aku yakin bahwa semua itu ada sebabnya. Gak boleh nilai orang sembarangan.
  2. Aku bersyukur bisa kenalan sama Rey walaupun cuma sebentar. Aku ngerasa waktu dua minggu kemarin adalah berharga karena bisa punya teman di luar dari zona nyamanku. 
  3. Aku seneng banget karena waktu itu Rey pernah baik banget karena mau fotoin idolaku waktu kita sama-sama ada di satu acara yang ada idolaku itu. Niat hati sih waktu itu pengen ketemu, tapi nyali aku ga segede itu buat ketemu orang baru apalagi lawan jenis.
  4. Pokoknya masih banyak hal lain yang aku syukuri dari pertemuan singkat ini.
Sisanya, aku cuma mau kasih sedikit pesan buat Rey.
Walaupun mungkin dia gak bakal baca ini hahaa. Tapi, aku percaya Allah bisa sampaikan pesan ini dengan cara-Nya.

Rey, sebelumnya aku minta maaf karena telah mencari tau banyak hal tentang kamu. Sejujurnya, aku memang kebiasaan begini. Kalau cari teman baru, aku suka mencari tahu dulu siapa orangnya, di mana rumahnya, darimana asalnya, dan bagaimana orangnya. Untuk faktor terakhir, itulah yang membuat aku akhirnya memberanikan diri untuk mencari tauu tentang kamu.

Setelah aku berkenalan denganmu, jujur aku gak nganggap kamu orang jahat. Bahkan, sampai aku tau latar belakang yang kamu spoiler dikit waktu itu pun, aku tetap berprasangka baik karena Rey memang orang yang baik meskipun gak kenal aku secara langsung. Aku berterima kasih atas hal itu, ya. Tetaplah berbuat baik pada siapapun.

Sejujurnya, aku merasa gak enak hati waktu akhirnya kamu tau bahwa aku sudah mengetahui beberapa hal tentangmu. Caraku mengenalmu memang berlebihan, aku minta maaf untuk itu. Alhasil, kita sekarang benar-benar tidak bisa berteman lagi. Mungkin kamu enggan. Aku minta maaf, ya, Rey.

Apapun yang sedang dihadapi dan dijalani, semoga hidupmu semakin bahagia, ya, Rey. Semoga kamu, ibumu, beserta seluruh keluargamu selalu diberikan keberkahan dan kebahagiaan. Terima kasih sudah mau berkenalan meski hanya sekejap saja. Maaf atas segala lebih dan kurangnya, ya.

Bahagia selalu, Rey.

Dari Aca yang pernah kenal dua minggu saja.
(September 2023)


Hai, hari ini aku berkesempatan untuk datang pada sebuah acara yang bertajuk Booktalk Catatan Kronik bersama Natasha Rizky. Ya, beliau adalah seorang public figure yang saat ini memutuskan untuk berkarya melalui tulisannya. Beliau juga yang mencetuskan Teman Diksi Aca, yaitu teman-teman yang juga suka menulis sama seperti Kak Aca, panggilan akrabnya.

Awalnya, sebenarnya aku iseng aja ikut acara ini. Kebetulan pernah lihat flyernya di instagram dan dishare ulang sama Kak Aca. Nah, kebetulan juga, booktalk ini bakalan bahas tentang proses pembuatan buku Catatan Kroniknya beliau, yang mana isinya adalah puisi-puisi kehidupan. Jujur, aku masih penasaran aja sih gimana caranya bikin puisi yang keren. Nah, kebetulan deh ada acara ini jadi belajar juga.

Sepanjang kegiatan, seru banget! Kak Aca mulai sharing tentang perjalanan menulisnya, ada sesi baca puisi beliau, belajar bikin puisi sendiri dan dibacain di depan teman-teman lainnya, sampe ada proses foto bersama dan sign book.

Gak cuma itu, anehnya, ini acara gratis tapi dapet banyak banget benefitnya. Bukan cuma pengalaman, ilmu, silaturahminya, tapi tau gak sih, masa kita dikasih goodie bag juga satu-satu dan isinya banyaaak, mulai dari buku, canvas kit buat melukis gitu, tumbler, dan bahkan snack sepanjang berjalannya acara. Oiya, ada hadiah juga bagi kita yang mau maju ke depan untuk baca puisi hehe enak banget.


MasyaAllahnya, aku semakin terinspirasi deh sama beliau. Karena kalau dilihat-lihat, acara ini bukan sekadar acara yang tujuannya komersil dapat keuntungan, ini malah jadi rugi gak sih harusnya karena ngeluarin budget banyak gini? HAHAHA. tapi salut sih, soalnya Kak Aca memang membuat acara ini bukan untuk itu, beliau ngumpulin kita semua biar bisa sharing ilmu, biar bisa membangun relasi lebih luas lagi, beliau ingin bermanfaat bagi ummat dengan cara terkecilnya beliau, katanya.

Jujur, aku amazed banget sih waktu ketemu beliau untuk pertama kali. Aku gugup, pasti. Kayaknya aku akan selalu gugup sih kalau ketemu orang baru, apalagi ini seorang public figure yang mashaAllah aku juga ngefans sama beliau semenjak hijrah hehe. Kerennya, dia amat sangat membumi. 

Dia datengin kita satu-satu di kursinya, dimintain foto berkali-kali, diajak ngobrol, dimintain tanda tangan, dll. Tapi beliau tuh meladeni kita semua yang hadir dengan sangat humble dan rendah hati. Senyumnya gak pernah lepas dari wajah beliau. Bahkan, kelihatannya, beliau pulang sendirian, nyetir sendirian, tanpa ada supir atau pengawal apalah itu yang mungkin kita bayangkan pada kehidupan seorang artis.

MasyaAllah tabaarakallah, Kak Aca deh pokoknya. Doa-doa baik pokoknya buat beliau. Acara kemarin benar-benar keren dan seru banget tanpa kurang apapun. Fix sih kalo ada lagi aku bakalan ikut lagi biar ngecharge semangat ingin menulis ada terus wkwk.

Sekian deh ceritanya kali ini, pokoknya aku terinspirasi banget sama Kak Aca. Kalau suatu saat aku menjadi 'orang besar', aku pengen kayak beliau yang bisa tetap baik kepada semua orang, berkarya dengan hati, dan juga menjadikan segala kesempatan untuk dakwah dan berbuat baik. Aamiin.


Hai, dengan izin Allah, di bulan ini aku bekerja lagi. Kali ini, Allah kasih aku kesempatan bekerja di salah satu perusahaan berbasis Islam di Jakarta. Jadi, aku sangat amat bersyukur bisa mendapatkan lingkungan Islam lagi. karena, bukannya gak mau, tapi sepertinya aku tidak yakin jika harus menjadi minoritas di lingkungan pekerjaan lain. hehee.

Salah satu doaku yang tak pernah terhenti adalah meminta selalu dikelilingin orang-orang baik, salah satunya dalam dunia kerja. Makanya, aku lebih memilih untuk bersabar lebih lama demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Dan masyaAllah, Allah mengabulkannya lewat pekerjaan ini.

Testimoni dua minggu pertama, alhamdulillah belum gimana-gimana. Senang sih punya rekan kerja yang usianya gak jauh berbeda, jadi lebih santai dalam mengerjakan tugas masing-masing. MasyaAllah. Bahkan atasan kita juga usianya masih belum jauh-jauh banget, dan aku kagum sih sama keberhasilan mereka di usia muda ini. Luar biasa.

Sejauh ini sih semuanya baik-baik saja. Dan aku berharap, ke depannya juga akan tetap begini.

Sebenernya bingung mau cerita apa, tapi yaudahlah ya yang penting ada postingan aja. Hahaha. Baiklah, semoga menghibur dengan life update tergajelas ini wkwk.

Sesuai judulnya, Agustus rasanya menjadi waktu yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru tanpa pikir panjang lagi. Bagaimana tidak, sudah berjalan 8 bulan, 2024 sebentar lagi akan berakhir tetapi target-target yang sudah tertulis masih jalan di tempat. Sudah seharusnya kita coba gapai satu per satu dan mulai menambah lagi kualitas diri dan juga segala hal yang membuntutinya.

Urusan pekerjaan, sudah beberapa kali aku mulai kembali melamar ke beberapa tempat. Dari yang awalnya masih sangat idealis--ingin yang seperti aku bayangkan--hingga coba-coba apply ke tempat-tempat apapun yang membuka lowongan--karena saking capeknya gak tau mau pilih yang mana.

Qadarullah, ada satu lowongan yang menurutku pas dengan kriteria yang kubutuhkan. Aku juga coba melamarnya dengan serius, disertai doa-doa dan harapan, dan juga kekhawatiran karena tidak merasa mumpuni berada di sana. Tapi, masyaAllah, justru lowongan ini yang akhirnya memilih aku.Ya, aku akan segera bekerja lagi di bulan Agustus ini. Alhamdulillah!

Rasanya campur aduk, senang karena sudah lama aku menantikan momen bekerja lagi. Khawatir karena merasa tidak cukup ilmu di posisi ini pas lihat job scopenya. Habis itu, kaget juga karena proses rekruitmentnya cukup cepat dan ringkas. Jadi, deg-degannya sih ada banget. 

Harapannya sederhana sih, semoga aja aku bisa berkembang di perusahan ini dan juga bisa turut membantu mengembangkan perusahaan ini. Ya, sama-sama bermanfaat aja deh ya. Bismillah.

Urusan percintaan yang gak kalah serunya untuk dibahas di bulan ini, adalah mengetahui satu fakta tentang orang yang terakhir kali aku suka dan membuat aku tambah yakin untuk mengakhiri perasaan ini dan memulai sesuatu yang baru. Gimana ceritanya? Dikit yaaa aku ceritain.

Singkatnya, sebenarnya aku gak pernah ada hubungan apa-apa sama orang ini. Kita pernah sama-sama terjebak aja sama friendzone dan itu pun gak lama, pun kita sama-sama tahu perasaan itu baru-baru ini. Sementara kedekatan itu sudah pernah terjadi sejak beberapa tahun lalu. 

Lucunya, baru beberapa hari lalu aku mengetahui satu fakta yang mengejutkan. Bahwa, ada salah satu alasan kenapa orang ini tidak ingin melanjutkan perasaannya kepada aku. Aku sudah tahu soal ini dan aku tidak mempermasalahkannya. Tapi, yang bikin lumayan kaget adalah ketika orang ini 'menyerahkan aku' kepada sahabatnya sendiri, disuruh lamar katanya. HAH, GIMANA GIMANA?

Iya, ceritanya ada satu momen di mana laki-laki ini bilang ke sahabatnya, "Lu udah siap nikah belum? Itu aja sama si Aca," kurang lebih gitu sih intinya. Hahaha, lucu gak sih? Dia yang suka ke aku, tapi karena dia tidak menyanggupi serius dalam waktu dekat, aku malah 'dikasih' ke temennya. Emangnya perasaan semudah itu, ya?

Yang anehnya lagi, sahabatnya yang ditawarkan ini tuh punya pacar. Lantas, hati wanita mana sih yang gak sakit hati pas pacarnya malah disuruh nikahin orang lain? Aku aja kalau jadi pacarnya ya sakit hati, pun dijadiin 'orang yang ditawarkan' aja sakitnya berasa sih hahaha.

Kadang aku gak habis pikir aja sama orang-orang yang pikirannya kayak gini. Biar apa deh? Sebenarnya, masalahnya kan udah selesai, kalau gak bisa melanjutkan perasaan, yaudah. Tinggalin. Dan kita udah benar-benar selesai, gak usah ada hubungan apa-apa lagi dan gak perlu menawarkan diri satu sama lain ke orang lain.

Apakah karena kasihan?

Apakah karena 'sayang nih, udah serius tapi dianggurin'"

Apapun alasannya, menurutku ini gak etis. Gak tau kenapa aku cukup sakit hati sih denger cerita ini. Wallahu'alam kebenarannya seperti itu atau emang ini cerita hasil mulut ke mulut yang gak tau kebenarannya. Tapi, aku memutuskan untuk tidak memperpanjangnya lagi. Gak mau bahas-bahas lagi juga. Terserah deh mau dipikir apa. Toh, belakangan ini juga aku dan dia udah sama-sama gak pernah ngobrol apapun.

Jadi, memang Agustus adalah waktu yang tepat sih untuk memulai yang baru. Lupain aja segala hal yang kemarin bikin kesal, sedih, bete, buang-buang waktu, dll. Waktunya mulai produktif lagi, membayar semua hal yang belum terbayar, hingga mencapai mimpi-mimpi yang harus dikejar. 

Semangat, Ca!


Di akhir Juli ini, aku mendengar beberapa kabar baik dari sahabat terdekat. Ya, seperti judulnya, aku bakalan ditinggal nikah. Rasanya campur aduk ya ternyata, senang karena pada akhirnya bisa melihat sahabat akan menempuh perjalanan selanjutnya di dalam kehidupan, yaitu menjadi seorang istri. Tapi, jujur sedih juga karena itu artinya dia akan ikut suaminya dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga barunya.

Sebenarnya, ini adalah satu part dalam kehidupan yang aku nantikan juga, karena dengan begitu artinya kita bisa sama-sama menghantarkan diri kepada sebuah pertumbuhan dalam hidup sahabat kita masing-masing. Kita menjadi saksi saat dia sekolah, kuliah, bahkan kisah baik dan buruk yang pernah dilaluinya. Pada akhirnya, semua itu terjawab dengan hadiah yang Allah kasih di umur 24-nya saat ini.

Tapi, gak bisa dipungkiri juga bahwa akna ada perasaan merasa ditinggalkan; bukan hanya soal fisiknya yang akan menjauh atau waktunya yang berangsur menghilang, tetapi juga tentang 'diri kita' yang merasa berjalan di belakangnya dan juga menanti waktu yang tepat sama seperti yang dia rasakan sekarang.

Ditambah lagi, kesedihan itu juga cukup aku rasakan karena sahabatku yang satu ini akan tinggal di kota yang berbeda. Ya, pasti akan jauh lebih susah lagi untuk bertemu. Itu artinya juga, secara gak sadar kita akan kehilangannya. Namun, doaku hanya satu, semoga dia dan suaminya, beserta keluarga barunya nanti bisa mendapatkan keberkahan dari Allah, kebahagiaan, dan juga keluarga yang dijadikan-Nya sakinah, mawaddah, wa rahmah. 

Tinggal beberapa bulan lagi waktu itu akan tiba. Ya, prepare, CA!

Oiya, gak cuma satu, ada lagi satu sahabatku dari SMA yang tiba-tiba taaruf sama orang. Bahkan, aku tahu betul bagaimana perjalanannya dia taaruf sama calonnya ini. Ia beberapa kali bertanya padaku yang padahal juga awam dan belum berhasil taaruf hahaha. Lucu sih, tapi aku ikut seneng dan bahagia ketika dilibatkan dia dalam prosesnya ini.

Kemarin, dia baru saja nadzor bersama calonnya. Aku seneng karena hasilnya cukup memuaskan, kedua belah pihak sama-sama punya visi yang sama. Namun, ada satu hal yang bikin sahabatku ini ragu, tapi semua itu sedang dicari jawabannya di istikharahnya dia. Semoga mendapatkan hasil terbaik dan sesuai dengan kenyamanan hati masing-masing, ya.

Tapi, ya itu, lagi-lagi sedih juga karena akan ditinggalkan sahabatku ini. Di mana yang biasanya kalau pengen ketemu, main, nyanyi-nyanyi bareng, kulineran bareng, tapi nanti udah gak semudah itu lagi. Bahkan aku juga gak tau ke depannya dia bakal tinggal di mana sama suaminya.

Walaupun belum final chapter, sahabatku yang satu ini memang sudah serius berproses sama orang. Jadi, mau dengan calon yang ini atau bukan, feeling-ku dia akan menikah dalam waktu dekat. Rasanya harus melepas itu sih yang berat, huhu.

Namanya juga kehidupan ya, bakal selalu ada yang datang dan pergi. Jadi, kita juga gak bisa menahan semua itu atau bahkan menolak takdir yang udah Allah kasih. Bismillah aja deh ya, semoga dua sahabatku ini bisa mendapat kebahagiaan yang Allah ridhoi. Salam sayang dari Aca yang gak pernah ungkapin rasa sayangnya ini ke kalian, hehe.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah, gais. Aamiinn...



Lagi-lagi, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang menjelaskan keadaannya kala itu. Ia pernah menyukaiku dan berusaha untuk bisa menjalin sebuah komunikasi yang intens. Namun, laki-laki itu memutuskan untuk berhenti, karena ia tahu bagaimana personality seorang Aca yang membangun brandingnya menjadi seorang Aca yang "menjaga".

Menjaga di sini dalam arti luas. Dari pakaian, aku mungkin termasuk yang tertutup, sehingga terbranding sendiri sisi Aca yang gak pernah mau terbuka. Bahkan pakai celana atau kerudung yang pendek pun gak berani. Itu semua karena bermula dari kebiasaan, yang akhirnya jadi sebuah kelebihan sendiri menurutku. 

Dari isi instagram, aku menyadari bahwa cukup sering menonjolkan sisi interestku pada dunia keIslaman. Bukan karena sengaja menciptakan image 'alim, hanya saja dunia Islam menurutku gak bisa dinikmati sendirian keindahannya. Jadi, seringkali aku berbagi segala hal baik yang menurutku bisa menjadi reminder untuk aku pribadi, pun buat yang menikmati.

Dari interaksi pun, aku menyadari adanya sikap membatasi. Maksudnya di sini adalah, aku terbuka pada siapapun tapi tidak dengan laki-laki yang motifnya terlihat mencurigakan. Satu per satu dari mereka mungkin mulai mengerti, hingga mungkin ada juga yang gak paham dan akhirnya terkesan menyombongkan diri. Ah, ya, sudah biasa. 

Beberapa hal di atas menjadi alasan mengapa aku gak perlu heran sama laki-laki yang akhirnya mundur ketika mendekati. Padahal, apa yang terlihat tidak sebaik kelihatannya. Tapi, ya mau bagaimana lagi, image yang terbangun secara sengaja atau tidak mempengaruhi cara pandang seseorang kepada kita. 

Dulu, aku cukup insecure soal ini. Bahkan, banyak di antara mereka yang akhirnya gak berani mendekat karena rasa segannya kepada aku. Aku gak tau harus menjelaskan seperti apa lagi, tapi kalau kata Ali bin Abi Thalib kan, "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu."

Iya, gak perlu. Karena orang yang cocok dan mau bertahan sama kita hanyalah mereka yang mengerti pakai hati. Bahkan ketika aku insecure karena orang-orang (khususnya laki-laki) aja gak ada yang mau deket, tapi temanku bilang "Orang yang menjauh duluan berarti memang bukan yang terbaik aja. Bukan berarti kita harus menurunkan standar atau kualitas diri biar mereka suka sama kita." 

Bener sih, mungkin emang belum cocok aja. Orang kayak aku pasti akan menemukan juga siapa yang bisa menerima apa adanya tanpa embel-embel apapun. Semua cuma bisa menunggu waktu terbaik yang Allah berikan. 

Tetap bersinar, ya, Ca! Gak boleh sedih, gak boleh lengah, tetap jadi Aca yang baik dan cerita kalo kata orang mah hehehe. I love you, Ca ♥️


Hai, apa kabar? Kadang kangen deh bisa nulis lagi kayak dulu. Hahaa, maaf yaa jadinya gak sesering dulu lagi nulis di Blog. Tapi, inshaaAllah sesibuk apapun pengen tetap meluangkan waktu untuk menulis momen-momen bahagia. 

Postingan kali ini aku dedikasikan untuk kamu, Aca.

Tentang qurban tahun ini, adalah pertama bagi kamu melakukannya. Kamu cukup buatku bangga karena telah menghempaskan egomu yang mungkin sulit untuk dilepaskan itu. Ya, terlebih kondisi kamu saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Meskipun kamu sudah bekerja, tahun lalu rasanya berat sekali untukmu melepas uang yang hanya beberapa juta itu. Gaji pertamamu sepertinya tak rela kamu habiskan untuk qurban, karena memang tabunganmu juga belum cukup untuk menunjang hal lain jika uangnya kamu habiskan di sana.

Tapi, bukankah itu hakikat dari berqurban? Merelakan apa yang kita cintai, ikhlas membantu sesama dan beribadah kepada Allah, sehingga Allah datangkan kembali rezeki yang lainnya kepada kamu. Tapi, rasanya tahun lalu masih bergitu berat ya?

Bagaimana tidak, Juli tahun lalu kamu baru pertama kali mendapat gaji pertamamu. Kamu sama sekali tidak ada uang lebih selain menghidupi dirimu sendiri. Gaji yang jumlahnya tak seberapa itu hanya bisa kamu sisihkan separuhnya, yang mana separuhnya saja tidak cukup untuk berqurban. Kamu benar-benar berfikir keras saat itu, bimbang, galau.

Bahkan, kamu sempat "mengorek" tabunganmu--siapa tau ada yang tersisa--untuk bisa berqurban. Ternyata, jumlahnya mencukupi persyaratan! Kamu beberapa kali menanyakan kapan terakhir daftar qurban kepada panitia, tapi entah mengapa saat itu hatimu tak bisa dibohongi: kamu belum siap. Qadarullah, saat bertanya itu juga pendaftaran Qurban sudah ditutup. Kayaknya emang belum waktunya.

Hingga akhirnya, kamu mengurungkan niat. Dan rasanya malah lega, karena "Alhamdulillah, uangnya gak jadi kepake." Senyum kamu tipis kala itu. Parah sih, padahal itu untuk ibadah tapi begitu sulit kehilangan harta yang sedikit dan merasa khawatir tidak ada rezeki. Loh, padahal kan Allah maha kaya?

Ya begitulah di tahun lalu, memang belum sesiap itu. Hingga akhirnya Allah menyiapkan hatimu untuk berqurban di tahun ini. Dengan tabungan yang memang udah disisihkan dari gaji-gajimu sebelumnya, dari jauh-jauh hari pun kamu sudah bilang ke panitia qurban untuk daftar patungan sapi. 

Qadarullahnya, tahun ini juga pekerjaanmu terhenti. Ya, sebelum Idulfitri kemarin aku mendapatkan kabar yang membawaku ke takdir baru. Tiba-tiba saja di cut off dan akhirnya gak kerja lagi sekarang. Tapi, untungnya kamu sudah mempersiapkan itu, ya, Ca?

Kalau dipikir-pikir, kayaknya sayang juga kalau qurban tahun ini, ya? Kamu juga sudah mulai kuliah dan harus menyiapkan tabunganmu untuk beberapa bulan ke depan; bayar kuliah, kehidupan sehari-hari, dll, sampai kamu mendapatkan pekerjaan baru.

Rasanya sulit juga melepas rasa ikhlas ini. Tapi, gak mungkin ya kamu mengurungkan niatmu tahun ini. Kamu kayaknya sudah lebih prepare deh dan gak ada alasan untuk gak qurban. Bukankah Nabi Ibrahim AS aja mampu mengorbankan anak kesayangannya Ismail atas panggilan dan perintah Allah? Lah, ini kamu, manusia biasa yang cuma mengorbankan harta, masa gak sanggup?

Akhirnya kamu memberanikan diri. Menulis namamu di kertas pendaftaran qurban bukan lagi sebagai anggota keluarga dari ayahmu, tapi atas nama dirimu sendiri yang di akhiri binti nama ayahmu. Ah, aku bangga padamu, Ca!

Begitulah hakikat berqurban, ya, gais. Susah banget emang melepas sesuatu yang kita cintai. Tapi, memang itulah cara Allah mengajarkan kita bahwa yang kita cintai ini gak akan selamanya bersama kita. Allah juga mau kita belajar bahwa Allah akan menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang dia cintai, makanya kita gak boleh terlalu cinta kepada sesuatu yang sifatnya duniawi saja. Oke?

Ya.. bismillah deh ya. Semoga ini adalah langkah awal kamu untuk bisa terus berqurban, ya, Ca. Jangan lupa juga kamu bersyukur, meminta diberikan panjang umur, dan juga memohon ampun kepada Allah atas segala hal tentang dirimu. Oiya, bilang makasih juga sam vlog Irfan Hakim yang setiap tahunnya bikin vlog dokumenter tentang hewan qurbannya yang sedikit banyak bikin kamu terinspirasi untuk qurban meskipun belum bisa sampai ngerawat hewan qurbannya sendiri hehe.

Yuk, semangat berqurban lagi di tahun depan, gais!


Bismillah, kali ini mau bikin surat terbuka untuk Nabila Taqiyyah, runner up Indonesian Idol Seasons XII. Iseng aja sih sebenernya, sama pengen ungkapin dikit sesuatu yang ada di hati dan pikiran tentang Nabila hehe. Enjoy! Semoga Nabila gak liat ini hahaha.

Dear, Nabila Taqiyyah.
Kenalin, aku gadis yang baru aja menginjak 24 tahun dan ngefans sama kamu, gadis usia 17 tahun. Hahaha. Entah apa yang membawa aku ngikutin Indonesian Idol tahun ini, yang jelas dari awal aku ngeliat kamu audisi, aku udah nandain kamu karena kamu berhijab. 

Pas kamu kenalin diri, wah.. aku langsung makin suka! Ya, entah kenapa juga aku suka banget sama Aceh, walaupun aku gak punya keluarga di sana. Rasanya keindahan alam dan Islam yang kental di sana menjadi salah dua alasannya mengapa aku suka Aceh. 

Gadis Aceh seperti kamu kulihat waktu itu sangatlah lugu. Tapi, dari pertama kamu nyanyi di depan judges, aku bener-bener suka suara kamu. Kayaknya apapun yang kamu nyanyikan tuh maknanya sampe ke hati yang denger. Kayak kata bunda Maya di komentar penampilan kamu pas udah di panggung, ya? Hahaha aku setuju itu. 

Nab, tau gak sih, saking sukanya aku ke kamu, aku sampe ngikutin semua hal tentang kamu di medsos. Gak sampe followin semua sih, karena tanpa difollow pun semuanya muncul tentang idol. Dan aku menikmati itu selama idol berlangsung, terlebih soal kamu, panal, dan juga panaroma. Hehehe. Tapi, tenang, aku bukan fans garis keras kok, biasa aja.
 
Oiya, katanya, ini memang cita-cita kamu ya sejak dulu yang kepengen jadi artis? Hahah, keren deh, sekarang kesampean, Nab. Aku terharu loh setiap liat vt kamu, perjuangan kamu, terus liat story kamu yang udah perform di mana-mana dan penontonnya banyak banget. Aku suka nangis tiba-tiba liatnya, padahal bukan siapa-siapa kamu hahaha. Aku tuh berasa ngerasain juga perjuangan kamu, keberanian kamu pindah ke JKT, sampe abi kamu berhenti bekerja demi jagain kamu, dan kamu buktiin itu semua di titik sekarang.

MashaaAllah ya Nab, akhirnya itu semua kecapai. Lihat, banyak banget yang sayang sama kamu, termasuk aku hehehe. Aku gak nyangka juga loh kamu bisa sampe jadi runner up, aku bahkan sempet ngerasa masih banyak kontestan lain yang suaranya lebih bagus, mateng, tekniknya jago, dll. Tapi, entah kenapa kamu mau juara apa engga, aku udah suka sama kamu, ngefans, dan gak peduli mau juara berapa.

Tapi ternyata hal itu yang bikin orang mau vote kamu dan nganterin kamu jadi juara 2. MashaaAllah yaa gak nyangka? Mereka sayang sama kamu karena kamu sebaik itu sih, aku yakin. Setiap ngeliat kamu tuh auranya beda aja. Gak heran lagi kenapa orang yang gak kenal sampe sesayang itu. Oiya, sampe Tante Fanny Bauty ngefans juga ya sama kamu? Hahaa.


Keren! Ini salah satu yang aku iri dari kamu. Di usia ke 17, udah bisa sekeren ini dan disayangin sama The Sungkar Family hahaha. Jujur, aku fans berat mereka. Pas kamu masuk vlog dan podcast mereka, duuh, aku seneng banget, Nab. Beneran deh. Aku kayak punya cita-cita yang diwakilin sama kamu, yaitu ketemu The Sungkar wkwkw. (Maaf alay dikit) Mereka tuh keluarga lucu dan baik, gatau kenapa aku suka banget. Aku juga agak iri nih pas kamu main ke tempat mereka hahaa.

Tapi gapapa, mungkin rezeki aku cuma bisa liat orang lain bahagia. Itu juga cukup bikin aku bahagia kok, Nab. Itu artinya kamu bisa memperluas pengetahuan kamu, pertemanan kamu, kolega kamu, dan kamu bisa belajar dari mereka-mereka yang udah sukses duluan. 

Dear, Nabila Taqiyyah anaknya babeh Roni, mami Salma, dan teman sharingnya Paul. 
Di dunia entertain, banyak yang bilang adalah dunia yang cukup berisiko buat mereka yang imannya gak kuat. Banyak sekali hal yang akan bersinggungan dan harus bisa sekuat tenaga bertahan dengan prinsip yang ada. Kedengerannya gak mudah, apalagi buat anak seusia kamu.

Jadi, pesanku, semoga kamu selalu pegang teguh prinsipmu, ya. Kamu dibesarkan oleh dua manusia luar biasa, abi dan mamah kamu. Yang juga lingkungan baik dan penuh dengan kehangatan. Apapun yang terjadi, jangan pernah meninggalkan Allah, ya, Nab. Jaga juga keluargamu, harga dirimu, nama baikmu, serta agamamu. 

Tetap jadi Nabila si bocil chinda yang baik, ya, Nab. Aku tau ini masih awal, awal kamu berkarier dan meraih mimpi kamu selanjutnya. Aku doain yang terbaik pokoknya buat kamu, ya. Semoga kamu sukses, bahagia, sehat selalu, dan juga selalu dalam lindungan Allah Swt. 

Salam kenal, Nabila.
Dari aku yang bukan siapa-siapa. Hehehe.

Tanggal empat kemarin, aku official sudah 24. Terus, mau apa? 

Hahaha, pertanyaan yang bingung banget dijawabnya gimana. Karena jujur, beberapa hal pengennya terwujud di tahun kemarin, tetapi qadarullah belum terwujud juga beberapa di antaranya. Jadi, harus stok kesabaran lebih ekstra lagi hehe. 


Tadi malam, tiba-tiba mama menyadarkanku bahwa usiaku sebentar lagi 24. Itu artinya, lewat sudah umur yang kuanggap dewasa, kini sudah semain dewasa. Ah, rasanya sulit sekali menerima kenyataan ini. Waktu berlalu cepat sekali. Itu membuat mamaku semakin mencemaskan masa depanku: nikah.

Dulu, mama selalu excited ketika mendengar kedekatanku dengan seseorang. Karena aku selalu menceritakan lelaki yang pernah dekat denganku. Jadi, jangan heran jika mama tau semua hal dari yang manis sampai yang paling pahit.

Malam tadi, mama tiba-tiba menegurku soal itu. Kata mama, untuk sekarang ini jangan terlalu pilih-pilih, coba membuka hati kepada siapapun yang berniat mendekati aku. Sebab, mama bilang, jodoh itu kayak rezeki; harus dicari dan diupayakan. 

Bener sih, aku juga mau kok berusaha. Bahkan beberapa usaha yang gak masuk akal dan bukan 'aku banget' kayaknya udah aku laluin wkwk. Aku bahkan mulai mengupayakan damai dengan orang-orang yang dulu pernah 'bermasalah', walaupun belum semuanya, tapi ini bentuk sebuah upaya kan?

Aku juga coba jujur kepada hatiku tentang perasaaanku dengan seseorang yang mungkin belum terselesaikan, lalu aku coba menyelesaikannya. Bahkan, aku coba memulai kedekatan itu lagi, tapi sepertinya itu bukan jalan yang tepat. Karena sampai saat ini belum ada tanda keberhasilan wkwk.

Bahkan, kemarin sebelum selesai dari kantor, aku (dan teman kantor) sampai download bumble untuk coba cari teman ngobrol hahaha. Aku rasa ini paling aneh sih, aku yang gak bisa kenal sama stranger tiba-tiba main dating apps. Awalnya iseng, lama-lama seru juga kenal sama orang baru yang mungkin ga aku dapatkan di lingkungan kerja atau komunitas.

Haha, iya, aku seusaha itu nyari teman dekat. Sebenarnya gak pede sih, karena aku punya banyak banget 'kemauan' kalo soal cowok. Aku pengen deket sama orang, tapi aku gak mau jalan-jalan berdua, ketemu, or something like that. Tapi, sekarang, sewajarnya orang pedekate, pasti maunya jalan bareng ya? huhu bingung, gatau harus nolak jalannya gimana.

Lalu, aku juga membuka hati untuk taaruf sama orang. Terakhir menerima tawaran taaruf, eh yang ngajakinnya mundur sendiri. Apa aku terlihat semenakutkan itu? wkwkw. idk. tapi, rasanya banyak laki-laki yang sudah mulai paham bahwa i have a prinsip karena pernah ngejalanin banyak hal yang berat sebelum ini.

Kata mama semalam, sebenernya ga perlu taaruf juga. Aku malah disarankan dekat aja sama orang, chatan, komunikasi yang baik, dan sama-sama bangun tujuan serius. Tapi, kalau semisal mau main atau keluar, jangan berdua banget. Mama menyarankan untuk ajak teman atau ajak mama. hahaha. 

Sebenarnya mama paling tau banget maunya aku gimana. Ya, sama seperti yang mama bilang di atas. Tapi, sayangnya aku belum menemukan lelaki itu. Lelaki yang aku mau, lelaki yang bersedia serius dan menyiapkan diri bersama-sama, bangun komunikasi yang baik dan saling mengenal satu sama lain, dan juga mau menerima prinsip dan pilihanku dalam menjalani suatu hubungan.

Dulu mau coba sama satu orang kayak gini, tapi karena satu buah penolakan untuk jalan bareng, dia pergi. Keadaan udah gak kayak dulu lagi deh. Huhu. Sayang banget dia gak ngerti kenapa aku nolak; gak mau merusak prinsip yang aku pegang, gamau membuat spekulasi orang2 yang lihat nanti jadi jelek ke aku dan ke dianya, dan alasan-alasan lain.

Berat sih emang kalo mengandalkan prinsip. Tapi, prinsip emang tetep harus dipegang kan? Kita punya background masing2 yang bikin kita harus lebih aware di kemudian hari. Sama kayak aku. Ditambah lagi, aku cuma mau jaga marwahku sebagai wanita untuk tetap menjaga diri selain sama jodoh aku. Hehe. Aku suka kebayang aja kayak "Duh, kalo aku jalan sama cowok lain dan jodohku tau, dia pasti marah." Wkwkwk aneh tapi ya itulah aku. 

Ya.. Aku sekarang cuma berusaha sebisa mungkin dengan caraku sendiri. Semoga sih suatu saat nanti ada orang yang paham dan menerima aku apa adanya dengan segala keribetan dan kerumitan kemauanku. Hehehe. Semoga juga aku bisa menerima lebih dan kurangnya dia dengan kerumatian kemauannya.

Ternyata bener ya, mencari jodoh itu ga gampang. Sekarang sih aku cuma berusaha melebarkan silaturahmi yang baik ke siapa aja. Urusan hati, mending sekarang difokuskan untuk perbaiki diri dulu aja. Harapannya sih, nanti akan datang juga orang yang aku tunggu itu. Allah gak tidur, kok. Aku percaya itu, hehe. Semangat!

Udah mau 24 memang cukup rumit. Jadi, jangan diambil pusing, banyakin berdoa dan tawakal aja sekarang mah hehehe. 


Takdir baru, ada yang gak asing sama kata ini? Hahaha, yaa. "Takdir baru" sudah pernah aku singgung sebelumnya di postingan yang ini. Aku janji ya mau cerita di sini? Oke, kalau gitu sekarang aku mau cerita soal ini.

Jadi, beberapa hari belakangan ini aku dan teman kantorku sedang merajut memori bersama. Mulai dari banyak berbincang dan cerita, packing bareng, tukeran kado, buka bersama, hingga foto studio. Kenapa demikian? Karena ternyata kami sama-sama mendapatkan "takdir baru" itu. Hehehe.

Takdir baru apa?

Kabarnya, beberapa hari sebelum itu, kami mendapatkan kabar yang entah baik atau buruk, yang jelas bikin kita cukup kaget. Ya, kami kena PHK alias pemberhentian hari kerja. Kami yang hanya berenam ini cukup kaget karena 4 dari kami kena PHK, satu orang memang sudah mengajukan resign, dan satu orang lagi kembali ditarik di kantor tersebut, namun dengan kondisi manajemen yang berbeda.

Ya, katanya akan ada pergantian manajemen di kantor ini. Namun, sayangnya hanya butuh 2 orang lagi untuk membantu di sana. Sementara, yang bisa meneruskan hanya satu, jadi sisanya selesai deh. 

Jujur, sebelum kabar ini terucap dari manajer-ku hari itu, beberapa hari sebelumnya aku udah galau pengen resign karena beberapa hal. Aku sudah sampai cari-cari loker untuk menjadi back-up-an sebelum akhirnya aku berhenti dari sana. Namun, sayangnya belum nemu juga sampai sekarang.

Bahkan, aku sampai bilang ke orang tua pengen nikah aja rasanya daripada harus nyari kerjaan baru lagi hahaha. Yang penting udah punya pengalaman kerja, pikirku pendek kala itu. Selagi proses mencari tempat baru itu, aku juga sambil berdoa sama Allah untuk minta jalan keluar dari kegalauanku kala itu. Dan ternyata...

Gak lama dari itu, Allah kasih jawaban ini. Ya, di PHK. Mungkin ini jalan dari Allah agar aku bisa 'berhenti'. Jujur pas tau keputusan ini aku gak sedih-sedih banget, karena justru aku senang sebab telah menemukan titik terang dari kegalauanku selama ini. Bahkan aku gak 'resign' sendirian, tapi berempat! wkwk Jadi ada temennya.

Setelah dapat keputusan itu, aku cukup tabah. Meskipun teman2 yang lain juga sedikit marah, kesal, dan kaget berat karena keputusan yang cukup mendadak ini. Mana lagi 3 dari 4 kepikiran untuk bayar kuliah gimana, termasuk aku hehe. Tapi, ya syukuri sajalah, inshaaAllah ada jalannya kok kalau Allah udah kasih ketetapan seperti ini. Aku yakin itu.

Semangat ya kawan-kawan dalam menghadapi takdir baru ini. Semoga Allah berikan kemudahan deh untuk jalan kita ke depannya. Walaupun bingung ya harus cari kerja di mana lagi. Jujur susah banget nyari kerja di zaman sekarang. Tapi bismillah aja deh.

Mohon doanya juga ya teman-teman.


Beberapa hari lalu, aku dihubungi oleh seorang pegiat literasi, yang mana kakak itu adalah rekan kerjaku saat magang di Inspira Pustaka. Mungkin kamu yang belum tau ceritanya, bisa baca di sini. Jadi, intinya dulu aku setelah lulus kuliah sempat disibukkan dengan kegiatan literasi di Inspira Pustaka.

Tepatnya10 hari yang lalu, kakak itu menghubungiku dengan kata-kata seperti pada tangkapan layar yang ada di postingan ini. Ya, kakak tersebut meminta izin untuk mendaftarkan karyaku ikut Sastra Award yang diadakan oleh Kemendikbud.

Jujur, saat pertama kali dapat pesan itu aku kaget. Soalnya selama ini sudah jarang juga tawaran pekerjaan atau komunikasi lagi dengan teman-teman Inspira Pustaka. Namun, saat ada tawaran ini aku juga gak punya alasan untuk menolak. Lagian, gak ada salahnya kalau mendaftarkan karyaku. Kalau menang ya Alhamdulillah, kalau engga ya gapapa, namanya juga nyoba hehe.

Habis itu, aku langsung memenuhi syarat administrasinya. Setelah itu, kirim! 

Alhamdulillah, karyaku sudah disubmit katanya. Aku seneng sih bisa dapat kesempatan ini, walaupun gak tau gimana hasilnya. Mohon doanya ya teman-teman. Semoga aja hasilnya terbaik, syukur-syukur bisa masuk nominasi atau menang hahaha. ngarep. 

Tapi gak ada yang mustahil kan? hehe. 

Anehnya, awalnya aku ngerasa biasa aja, gak berharap apa-apa. Pas daftarin tuh kayak yaudah, gak ada salahnya nyoba. Tapi, pas sekarang udah menemukan 'takdir baru', kayaknya kesempatan ini harus didoakan terus menerus nih, siapa tau bisa jadi sumber kebaikan yang baru. Hehehe.

TAKDIR BARU APAAA?!

hehehehehe. ada suatu hal yang belum aku ceritain di sini. Next aku cerita ya! Pokoknya doain aku dulu semoga Sastra Award ini jadi batu loncatan aku ke depannya ya. Bismillah, semoga Allah kasih hasil terbaik. Aaamiin <3
Foto hanyalah pemanis



Aku merasa tak pantas.
Saat pesanmu itu melambung di obrolan bercanda kita.
Tiba-tiba, sesuatu hal serius terjadi
Dan aku mengikuti alurnya,
Sampai tahu ujung percakapan kita.

Ternyata, suatu hal tersampaikan. 
Entah ini sebuah ujung dari penantian,
atau justru sebuah ujian,
untuk diriku yang sudah terlalu lama sendirian.

Pikirku, aku harus kembali memulai
Melupakan semua hal lalu, kemudian kembali
aku berusaha meyakinkan diri,
tapi di sisi lain, keraguan itu muncul dari orangnya sendiri

Mungkin aku sudah cukup yakin,
tetapi keyakinan itu belum sefrekuensi.
Berharap ini hanyalah ujian,
tetapi nyatanya semakin samar.

Entah bagaimana ujungnya nanti,
yang jelas aku harus lebih banyak berdoa lagi.
Aku hanya tak ingin semua terjadi, 
oleh karena aku yang lelah dengan hidupku sendiri.

Semoga semesta turut membersamai proses kita,
dan Allah senantiasa menunjukkan jalan terbaik-Nya..


Halo teman-teman semua. Gimana kabarnya nih? Semoga kabar kalian sehat selalu dan diberikan keberkahan dalam hidupnya. Kali ini aku mau cerita tentang sebuah perjalanan baru yang semoga aja bisa meningkatkan kualitas diri aku dan juga memberikan kebaikan yang lebih banyak lagi di dalam hidupku.

Jadi, kemarin tepatnya pada tanggal 11 Maret 2023, aku ikut yang namanya orientasi dari universitas yang baru aku ikutin yaitu Universitas Terbuka. Belum lama ini aku memang terdaftar sebagai mahasiswa baru untuk program lanjutan dari D3 ke S1 dan aku meneruskan kuliahku di jurusan FHISIP mengambil Prodi ilmu komunikasi.

Sebenarnya kalau misalnya ditanya kenapa pengen kuliah lagi, aku merasa belum sebegitu yakin waktu itu. Tapi, suatu hal yang bikin aku maju untuk kuliah adalah aku percaya bahwa belajar itu nggak ada yang sia-sia. Jadi, ketika aku ditempatkan Allah waktu itu di jurnalistik itu artinya aku harus bisa meneruskan amanah dan juga mempelajari itu dengan tuntas.

Ditambah lagi aku merasa bahwa wanita itu memang sudah sepatutnya pintar dan seperti yang kita tahu pintar itu identik dengan ilmu. Walaupun bukan hanya dari akademik, ya, tetapi akademik itu bisa membantu mengasah pikiran kita supaya lebih fresh dan juga bisa lebih mudah menyerap ilmu-ilmu yang lain.

Untuk itu menurutku gak ada salahnya untuk meneruskan D-3 ke S-1 karena gelar juga cukup menunjang apapun yang akan kita lakukan ke depannya, misalnya dalam hal berbisnis, bekerja, berumah tangga, bahkan sampai kita nanti memutuskan untuk punya anak. Gelar memang bukan satu-satunya aspek yang sangat berpengaruh, tapi menurutku dengan kita punya gelar di dunia kita juga bisa mengangkat derajat orang tua kita walaupun orang tua kita nggak punya gelar.

Jadi, itu menurutku salah satu alasan atau salah dua alasan yang bikin aku yakin untuk lanjutin kuliah. Karena aku juga sudah merasa mampu untuk bayar sendiri tanpa harus membebani orang tua dengan uang mereka. Jadi, seharusnya aku bisa jauh lebih bertanggung jawab untuk kuliah yang kedua kali.

Oh iya, aku jadi pengen cerita tentang orientasi kemarin yang singkat tapi cukup memberikan aku sebuah reminder dan juga hikmah gitu ya. Semoga kalian bisa menemukan hikmah yang sama juga dari cerita ini dan punya semangat lagi untuk bisa kuliah.

Aku senang banget akhirnya aku bisa kuliah lagi dan aku kemarin benar-benar gak punya teman sama sekali, sampai aku harus memberanikan diri mencari teman chat di grup angkatan yang ada banyak banget itu sampai 1000 orang. Kemudian aku harus bisa memulai duluan walaupun aku tidak terbiasa dan akhirnya Alhamdulillah kemarin orientasi Aku berjalan lancar dan aku mendapatkan 3 teman baru waktu kemarin orientasi.

Kagetnya, ternyata peserta orientasinya ada banyak yaitu ada 300 orang dan aku kira orang yang hadir di sana adalah orang-orang yang umurnya di bawah aku. Tapi ternyata yang hadir ke sana, sebagiannya adalah guru-guru yang sudah mengajar tapi dia belum punya sertifikasi kuliah akhirnya mereka kuliah untuk mendapatkan gelar keguruan itu.

Oiya, aku juga menemukan salah satu bapak yang sekiranya udah 40 sampai 50 tahun baru kuliah dan mereka semangat untuk belajar hanya untuk bisa lebih baik lagi dalam mengisi kualitas dirinya. Itu alasan yang mereka bilang waktu ditanya sama panitia. 

Tak cuma itu, aku juga menemukan seorang ibu yang sudah beranak dua, ikut orientasi pada hari itu sambil membawa analnya yang ia gendong menghadap depan. Aaaa, gemasnya! Mana bayinya anteng banget lagi, xixixi. 

Ditambahl lagi ya, waktu orientasi panitianya tuh cerita, kalau mereka itu punya mahasiswa yang tertua di Universitas Terbuka se-indonesia ataupun seluruh negeri itu ada di Universitas Terbuka Bogor yang mana mahasiswanya sudah berumur lebih dari 80 tahun. Awalnya nggak nyangka sih! Tapi, kalau dipikir-pikir rasanya gak ada yang mustahil untuk orang yang masih semangat belajar terus dia mengejar apa yang ingin dia capai sampai akhir hayatnya.

Menurutku ini adalah sebuah tamparan bagi kita yang merasa sering banget males belajar karena memang pada dasarnya ilmu itu nggak akan ada habisnya. Seperti yang kita sadari, kita ditakdirkan di dunia ini salah satunya ya untuk belajar. Jadi, Sudah seharusnya kita semangat untuk terus berkarya, belajar, beribadah, menjadi diri yang lebih baik lagi.

Ya.. Semoga kita bisa jadi lebih baik ya sama seperti mahasiswa tertua itu yang nggak pernah lelah berhenti untuk belajar. Ini hanya sebuah ikhtiar kita mendapatkan yang terbaik dari Allah, mendapatkan kasih sayangnya, mendapatkan ilmu yang diridhoinya, mendapatkan perhatiannya, untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, untuk menjadi calon ibu yang baik untuk menjadi istri yang berpendidikan, hingga menjadi anak dari kedua orang tua yang bangga nantinya melihat anaknya nggak pernah berhenti belajar.

Semangat terus ya buat kita semua! Semoga Allah mudahkan jalannya menuju apapun yang baik-baik. Aamiin ya robbal alamin✨️

Hai, si Filosofis?

Bagaimana kabarmu? Rasanya aneh beberapa hari ini sudah tidak menunggu balasan pesanmu. Padahal kalau semua ini masih berlanjut, ini masih waktu yang memungkinkan untukmu balas pesanku. Ya, karena hilangmu pernah lebih daripada ini. Tujuh hari, iya. Menurutku itu sudah definisi menghilang, tapi bedanya kamu datang lagi waktu itu. 

Eh, iya, bagaimana kabar anjing kecilmu yang pernah kulihat di beranda media sosialmu? Lucu deh dia. Mungkin jika bertemu dengan kucing yang tiap hari ke rumahku, ia akan bertengkar selalu. Atau bahkan berteman ya? Main bersama, makan bersama, atau sekadar berlarian di halaman depan rumah. 

Oiya, beberapa hari lalu aku sudah membalas pesanmu. Tapi, tiba-tiba pikiranku berubah. Lalu, aku tarik seluruh pesan yang sudah terkirim itu, yang entah sudah kaubaca atau belum. Aku cuma tak ingin membuatmu semakin terikat dengan pesan pesan yang kauanggap harus kau balas. Ditambah lagi, kulihat tak ada lagi suatu hal yang perlu kita perpanjang. Lagi-lagi, percakapan menemui jalan buntu dan kamu selau tambah lagi dengan pertanyaan lagi apa dan how was ur day?

Sebenarnya aku senang dengan dua pertanyaan itu, tapi lama-lama bosan juga. Aku berharap kita bisa bicarakan hal lain; berdiskusi tentang suatu hal yang tidak kita pahami, saling sharing apa yang kita baca, bercerita tentang hal-hal kecil, atau sekadar mengirim foto keseharian yang lebih daripada cukup. Tapi, beberapa kali percakapan ini kutanyakan, kamu melewatkannya. Entahlah sengaja atau memang tidak, tapi sepertinya Tuhan tidak menakdirkan kita untuk terlalu jauh.

Kau tau, aku begitu senang berbincang denganmu; meski hanya berbalas sehari sekali. Aku jadi mendapatkan hal baru yang belum kutahui, mulai dari musik kesukaanmu, kegiatanmu, ilmu-ilmu yang kamu pelajari, hingga buku favorit yang kerap kali kaubaca. Aku cukup terkesima, karena ternyata kita adalah dua orang yang cukup berseberangan. Si filosofis bertemu si receh yang sukanya nulis hal romance menye-menye, suka cerita random dan gak jelas, hingga selera musik yang pasaran. 

Hal itu membuatku cukup insecure, sih. Berteman saja rasanya kita tak cocok. Kamu begitu jauh di atasku, sementara aku belum ada apa-apanya. Hahaha. Lucu memang. Ingin berteman dengan yang pinter, tapi malu dengan diri sendiri yang pinternya cuma sekian. Ah, sudahlah. Bukan saatnya membandingkan diri. Aku tetap bangga dengan diriku sendiri yang seperti ini. Hanya saja aku takut kamu tidak nyaman denganku yang apa adanya ini. 

Hei, filosofis. Jaga kesehatan, ya? Sepertinya kamu cukup sibuk menjalani hidup ini. Meskipun aku tidak  tahu apa saja keseharianmu, sih. Tapi tampaknya, kamu cukup fokus dengan apa yang kamu jalani sekarang. Kuharap Allah selalu memberkahimu, memberikanmu kelancaran atas pendidikan yang sedang kamu usahakan, serta pekerjaan apapun yang kamu jalani. 

Senang berkenalan denganmu, boy. Kapan-kapan sapa aku lagi, ya? Semoga kita bisa bertemu lagi nanti. Menuntaskan rindu yang terhalang dengan kegengsian ini. Hahaha. Bye! I will miss you, boy.

"Tidak mudah dimengerti, tidak mudah ditebak, dan filosofis. Persis. Seperti melihat gambaran Pak Fauzy selagi muda. Nyatanya tidak mudah memahami orang seperti beliau; terbukti banyak mahasiswa yang ragu, takut, bahkan enggan berdekatan. Tapi, nyatanya bisa-bisa saja,"
begitulah tweet-ku malam ini, dengan foto persis seperti di postingan kali ini. 

Tiba-tiba, aku teringat pada sosok beliau, seroang wali dosen yang sempat lupa pada tugasnya. Ya, singkat ceritanya begini...

Jadi, beliau adalah dosen wali kelasku saat kuliah. Biasanya tugas seorang dosen wali adalah datang ke kelas beberapa kali dalam seminggu untuk mengontrol absensi hingga pembelajaran. Namun, di semester pertama ia tidak pernah datang. Semua orang justru bahagia. Karena konon, dari kabar yang beredar, beliau adalah salah satu dosen yang rese, menyebalkan, jutek, pokoknya tidak ramah terhadap mahasiswa. Katanya begitu.

Hingga suatu ketika, saat aku diamanahi menjadi ketua kelas, aku berencana untuk menemuinya. Ragu memang, karena adanya kabar-kabar tadi. Tapi, aku memberanikan diri untuk menemuinya dan menegurnya untuk datang ke kelas dan bercengkrama dengan mahasiswanya.

Susah pada awalnya, karena ternyata beliau adalah sosok dosen psikologi yang ahli membaca air muka—katanya. Wkwkwk. Ya, ternyata semakin lama aku sadar bahwa sebenarnya dia ini bukan rese atau gak ngertiin mahasiswa. Tapi, karena beliau justru paham bagaimana kondisi mahasiswa hanya dari raut muka, beliau tidak pernah banyak bicara dan sudah tahu harus menghadapi mahasiswanya bagaimana. 

Ya, awalnya beliau gak asik. Ngomongnya terlalu jauh, gak sesuai teori, membosankan, bahkan kadang mahasiswa males sama beliau karena setiap ngomong pasti ada aja yang bilang, "Apaan sih." Kebayang ya dosen kayak gini gimana. 

Tapi, dari situ justru aku penasaran sebenarnya bagaimana sih sosok Pak Fauzy sebenarnya. Kenapa orang orang begitu gak suka dengan beliau? Bukankah seorang dosen psikologi justru asik untuk diajak berbicara karena pasti bisa mengerti lawan bicaranya?

Dari situ, aku cukup banyak bicara dengan beliau. Dari yang ngomongin kondisi kelas, teman-teman, pelajaran, hingga ada di titik berbicara soal apapun di luar itu semua; keluarga, masalah pribadi, hingga percintaan. 

Sosoknya yang filosofis kadang membuatku amazed karena beliau memang kelewat pintar. Sempat cerita banyak hal soal apa saja yang ia baca, dengar, tonton, hingga apapun yang membentuk dia sekarang. Kadang aku tidak mengerti bahkan gak tau apa yang ia bicarakan, tapi aku juga tidak bisa berpura-pura ngerti di depannya karena dia pasti tahu dan juga memahaminya. 

Kenapa tiba-tiba inget Pak Fauzy?

Haha, lucunya, saat ini aku sedang punya teman yang persis seperti beliau. Rasanya aku seperti bertemu Pak Fauzy selagi muda; mungkin gambarannya seperti itu. Sama-sama filosofis, suka akan sastra, pintarnya tidak tertakar, hingga pemahaman akan sesuatu yang luar biasa. 

Sementara aku, kadang-kadang kehabisan cara harus menghadapinya seperti apa. Tapi, di satu sisi aku menemukan ilmu baru dalam menghadapi orang yang jauh lebih pintar. Sesuatu yang tak pernah kudengar sebelumnya, tiba-tiba hadir di room chat aku dengannya. Beberapa kali juga aku searching kata-kata dan suatu hal yang tak pernah kutahu sebelumnya.

Ah, rasanya random bisa bertemu lagi dengan orang yang sama seperti Pak Fauzy. 

Sulit.
Sulit sekali.

Rasa insekyurnya ada, rasa senangnya ada, rasa sedihnya ada, rasa bingungnya juga ada. Kadang bingung harus melanjutkannya seperti apa. 

Tapi, dulu, berteman dengan seorang dosen seperti Pak Fauzy menyadarkanku bahwa kita tidak perlu menjadi seperti dia jika ingin berteman. Kita cukup memahaminya, mendengarkannya, menerimanya apa adanya, hingga ia merasa dihargai, dicintai, dan nyaman. Lalu, kebaikan juga datang setelah hal-hal tersebut dipenuhi. 

Ya, Pak Fauzy pasti tahu aku terbatas. Tidak semua hal yang dia katakan aku pasti mengerti. Tidak sama sekali. Bahkan aku tidak ragu berkata, "Maksudnya gimana, Pak, saya gak ngerti." Dan beliau sudah paham itu, dan sesekali dijelaskan lagi atau bilang, "Udah, nanti juga kamu ngerti sendiri."

Begitulah cara Pak Fauzy mengerti aku, begitupun sebaliknya. Meski kita seakan lahir dari latar belakang yang berbeda, justru perbedaan itu yang bikin kita sama-sama belajar menghargai dan membawa banyak kebaikan; beliau jadi akrab lagi dengan mahasiswa, suka kasih uang jajan buat anak sekelas, dan kebaikan lain yang muncul karena keakraban kita.

"Saya mau ucapin terima kasih sama kamu, karena kalau kamu gak datang untuk negur saya waktu itu, saya mungkin gak bisa akrab lagi sama mahasiswa," ucapnya padaku. 

Dan sekarang, ketika dihadapkan oleh orang yang mirip dengan beliau, yang muncul pertama kali adalah pertanyaan,

"Apakah aku bisa memahaminya seperti Pak Fauzy kala itu?"

Tiap orang, beda cerita. Aku gak tau kelanjutan pertemanan kami sampai mana. Tapi, ya sudah, jalani saja. Meski sesekali bingung dan insekyur karena merasa tidak sebanding dengannya. Huhuhu. Semoga dia bisa memahamiku juga keterbatasanku~

Aamiin.

Halo, Teman Cahaya. Kali ini izinkan aku cerita bagaimana pengalaman dari salah satu impian yang tercapai.

Ya, jadi di awal tahun ini salah satu impian aku adalah bisa bawa mobil. Gatau kenapa, dari dulu suka aja sama cewek bawa mobil, kayak kece, independent, pokoknya keren aja wkwk. Jadi, aku pengen jadi salah satu cewe keren ituu sih ahhaha. 

Lucunya, sudah lima tahun belakangan ini keluargaku gak pakai mobil. Jadi, kayak aneh aja gaksih punya mimpi bisa bawa mobil tapi mobil aja gak punya? Wkwk. Gak lah ya, gak ada yang aneh. Namanya juga impian.

Qadarullah, tiba-tiba di kantor butuh orang yang bisa nyetir. Dan penawaran itu datang ke aku karena pertama, aku orang kedua yang lebih tua daripada yang lain. Kedua, aku juga sering ada tugas keluar kantor. Ketiga, aku pernah belajar mobil juga. Jadi, alhasil aku harus belajar mobil deh. Ya, dibayarin les gitu. 

Sebenernya aku senang sih, karena mungkin ini adalah jalan dari Allah untuk mencapai mimpiku bisa bawa mobil. Tapi, di satu sisi, gatau yaa kenapa rasanya beda kalau belajar karena 'kerjaan', jadi kayak ada bebannya gitu hehehehe. 

Tapi, aku tetep mau ngucapin terima kasih ke kantor karena udah biayain aku les mobil. Ternyata lumayan mahal les 6x pertemuan dengan harga hampir dua juta. Kalo aku bayar pribadi sih mending belajarnya nanti kalau punya mobil sendiri wkwk. Tapi, ya Alhamdulillah. 

Akhirnya dengan 6x pertemuan, aku udah bisa bawa mobil manual. Ma shaa Allah Tabaarakallah. Kalau gini sih, husnudzonnya Allah bakalan kasih jalan buat punya mobil sendiri gak sih? Hehehe aamiin. Semoga ini salah satu tandanya ya. Allah lagi nyiapin aku biar punya skillnya dulu baru dikasih mobilnya hehe aamiin.

Januariku sungguh menakjubkan. Pasalnya, banyak sekali hal yang terjadi di luar dugaanku. Mulai dari datangnya orang baru, beberapa orang tidak kenal juga datang, melepaskan tempat belajar dan teman taat, hingga harus berkelut dengan pikiran tentang pekerjaan dan juga pertemanan. Rasanya ingin sekali aku ceritakan ini pada seseorang, karena tidak semua hal bisa kutulis secara gamblang di sini.

Tapi, aku juga bersyukur karena masih bisa ditemani oleh orang-orang baik di dalam hidupku. Aku merasa sangat beruntung ketika teman lama yang dahulu sempat berpisah, kini menjadi dekat lagi. Teman-teman kuliah yang jarang komunikasi, kini ngajak bertemu dan berbincang lagi. Pun dengan kondisi pertemanan luar biasa di kantor yang random tapi ada baik-baiknya juga pastinya.

Ya, memang begitulah kehidupan; di mana ada kesedihan, di situ juga ada kebahagiaan pastinya yang menjadi penawarnya. 

Mungkin aku sedikit kecewa pada diriku sendiri yang ternyata tidak sekuat itu menjalani hari-hari ini sendirian. Aku juga sudah berusaha membuka hati lagi dari trauma dan trust issue di masa lalu, yang bikin aku sulit untuk menemukan seseorang yang baru. Tapi, sekalinya bertemu dengan orang ini, aku juga dibikin bingung harus bersikap seperti apa.

Ah, rasanya ingin aku segera memastikan perasaan ini. Gak mau terlalu lama menduga-duga dan gak mau terlanjur jatuh hati pada seseorang ini. Tapi, Allah seakan menyuruhku untuk bersabar dan gak boleh terburu-buru. Bismillah aja deh ya, aku percaya aja sama Allah kapan waktu terbaik untuk dipertemukan dengan seseorang itu. Intinya, saat ini aku hanya bisa menyimpannya sendirian, bersama kamu juga deh--sebagai pembaca blog-ku yang aku gak tau siapa.

Itu soal percintaan. Tapi, beda halnya soal pekerjaan. Belakangan ini aku cukup ngerasa kurang nyaman karena ada beberapa hal yang terjadi. Ditambah lagi kemarin-kemarin pekerjaanku cukup tertumpuk karena satu dan lain hal. Ah, iya, ada juga waktu di mana semangatku mulai hilang. Tapi, Allah kasih tugas dan amanah tambahan lewat pekerjaan ini. Jujur, cukup bikin aku kepikiran sih, tapi semoga aja aku bisa melewatinya, deh, ya. Bismillah.

Satu lagi, soal keimanan. Belakangan ini aku sedang merasa sangat futur. Rasanya beberapa hal keduniawian mulai down di waktu bersamaan. Itu membuatku lupa diri, bahkan sampai tidak lagi 'mengisi ruh' ini dengan kebaikan-kebaikan. Ya, aku mulai jarang liqo, kurang kajian, kurang berkumpul sama orang-orang sholih. Ditambah lagi kemarin-kemarin aku sudah memutuskan untuk keluar dari salah satu circle kebaikan.

Jujur, aku merasa semakin berkurang kualitas diri ini. Sepertinya ini menjadi ujianku dari Allah supaya aku bisa ingat lagi bahwa aku harus berubah. YaAllah, aku berlindung darimu semoga aku bisa terus ada di dalam lindunganmu. Izinkan aku untuk kembali dekat padamu dan mendapatkan kasih sayangmu seutuhnya. Aamiin... bismillah.

Newer Posts Older Posts Home

Hai, kenalan yuk!

Namaku Nurnafisah, kamu boleh panggil aku Aca. Di Blog inilah aku berbagi cerita. Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya!

Mari kita berteman~

Pengunjung

Isi Blogku~

  • ►  2024 (15)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ▼  2023 (30)
    • ▼  December (3)
      • Di Sudut Ruang Tengah
      • Akan seperti apa ya?
      • Desember: Waktunya Menuntaskan
    • ►  November (5)
      • November Pecah
      • Jangan Berharap pada Manusia
      • Nomor Urut 41
      • Emangnya boleh manusia sejahat ini?
      • Selamat, untukmu.
    • ►  October (1)
      • Panggil Dia "Rey"
    • ►  August (3)
      • Teman Diksi Aca
      • Bekerja Lagi
      • Agustus, Waktunya Memulai yang Baru
    • ►  July (2)
      • Ditinggal Nikah
      • Tetap Bersinar, Ca!
    • ►  June (3)
      • Qurban Pertamaku
      • Dear, Nabila Taqiyyah
      • Sudah 24, lalu?
    • ►  May (1)
      • Menuju 24
    • ►  April (3)
      • Takdir yang Baru
      • Sastra Award?
      • Bimbang
    • ►  March (1)
      • Belajar Lagi
    • ►  February (3)
      • Hai, Si Filosofis.
      • Bertemu si Filosofis (lagi)
      • Skill Unlocked: Nyetir Mobil
    • ►  January (5)
      • Menuju Akhir Januari
  • ►  2022 (25)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (52)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2020 (71)
    • ►  December (3)
    • ►  November (8)
    • ►  October (6)
    • ►  September (6)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (11)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (69)
    • ►  December (5)
    • ►  November (8)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (7)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2018 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (25)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2013 (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (92)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (10)
    • ►  June (10)
    • ►  May (31)
    • ►  April (27)
    • ►  March (4)
  • ►  2011 (7)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)

SINIAR TEMAN CAHAYA

Followers

Postingan Populer

  • Semoga Allah Balas Usahamu
    Hai, Ca. Gimana kabarnya? Beberapa waktu lalu aku lihat kamu lagi kebanjiran, ya? Bukan, bukan kena bencana. Tapi, kebanjiran di...
  • Teruntuk Laki-Laki yang Sudah Dimiliki
    Tulisan kali ini cukup bar-bar, karena aku sengaja menulisnya untuk  para laki-laki di luar sana yang sudah memiliki tambatan hati. Anggapla...
  • Life Update Setelah Menghilang
    Hai, blogger. Rinduuuu teramat rindu nulis di sini. Rasanya belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, sampai-sampai tidak sempat menul...
  • Semenjak Hari Itu...
    Semenjak hari itu, kehidupanku berubah drastis. Senyumku yang semula itu telah kehilangan rasa manis. Mencoba terus terlihat baik-baik saja ...
  • Selamat, untukmu.
    Sesuai judulnya, selamat. Selamat atas ilmu yang sudah ditempuh, selamat atas jerih payah mencapai cita-cita, selamat atas usaha...

Categories

Artikel 7 Ber-Seri 13 Berseri 1 Cahaya 15 ceirtaku 1 Ceritaku 249 Cerpen 5 Cinta 71 Feature 3 Hidup 18 Inspirasi 39 Inspiratif 15 Islam 65 Karya 16 Kebaikan Berbagi 6 Keluarga 44 Kisah 40 Kisahku 21 Liburan 10 Menulis 5 Motivasi 114 Resep 1 Sajak 55 Suratan Fiksi 26 Teman 55 Tips 3 Tips dan Informasi 31 Zakat 2

Subscribe this Blog

Name

Email *

Message *

Music

Pair Piano · 놀러오세요 동물의 숲 (Animal Crossing) Piano Compilation

nurnafisahh

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates